NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:59.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka

"Apa-apaan ini? Wanita itu malah pindah ke kamar Tuan Muda. Sebenarnya ada apa di antara mereka berdua?" ucap Monica dengan ekspresi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Rasa iri dan kebingungan menyelimuti wajahnya.

Martha, yang sedang merapikan meja, melirik Monica sekilas namun memilih untuk tidak berkomentar. Dia pun tidak tahu alasan di balik keputusan Tuan Muda. "Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Monica. Sebaiknya kita fokus pada pekerjaan saja," katanya akhirnya, mencoba meredakan situasi.

Monica mendengus tidak puas. "Tidak masuk akal. Kenapa Vivian yang dipilih? Aku sudah bekerja disini jauh lebih lama darinya."

Martha menarik napas panjang dan menatap Monica dengan sabar. "Kita disini untuk bekerja, bukan untuk mencampuri urusan, Tuan Muda. Kita hanya perlu menjalankan tugas kita dengan baik."

Monica tidak bisa menahan rasa kesalnya, namun dia tahu Martha benar. Dengan enggan, dia kembali ke pekerjaannya, meski pikirannya masih dipenuhi dengan berbagai spekulasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara Tuan Muda dan Vivian.

Di sisi lain, Vivian berjalan menuju kamar Nathan dengan langkah yang berat. Setibanya di sana, dia mengetuk pintu dengan gugup. Nathan, yang sedang duduk di meja kerjanya, hanya melirik sekilas sebelum memberi isyarat agar Vivian masuk.

"Letakkan barang-barangmu di sudut sana," perintah Nathan tanpa menoleh, suaranya tetap dingin dan datar.

Vivian mengangguk pelan, mengikuti instruksi tanpa banyak bicara. Setelah selesai, dia berdiri canggung di tengah ruangan, tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya.

Nathan mengangkat kepalanya dari dokumen dan menatap Vivian sejenak. "Kau akan tidur r disini denganku mulai sekarang. Aku tidak ingin ada masalah. Mengerti?"

"Baik, Tuan Muda," jawab Vivian pelan.

Nathan kembali fokus pada pekerjaannya, seakan tidak ada yang berubah. "Mulai besok, kau akan ikut dalam rutinitasku. Pastikan kau siap."

Vivian hanya bisa mengangguk lagi. Dia merasa seperti berada di antara dua dunia, dunia pelayan yang biasa dia jalani dan dunia baru yang penuh dengan ketidakpastian bersama Nathan yang kini telah resmi menjadi suaminya.

Nathan bangkit dari kursinya dan menghampiri Vivian, menatapnya dengan tatapan yang lebih tenang dan serius.

"Sekarang kita adalah suami-istri, Vivian," ucap Nathan dengan suara tegas, meski tetap terdengar dingin. “Aku tidak ingin ada jarak lagi di antara kita. Mulai sekarang, kau tidak perlu lagi memanggilku dengan sebutan ‘Tuan Muda’. Aku adalah suamimu, bukan majikanmu.”

Nathan melanjutkan, “Dan kau tidak perlu menundukkan kepala di depanku. Aku juga tidak mengijinkanmu patuh pada perintah orang lain, kecuali aku. Posisi dan statusmu sekarang lebih tinggi dari mereka, termasuk Max. Apakah kau mengerti?”

Vivian menelan ludah dan mengangguk lagi. “Ya, aku mengerti,” jawabnya dengan suara pelan, mencoba menyerap perubahan besar dalam hidupnya.

“Bagus,” kata Nathan singkat. “Mulai sekarang, kau akan berbagi tanggung jawab denganku. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman lagi. Kita harus bekerja sama.”

Vivian mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengatasi rasa canggung yang masih menghinggapinya. "Baik, Nathan," ucapnya, memaksa dirinya untuk lebih percaya diri. "Aku akan berusaha sebaik mungkin."

Nathan mengangguk tanpa ekspresi. “Itu yang kuharapkan." Nathan menatapnya sejenak. “Kita akan makan malam bersama nanti. Pastikan kau siap pada waktunya,” ucapnya dingin.

“Tentu,” jawab Vivian, mulai merasa lebih terbiasa dengan suasana baru ini.

Vivian mendekati Nathan, berdiri dengan jarak yang lebih dekat dan menatapnya dengan intens, membuat pandangan mereka bertemu. "Sekarang biarkan aku mengganti perban di perutmu," ucapnya, suaranya bergetar ringan namun penuh tekad.

Nathan menatap Vivian dengan pandangan dingin dan datar. "Baiklah," jawabnya singkat, tak banyak bicara.

Vivian membuka kotak perban dan mulai bekerja dengan hati-hati. Saat dia melepaskan perban lama dan membersihkan lukanya, Nathan diam-diam memperhatikannya. Tatapan matanya yang tajam membuat Vivian merasa gugup, namun dia berusaha keras untuk tetap tenang dan fokus pada tugasnya.

"Kenapa kau tiba-tiba menutup mata kananmu dengan penutup mata?" tanya Vivian, mencoba mengalihkan perhatiannya dari tatapan Nathan yang membuatnya gelisah. "Apakah itu juga berhubungan dengan luka tusuk di perutmu?"

Nathan menggeleng. "Mata kananku mengalami sedikit masalah. Terkadang pandanganku kabur," jawabnya tanpa emosi, suaranya datar. "Itulah sebabnya aku memutuskan untuk menutupnya sementara waktu."

Vivian mengangguk paham. "Oh, begitu," katanya pelan. Dia melanjutkan pekerjaannya dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang terlewat.

Setelah beberapa menit, Vivian selesai mengganti perban dan merapikan alat-alatnya. "Sudah selesai," katanya, menatap Nathan sejenak sebelum mundur beberapa langkah.

Nathan mengangguk singkat. "Hm, terimakasih," ucapnya dingin. "Kau bisa pergi sekarang."

Vivian mengangguk lagi, merasa lega meskipun sedikit terkejut dengan kata-kata terima kasih Nathan. Dia segera membereskan peralatan medisnya dan bersiap untuk keluar dari ruangan.

"Vivian," panggil Nathan tepat sebelum dia mencapai pintu.

Vivian berhenti dan menoleh. "Ya, ada apa?"

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri," katanya, meski suaranya tetap dingin, ada sedikit nada perhatian yang tersembunyi di baliknya.

Vivian terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Baik, aku akan ingat itu," jawabnya dengan lembut sebelum meninggalkan ruangan.

Saat Vivian keluar dari ruangan, Nathan duduk kembali di kursinya, memandang ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh Vivian. Suasana kembali hening, hanya tersisa keheningan yang menegangkan di antara mereka berdua.

"Apa yang kau lakukan di dalam?" tanya Monica tajam, tanpa memberikan Vivian kesempatan untuk menjawab, dia menampar pipi Vivian dengan keras. "Kau pikir kau siapa, berani-beraninya mendekati Tuan Muda?"

Vivian terkejut, merasakan sakit di pipinya. Namun, tanpa berpikir dua kali, dia mengangkat tangannya dan membalas tamparan Monica dengan keras. "Aku tidak akan membiarkan diriku ditindas oleh siapapun, termasuk kau, Monica," ucap Vivian tegas, suaranya bergetar karena marah.

Monica terdiam sejenak, tidak menyangka Vivian akan melawan. "Kau berani menamparku?" tanyanya, matanya membulat karena terkejut dan marah.

"Ya, aku berani," jawab Vivian. "Aku bukan orang yang bisa kau perlakukan sesuka hati. Kau tidak tahu apa-apa tentang apa yang sedang terjadi."

Monica menatap Vivian dengan kebencian yang mendalam. "Kau pikir kau bisa menyaingiku hanya karena Tuan Muda memberikan perhatian padamu? Kau salah besar, Vivian. Aku tidak akan membiarkan ini begitu saja."

Vivian menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan, Monica. Aku disini bukan untuk bersaing denganmu atau siapapun."

Marta, yang mendengar keributan, segera menghampiri mereka. "Apa yang terjadi disini?" tanyanya, melihat Monica dan Vivian dengan cemas.

"Ini bukan urusanmu, Marta," seru Monica.

"Tapi ini urusanku," kata Marta menyela ucapan Monica. "Kalian berdua sebaiknya berhenti bertengkar. Kita semua punya pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak ada gunanya bertengkar seperti ini."

Monica hanya mendengus dan berjalan pergi, masih dengan kemarahan yang jelas terlihat di wajahnya. Vivian menarik napas panjang dan mengikuti Marta, berusaha melupakan kejadian barusan. Namun, dia tahu bahwa hubungannya dengan Monica tidak akan pernah sama lagi.

***

Bersambung

1
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
sella surya amanda
lanjut
Vanettapink Fashion
Luar biasa
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
Musringah
lanjutt
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Anonymous
semangat nulis😁
Iyan
/Ok/
Meiriya Romadhon
bagus
Putu Sriasih
Luar biasa
NAJ L
/Rose//Rose//Rose/
NAJ L
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!