Awalnya aku merasa melayang dan jatuh cinta, tapi setelah tahu alasannya memilihku hanya karena aku mirip cinta pertamanya, membuat hatiku terluka.
Bisakah aku, kabur dari obsesi cinta suamiku🎶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Jangan Lakukan
Dibalut suasana yang tidak bisa digambarkan Viola, saat ini dia takut sekaligus merasa bergairah.
Tapi...
Saat Bastian menarik bajunya, dan mulai menciumi leher dan bahunya, kesadaran gadis itu muncul. Dia mendorong wajah Bastian, dengan nafas yang masih tidak beraturan. Rambut panjangnya sudah berantakan.
"Ti.. tidak Tuan, saya mohon hentikan. Jangan."
Bastian tidak mendengarkan Viola, hasrat didalam dirinya telah terpantik, membuat Bastian seperti layaknya predator yang berhasil menangkap buruannya.
Cup.. cup...
Bastian menahan tangan Viola dan mencium leher gadis itu lagi dan lagi.
Cup.. cup.. muah..
"Jangan... jangan... saya tidak mau! Saya mohon! Lakukan jika Anda sudah menikahi saya, Tuan.. saya mohon!"
Bastian mengurangi intensitas kecupannya.
"Kakak, lepaskan kakakku juga, itu bukan salah kakakku, teman bisnisnya yang menipu kakak dan Anda."
Setelah Viola bicara, bukannya berhenti, tangan Bastian mencengkeram belakang kepala Viola, membuat gadis itu mendongak, dan kini sapuan bibir Bastian membasuh leher dan juga pipi Viola.
"Kau akan mendapatkan yang kau inginkan, setelah aku mendapat apa yang aku mau Vio, itu aturannya."
Cup.. cup...
Viola mulai ketakutan dan menangis.
"Saya akan membenci Anda! kalau Anda memaksa saya melakukannya sekarang!" Suara Viola yang ringan memenuhi ruangan. Seperti anak panah yang menembus kesadaran Bastian. "Saya akan membencinya setiap kali Anda melakukan ini. Jadi saya mohon berhenti sekarang, Tuan Bastian."
Bastian menghela nafas kesal, lalu dia menurunkan tangan dan mengeluarkannya dari balik baju Viola. Gadis dalam dekapan laki-laki itu sudah meneteskan banyak airmata.
"Kau menyebalkan ya," gerutu Bastian.
Viola hanya membuang pandangan.
"Tapi baiklah, aku akan mengabulkannya Viola, aku akan menuruti keinginanmu kali ini. Aku tidak akan menyentuh mu lebih dari ini. Jadi berhentilah menangis."
"Hiks.. hiks..."
Tangan Bastian menyentuh pipi Viola, membasuh airmata yang masih menetes, lalu perlahan mengusap bibir Viola.
Tapi...
"Cium aku sekali lagi, aku akan melepaskan mu setelahnya," ujar Bastian, dibumbui senyum kemenangan.
Dan Viola, memejamkan matanya, ketika menyentuh bibir Bastian dengan jemarinya, saat bibirnya terbuka, laki-laki itu tidak memberinya jeda bernafas, dan langsung melahapnya begitu saja.
Hari itu berakhir, dengan satu ciuman panjang dari Bastian.
Viola bisa keluar dari Vila, pikirannya ngambang. Bibi pemilik kebun menghujaninya dengan rentetan pertanyaan, gadis itu hanya mengangguk dan mengiyakan.
Tuan sekretaris gila! Kau lebih gila dari Tuan Bastian! Tapi, tak perlu ada yang diluruskan, karena yang bisa Viola lakukan hanyalah menuruti keinginan Bastian.
Aaaaa! Kenapa aku menciumnya dasar gila! Kalau aku kabur dan pergi tanpa menoleh, aaaaa! Kakak! Bagaimana sekarang?
Demi melepaskan Venus dari hutang dengan Hexana Group, Viola yang masuk ke dalam kandang harimau itu, yang di dalamnya ada CEO gila yang sudah beristri.
"Vio! Vio!"
Bibi mengguncang bahu Viola yang tenggelam dalam lamunan.
"Sudah sampai di klinik, tapi tunggu! Kau benar-benar kekasih tuan pemilik Vila? kalian benar-benar mau menikah?"
Viola nyengir sambil membetulkan ikatan rambutnya.
"Vio, kau kenal dimana dengan beliau? Beliau itu yang punya Hexana Group kan? tempat Venus ketipu itu kan?"
Pikiran tajam bibi sepertinya sudah berkelana dan menyimpulkan sesuatu. Walaupun bibi sejujurnya tidak tahu siapa Tuan Bastian, tapi pasti Paman Burhan yang cerita. Dan bibi menarik benang merahnya sendiri.
"Kami bertemu di kafe tempatku bekerja Bi, dan entahlah dari mana awalnya, tahu-tahu sudah begini," ujar Viola nyengir.
Tidak mungkin kan aku cerita pada bibi. Hiks..
"Jangan bilang pada ibu dan kakak dulu ya Bi, biar aku yang cerita nanti. Aku takut membuat ibu kaget lagi, apalagi kakak."
Setengah mati tadi Viola menahan Tuan Bastian yang mau mengantarnya. Demi kewarasan Venus dan juga kesehatan ibu. Kalau bibi keceplosan bisa gawat.
"Ya Bibi ya, jangan cerita apa-apa dulu." Viola memohon.
"Ia, ia, Bibi ngerti, sudah sana. Venus sudah ngamuk nyariin kamu dari tadi. Masuk dulu dan temui ibumu."
Bibi tersenyum sambil mengusap bahu Viola. Gadis itu mengangguk dan berterima kasih sekali lagi, lalu keluar dari mobil, dan berlari masuk ke dalam klinik.
Mobil kemanan Hexana Group dan pengawal berbadan besar sudah menghilang dari halaman parkir klinik.
Telinga Viola seperti langsung terbakar, karena Venus langsung mengomel ketika melihatnya. Kalau bukan di klinik, mulutnya pasti masih berbusa sekarang.
Viola memeluk ibu yang tersenyum lemah padanya.
"Maaf ya Vio, kamu pasti kaget. Lagi-lagi ibu nyusahin kakakku, malah sekarang kamu juga jadi susah."
Mendengar kata-kata ibu, tentu saja bibir Viola sudah mengkerut mau menangis, gadis itu menggeleng dengan cepat lalu memeluk ibunya.
"Ibu jangan bilang begitu, ibu sehat ya, sudah nggak papa, masalah kakak pasti selesai, ibu jangan khawatir. Nanti kita bikin bolu pisang ya, kalau ibu sudah pulang."
Viola berusaha tersenyum dengan cerah, lalu menyapu pipi ibu dengan tangannya.
"Haha, kamu ini. Aduh pisang ibu padahal sudah ibu kupas tadi."
Venus ikut tertawa, sambil mengusap kepala Viola.
Ibu sudah bisa pulang besok, mereka akan menginap sehari. Karena dokter utama cuma datang kalau malam hari saja. Dia dokter dari desa sebelah.
Saat ibu sedang istirahat sambil ditemani bibi pemilik kebun, Viola menarik tangan Venus untuk mengikutinya, mereka berjalan ke samping klinik, ada deretan kursi kosong di sana.
"Vio, kamu dari mana tadi?"
Bukannya duduk di samping Venus dan menjawab, Viola malah berdiri di depan deretan kursi tempat Venus duduk.
"Kenapa? duduk sini? kamu sudah makan belum? Kakak sudah makan di warung sana, mau kakak beliin?"
Venus menunjuk deretan warung yang ada di dekat pasar. Gelengan kepala Viola membuat perasaan Venus tidak nyaman.
"Vio, kamu kenapa?"
"Hutang Kakak berapa ke Hexana Group?"
"Apa si, jangan memikirkan itu. Kakak yang akan menyelesaikan hutang-hutang sialan itu!"
Venus menarik tangan Viola, akhirnya gadis itu jatuh duduk di samping Venus.
"500 juta?" tanya Viola.
"Hah? Bukan kok 500 juta, 100 juta. Bisa mati aku kalau sebanyak itu."
Plak!
Viola memukul bahu Venus.
"Apa si?"
"Kakak bilang utang kakak 500 juta kemarin! Kok sekarang jadi 100 juta!"
"Hah? Kapan kau bilang begitu, kamu salah dengar Vio. DP yang dibawa kabur sialan itu 100 juta, jadi jangan khawatir, aku akan melunasinya."
Puk.. puk... Venus mengusap kepala Viola, dia bergumam geram pada teman yang mengkhianatinya.
"Kakak dipukuli tim keamanan Hexana Group?"
"Hah? nggak si, aku yang kesal karena nggak bertemu dengan sialan itu, akhirnya aku mau kabur dari tim keamanan, tapi mereka menangkap ku. Akhirnya aku melawan, aku pukuli mereka, tapi malah aku yang babak belur dan awut-awutan. Mereka juga sudah pergi barusan, katanya bos mereka menyuruh mereka pergi, karena yakin aku nggak akan kabur."
Yang terakhir Venus menjawab getir, mereka sudah tahu alamatku, kalau aku punya ibu dan adik. Itu seperti sudah jadi jaminan aku tidak akan kabur kan.
"Aku akan melunasi hutangku Vio. Mereka berjanji tidak akan mengusik kalian, asal aku melunasi hutangku. Aku akan terus mencari sialan gila itu! Sambil aku membuat desain untuk Hexana Group."
Sama, kata-kata kakak seperti yang Tuan Bastian katakan. Hutang 100 juta, kakak yang mau kabur dan memukul tim keamanan duluan. Apa benar semua cuma kebetulan, kalau kakak memang tertipu temannya tanpa ada campur tangan Tuan Bastian.
Deg..
Sekarang itu tidak penting, sekarang yang penting adalah, bagaimana aku mengatakan pada kakak, kalau aku mau menikah, dan jadi istri kedua! Aaaaaa!
Viola mencengkeram rambutnya sendiri, bingung.
Bersambung