Descendant Of A Mafia

KECERIAAN YANG DIRENGGUT

Melihat kepergian Tobias begitu saja, Sarah hanya bisa terdiam dan termenung. Sekali lagi pria itu pergi mendadak karena sebuah tugas, bukan maksud Sarah melarangnya bekerja, hanya saja Tobias tidak bisa mengatur waktunya.

“Malang sekali nasibmu Nona!” lamunan wanita cantik berponi itu seketika pudar dan langsung menoleh ke arah kursi yang sempat diduduki oleh Tobias.

Kerutan di alis Sarah menandakan bahwa wanita itu benar-benar terkejut melihat keberadaan seorang pria yang saat ini tersenyum penuh ejekan.

Wajahnya yang tampan ingin sekali Sarah memukulnya. Kenapa pria itu tahu keberadaannya? “Kau membuntuti ku?” kesal wanita berambut panjang itu menatap sinis.

Luca tersenyum terus terang. “Aku lebih suka menganggapnya takdir!” balas pria berkaos hitam itu seraya meregangkan otot-ototnya. Dengan tatapan malasnya dan ada yang tidak beres, Sarah meriah tasnya dan langsung pergi menghindari pria gangster itu.

Namun tak semudah itu menghindarinya. Luca mengikutinya dari belakang bak sepasang kekasih yang sedang marahan.

“Berhenti mengikuti ku.” Tegas Sarah mulai berjalan cepat dan segera mencari Taxi.

“Aku tidak mengikuti mu. Motorku terparkir di setiap arah jalanmu.” Entah apa yang ada di pikiran Luca, yang pasti itu sangat membuat Sarah geram hingga wanita itu berhenti dan berbalik menoleh ke arahnya.

“Kau menguntit ku. Memotret ku diam-diam lalu mengatakan alasan yang jelas bahwa kau mengikuti ku. Apa mau mu?” Wajah cantik Sarah yang kini menatap tajam ke Luca, sama sekali tidak mempengaruhi pria itu.

Di tempat umum Sarah yakin bahwa seorang kriminal tidak akan berani menyakiti seseorang karena keadaan yang ramai dan ricuh. “Jadilah wanita ku. Akan ku jamin aku tidak akan seperti pacar polisi mu itu.” Plakk!!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Luca.

“Aku tidak menyukaimu. Aku tidak menyukai pria sepertimu, jika kau tidak mau menjauh maka aku akan melaporkanmu ke polisi.” Gertak Sarah menunjuk ke Luca dan memperjelas ketidak sukaan nya.

Luca meraih telunjuk wanita itu dan enggan melepasnya. “Lorenzo de Luca! Pria yang tidak suka dibantah dan apapun yang aku inginkan maka akan aku dapatkan.” Pria itu tersenyum miring menatap lekat ke dalam mata Sarah.

“Lagi pula pacar polisi mu itu tidak becus melakukan tugasnya! Apa kau pikir seorang polisi pria baik-baik?!” pertanyaan konyol yang baru saja Sarah dengar.

“Polisi bertugas menangkap seorang kriminal seperti mu.” Ketus Sarah melepas paksa tangannya dari Luca. Bukannya tersinggung, Luca malah tersenyum pasrah.

Melihatnya saja sudah membuat Sarah geleng kepala hingga dia memutuskan pergi sampai ia akhirnya melihat seorang petugas polisi yang berpatroli di jalan.

“Permisi!!” teriak Sarah mengambil kesempatan sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.

Kedua polisi wanita dan pria itu menoleh ketika melihat Sarah berlari ke arahnya.

“Ada yang bisa kita bantu?” tanya polisi pria kepadanya.

“Pria di belakang ku terus saja mengikuti ku, apa kalian bisa membantu— ” Sarah terkejut saat ia menoleh namun sudah tidak melihat keberadaan Luca di sana. Dia sangat yakin pria gangster itu mengikutinya di belakang, kenapa dia cepat sekali perginya.

“Kau baik-baik saja Nyonya?” tanya polisi wanita keheranan. Tak ada lagi yang bisa Sarah katakan selain tersenyum remang dan penuh malu.

...***...

Setelah membunuh seseorang, kedua orang yang sama-sama memakai jaket merah itu berjalan pergi dengan santainya. Sang pria yang mulai memakai topi jaketnya pun masih menyorot tajam, begitu juga dengan si wanita yang nampak sekali tekadnya sebagai seorang kriminal.

Keduanya berpisah di jalan yang berlawanan tepat ketika sirine polisi terdengar hingga para polisi datang di tempat kejadian.

Tidak ada ketakutan di mata para pembunuh, bahkan mereka belum puas sampai para musuhnya mati. Pria berparas tampan bermata silver indah itu berjalan melintasi lalu lintas, ingatannya tiba-tiba mengingat ke masa-masa sebelumnya. Sebelum dia menjadi seorang kriminal dan pembunuh.

Flashback On

Eight Years Before

Verona Italia— Seorang pria tampan dengan rambut berantakan juga pakaian kaos tipis ala pakaian pantai. Pria tampan bermata silver yang saat ini sedang menikmati liburannya setelah sibuk di negara asalnya, Turki, kini dia akan menikmatinya.

“Aaaaaaaaa!!!!” teriaknya seraya merentangkan kedua tangannya tepat di ujung tebing bukit yang tinggi. Kesenangannya sangat terlihat lewat pancaran senyuman yang terukir di bibirnya.

Tidak ada kebencian, tidak ada kemarahan, tidak ada balas dendam. Dia hanyalah seorang pria biasa yang suka akan keindahan alam. Seorang pria yang lahir dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan saudarinya. Dia seorang pria yang murah senyum, memiliki sikap yang baik dan teratur.

Dari arah belakang, tiba-tiba seorang wanita berambut panjang bergelombang merangkulnya dengan penuh semangat dan senyuman lebar. Keduanya berputar sekilas lalu saling berhadapan dengan mimik wajah yang berbeda.

“Itu sangat berbahaya Zoe. Kau selalu menggangguku.” Kesal pria itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang miliknya yang tergeletak di tanah.

“Aku akan selalu mengganggu mu! Lupakan itu, ada tempat terakhir yang ingin aku tunjukkan sebelum kita kembali!” ajak wanita cantik yang memiliki warna kulit langsat kecokelatan bermanik mata silver yang hampir sama seperti pria tadi.

“Jangan yang menguji adrenalin lagi Zoe, no.. No...” pria bernama Grey (25th) itu menggeleng. Sudah cukup Zoe mengajaknya berlibur dengan gaya ekstrim. Keduanya memang mengakui bahwa mereka takut akan kehidupan di luar, namun mereka memutuskan untuk melawan ketakutannya tersendiri.

“Hanya pemandangan biasa. C'mon!” tarik Zoe (22th) ringan hingga Grey terpaksa mengikuti langkahnya karena dia sudah berjanji akan melindunginya. Zoe adalah kesayangannya setelah kedua orang tuanya.

Mereka pergi di tempat dengan pemandangan indah, bermain flying fox diantara dua tebing tinggi, serta melakukan kesenangan lainnya hingga mereka berhasil melupakan ketakutannya. “Woooooo!!!!!” seru keduanya.

Senyuman lebar yang tak akan pernah mereka lupakan sebelum kejadian buruk itu.

Flashback Off

.

.

.

Pria itu mengingat masa-masa sebelumnya, saat ia masih bisa tersenyum lebar. Berbeda dengan saat ini, semuanya seakan sudah berubah total ketika dia datang ke negara ini. Senyuman dan kebahagiaan nya direnggut bersamaan dengan orang-orang tak bertanggung jawab.

Tidak ada senyuman di bibir Grey (33th) maupun Zoe (30th) setelah 8 tahun lalu.

Di negeri asing itu mereka akan menjadi seseorang yang berbeda kepribadian aslinya yang awalnya hanyalah seorang wisatawan biasa penuh keceriaan. Wanita bernama Zoe itu juga berjalan tanpa henti melewati lorong-lorong di bangunan besar kota Verona.

Kericuhan terjadi di tempat lokasi pembunuhan. Tobias baru saja sampai dan terkejut melihat sang pengusaha Aren tergantung di jendela dengan sebuah tali melilit lehernya. “Astaga! Siapa yang melakukan kekejaman ini?” ucap polisi lain yang juga berada di lokasi kejadian.

Tobias mengamatinya tanpa henti, kematian yang sangat tragis hingga dia mengusap bibir dan hidungnya bersamaan.

“Apa ada jejak atau sidik jari dari pelaku?” tanya Tobias ke para polisi yang sudah masuk dan mencari bukti di dalam toko.

“Tidak ada satupun, bahkan sidik jari pun tidak ditemukan selain.... Ini— ” Polisi tadi memberikan sebuah suntikan kosong kepada Tobias. Pria itu mengerutkan keningnya, menerima suntikan tersebut.

“Di suntikan itu hanya ada sidik jari tuan Aren saja.”

“Itu tidak mungkin.” Balas Tobias tak percaya begitu saja. Dia sangat yakin pelakunya benar-benar cerdik.

Tit tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit Tit...... Suara yang familiar terdengar sangat cepat dan bertambah cepat.

Sebuah ibu jari menekan tombol kecil berbentuk oval dalam sekejap Tit!

JDUAARRRRR!!!!!! Ledakan besar terjadi di dalam toko milik Aren sehingga Tobias dan para polisi lainnya langsung merunduk kaget hingga mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalanan dekat toko tersebut ikut berbunyi.

Grey memberikan tombol berbentuk oval tadi kepada Zoe yang berjalan di sebelahnya. Wanita itu menerimanya lalu membuangnya ke perapian milik orang-orang jalanan hingga hangus terbakar dan hiksng