Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 07
" Lei, bisa Papa bicara sebentar."
Dante melongok ke ruangan Leina. Tampak di dalam, Leina tengah duduk sambil sibuk menulis. Entah apa yang tulis itu, tapi ketika Dante memanggilnya Leina langsung menghentikan aktivitasnya.
" Bisa Papa. Mau dimana?"
" Di sini aja. Nggak usah bikin kopi Lei, Papa udah ngopi tadi."
Leina mengangguk kecil, Ia yang awalnya sudah berada di depan mesin pembuat kopi otomatis langung berjalan menuju ke sofa dimana Dante sudah duduk terlebih dulu di sana.
Sebenarnya Leina sudah menduga bahwa pagi ini Dante akan datang. Dan pasti ini sebab Leon, tapi dia sudah siap untuk menjawab apapun pertanyaan Dante.
" Leon, dia ngambek nggak mau ke kantor. Katanya kamu beberapa waktu ini nekan dia? Papa sih bukan mempermasalahkan kamu yang ngajari Leon. Tapi kalau dari cerita Leon, kamu beneran kayak terburu-buru ngajarinnya. Memangnya ada apa hmmm, kamu mau kemana kok kesannya buru-buru gini? Apa jangan-jangan kamu mau jadi IRT aja setelah nikah? Papa sih nggak masalah kalau benar kamu mau gitu."
Kata-kata Dante teramat tenang. Pria yang dulu terkenal begitu ambisius saat muda itu kini sungguh sangat berbeda. Dia terlihat berwibawa dan bijak.
Leina terdiam menyiapkan jawaban yang tepat. Dan sebenarnya dia sedikit tidak menyangka bahwa jawaban yang bagus sudah dikatakan oleh sang papa.
Awalnya Leina akan menggunakan alasan kembali belajar, tapi ketika Dante berkata 'apakah ingin jadi full IRT' itu menjadi sebuah ide yang bagus.
Ya, ia bisa menggunakan alasan tersebut. Dengan dalih ingin seperti Ratih, dia pun juga ingin mengabdi sepenuhnya terhadap suaminya.
" Apa yang Papa kira itu bener. Lei ingin jadi istri yang menunggu suaminya di rumah. Seperti Mama, Lei ingin kayak Mama. Maka dari itu Lei mau Leon bisa cepet menguasai semuanya. Tapi mungkin Lei sedikit terburu-buru dan tidak sabar. Makanya Leon jadi ngambek gitu."
" Ehmmm, apa ini Ravi yang minta?"
Leina menggelengkan kepala cepat, ia juga menggerakkan tangannya sebagai tanda bahwa semua itu atas keinginan pribadi dan bukannya keinginan Ravi. Bahkan Ravi saja tidak tahu rencananya itu.
Sebenarnya rencana Leina adalah, jika dia sudah berhasil keluar dari DCC, dia akan mengajukan cerai dengan Ravi. Setelah itu dia akan menghabiskan sisa hidupnya di luar negeri. Tabungannya selama ini sudah sangat cukup untuk hidup beberapa tahun ke depan.
" Baiklah, Papa hormati keinginan kamu. Tapi Papa harap kamu lebih sabar ngadepin Leon. Kamu lebih paham dari pada Papa soal Leon."
" Iya Pa, Lei ngerti. Maaf kalau buat Papa khawatir."
Dante tersenyum, ia lalu pergi dari ruangan Leina setelah mereka mengobrol hal lain untuk beberapa saat,
Setelah itu, Leina kembali ke mejanya untuk melanjutkan aktivitas yang tadi sempat tertunda. Sebuah buku catatan yang sekarang ini selalu ada di dalam tasnya. Di sana dia menuliskan apapun momen yang masih ia ingat.
Bukan hanya itu, Leina yang awalnya tidak suka mengambil gambar, kini dia amat sangat rajin melakukannya. Ia ingin mengingat hal-hal kecil yang dilaluinya karena itu akan jadi kenangan yang suatu hari nanti pasti akan dilupakannya.
" Ughhh cukup kayaknya. Aku juga baru aja nulis kalau Papa datang buat bicarain Leon. Ternyata nulis kayak buku harian gini seru juga."
Drtzzz
Ponsel Leina berbunyi, sebuah pesan dari Ravi ternyata. Ia segera membukanya, di sana tertulis bahwa Keluarga Ravi mengajak makan malam. Ini bukan masalah besar karena dia juga sering melakukan itu. hanya saja sekarang situasi mereka berbeda. Maka pasti akan ada hal yang berbeda juga yang akan mereka tunjukkan.
Untuk memastikan semuanya berjalan lancar, Leina memilih untuk menelpon Ravi dan membicarakannya langsung.
" Assalamualaikum Lei, kamu pasti mau tanya soal nanti malam kan? Nggak usah dijadiin beban. Tapi ada hal yang aku mau minta sama kamu."
" Waalaikumsalam Mas, iya ini soal nanti malam. Oh iya, apa itu?"
" Ehmm, bisakah kalau di depan keluarga baik itu keluargamu atau keluargaku kita bersikap layaknya pasangan suami istri yang harmonis."
Leina tersenyum, dari nada bicara Ravi, dia tahu persis bahwa pria itu ragu untuk memintanya demikian. Tapi sebenarnya tanpa harus diminta pun dirinya akan bersikap seperti itu. Karena dia juga membutuhkan alibi yang kuat pada pernikahan yang berupa kesepakatan ini.
Dia juga tidak ingin tahu bahwa pernikahan yang dirinya dan Ravi jalani hanya karena sebuah asas manfaat satu sama lain. Jika itu terungkap pastilah keluarga mereka akan kecewa. Bukan hanya keluarga tapi kerabat dan sahabat pun akan merasa demikian.
" Iya, aku ngeri kok. Mas tenang aja, aku aktris yang hebat. Kan dulu aku ikut jadi anggota teater."
" Hahaha, oke oke, percaya. Si jenius Leina. Siapa yang nggak tahu. Ya udah sampai jumpa nanti sore di rumah ya. Assalamualaikum istriku."
" Siaaap, waalaikumsalam Mas Suami."
Jika itu pernikahan normal maka pasangan Ravi dan Leina akan jadi pasnagan romantis dan manis abad ini. Tidak akan ada yang tahu bahwa keduanya mengucapkan salam manis itu tanpa memiliki getaran apapun di hati mereka.
Lain dengan yang mendengarkan pastinya. Lihat saja, Adrian yang baru saja masuk ke dalam ruangan Ravi senyum-senyum salah tingkah mendengar potongan pembicaraan sepasang pengantin baru itu.
" Buseeet deh, dunia berasa milik berdua. Yang lain cuma kebagian numpang aja. Pindah ke Mars juga nih gue lama-lama. Ah iya, kalau kata gen Z sekarang begini ' ugggh sweeet banget, rasanya pengen meninggoy. Gue lipet juga nih bumi' nah begitu. Tapi karena gue udah kadaluarsa buat jadi Gen Z ya gue cuma bisa bilang gitu."
" Heh, apaan sih Lo. Nggak jelas tahu Lo ngomong apa."
Adrian hanya terkekeh geli melihat Ravi yang sewot seperti ini. Tapi sungguh Andrian tidak menyangka bahwa temannya itu benar-benar bisa berbicara manis seperti itu dengan wanita. Selama ini ravi terkenal sebagai pria yang dingin. Bahwa beberapa rumor menyebutkan bahwa ravi ini aseksual alias tidak memiliki ketertarikan seksual.
" Mungkin ini kali ya yang dinamakan udah ketemu pawang."
" Adrian, Lo brisik banget sumpah. Lo kesini bukan cuma mau bicara omong kosong kan?"
" Aah maafkan saya Pak Ravi, saya kemari untuk menyerahkan laporan yang Bapak minta."
Andrian seketika berubah, dari mode teman yang rusuh menjadi bawahan yang menurut. Ya, dia juga tahu dimana harus menempatkan posisi dirinya di depan ravi.
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍