NENEK PAHLAWANKU

Bu Darsih langsung berdiri setelah tau siapa yang membuat kakinya berdarah dan mendekati nenek Samirah.

Sedangkan kaki Pambudi di bungkus kain oleh ayahnya agar darah tak terus keluar. Ada rasa marah melihat anaknya terlibat jaringan preman, ia juga sangat malu di lihat banyak tetangga di sekitarnya.

Para tetangga pada terkagum kagum dengan aksi nenek Samirah, bagai melihat sebuah film silat tapi ini nyata terjadi di depan mata para tetangga, bahkan ibu-ibu yang bermulut yang suka dan sering menghina nenek Samirah dan Sumi jadi ketakutan dan hormat.

"Hai nenek tua... Kamu telah melukai anakku..!!" teriak Bu Darsih.

Nenek Samirah mendekat di depan istri lurah Lesmana dan.. "PLAAAAK.!!"

"Kalau punya mulut dan sikap di jaga perempuan iblis..."

Bu Darsih memegang pipinya yang panas, hatinya ciut melihat sorot mata intimidasi nenek Samirah.

"Anakmu yang salah kenapa kamu mau membela hah..? Ayo kalau kamu tidak terima lawan nenek tua ini, begitu aku tak bisa merobek mulutmu jangan panggil aku nenek Samirah." bentaknya.

Wajah bu Darsih menjadi pias dan ketakutan sampai pucat pasi wajahnya.

"HUUUUUUU.......!!" teriak warga menghina bu Darsih.

Suaminya segera mendekati istrinya dan menarik untuk di bawa pulang. Dewi sangat ketakutan melihat tatapan tajam dari Sumi yang masih duduk di depan rumah. Pak Lesmana, istri dan putrinya memapah Pambudi untuk pulang.

Nenek Samirah mendekati Robert yang di perban tangannya oleh anak buahnya.

"Kamu masih tidak terima ya..?" tegas nenek Samirah seraya mengambil pistol dan mematahkan menjadi 2. Semua anggota preman juga tetangga terkejut melihat nenek Samirah dengan mudahnya mematahkan sebuah pistol yang terbuat dari besi.

"Ampuni kami nek.." kata Robert memelas.

"Baik.. Aku ampuni dan jika kamu atau anak buahmu brani menganggu cucuku jangan salah jika kepala kamu akan ku hancurkan." kata nenek seraya menggenggam sebuah batu sebesar kepalan tanga sambil meremas dan batu itu menjadi debu.

Robert dan anak buahnya melihat menjadi ketakutan setangah mati, ia tak menyangka ketemu dengan orang berilmu tinggi, saat Robert mendongakan kepalanya melihat wajah nenek yang masih emosi seketika semakin ketakutan dan celananya basah, begitu juga anak buahnya. Ia melihat 5 sosok berbadan tinggi tegap dengan pakaian ala prajurit kraton dan sebilah pedang besar yang memancarkan sinar kemerahan.

Robert langsung bersujud di depan nenek Samirah sambil menangis.. "Ampuni ka.. Kami nek.. Kami menyesal dan tak akan menganggu Sumi lagi.."

"Baiklah aku ampuni kalian tapi ingat pesanku tadi."

"Baik nek... Kami berjanji.." jawab Robert masih bersujud.

"Pergilah dan pulanglah.. Bawa pil ini dan minumkan ke anakmu semoga sembuh." kata nenek sambil menyodorkan botol kecil berisi 1 butir pil berwarna putih kekuningan.

"Terima kasih nek.. Kami pamit pergi nek."

Nenek mengangguk dan berdiri lalu berjalan mendekati rumahnya. Sedangkan 5 sosok itu masih berdiri di tempatnya sampai Robert ketakutan dan memerintahkan semua anak buahnya masuk ke mobil. Anggota lainnya mengotong Kento dan Mbesur masuk ke mobil. Lalu berbelok dan pergi dari rumah Sumi.

Semua warga yang melihat kejadian itu bersorak dan tepuk tangan..

"Huusss huuus... Pergi sana jangan kembali.. " teriak ibu-ibu yang melihat mobil Robert menjauh, lalu semua warga tetangga pun mendekat ke rumah nenek menyalami nenek dan Sumi. Semua berbagi cerita apa yang terjadi dan semua paham sampai ada yang marah dengan kelakuan Pambudi.

Sementara itu di rumah pak Lurah Lesmana. Pak Lurah menyidang semua kedua anak dan istrinya.

"Jangan kalian kira aku tidak tahu apa yang kalian lakukan terhadap Sumi selama Sumi di sini..? Dan kamu bu.. Begitu jahat hatimu pada Sumi.? Manusia tak punya perasaan kalian.. Malu aku sebagai Lurah di desa ini..?"

"Pak.. Sumi menampar anak kita sampai bengkak dan giginya rontok." kata istrinya.

"PLAAK"...jangan di kira aku tidak tahu duduk permasalahannya. Semua gara-gara anakmu." tegas suaminya.

Semua menunduk dan Bu Darsih meringis sambil mengelus pipinya yang di tampar suaminya.

"Jika kalian tidak berubah jangan ada di rumah ini dan kamu bu akan aku ceraikan kamu.!" tegas suaminya.

"deg..." bagaikan tersanbar petir mendengar kata suaminya.

"Dan untuk kalian berdua jika berani menghina dan membuat masalah dengan bu Samirah atau Sumi ayah tak akan melindungi kalian. Ku biarkan kalian menderita..

"deg.."