NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dapur Amora

Setelah berjam-jam berlari, kurang tidur dan kelaparan, Noil dan Flint tertidur pulas di atas bak pasir yang terguncang-guncang, saat subuh gundukan pasir itu seperti bantalan empuk yang nyaman. Tapi, ketika siang pasir itu berubah menjadi panas seperti penggorengan. Flint yang terbangun lebih dulu karena merasa tubuhnya terbakar, dia membangunkan Noil dan berkata sudah waktunya untuk pergi sebelum pemilik truk menurunkan pasir dan memergoki mereka sebagai penumpang gelap.

Di tikungan, di sebuah desa. Saat truk itu menurunkan kecepatannya, Noil dan Flint melompat keluar, insting pertama di kepala Flint saat berhasil mendarat adalah bersembunyi, dia menemukan lumbung padi, dan langsung berlari ke sana. Flint sudah sampai di depan lumbung ketika dia sadar Noil tidak bersamanya. Bagi Noil ini pertama kalinya dia ke desa. Flint menemukan Noil sedang celingukan di pinggir jalan melihat-lihat rumah, adalah sebuah keajaiban tak ada siapapun di sana yang memergokinya. Flint kembali ke jalan untuk menyeret Noil hingga ke belakang lumbung dan memelototinya.

Noil berkata sambil menunjuk rumah di seberang jalan.

"Bagaimana mereka membuatnya, apa terbuat dari batu atau kayu?"

"Oh ya ampun jangan kampungan seperti itu," kata Flint, "itu rumah dan kenapa juga kau berdiri di pinggir jalan, orang-orang bisa melihatmu."

"Yeah aku hanya ingin melihat-lihat sebentar."

Flint naik pitam, kesabarannya yang tipis langsung habis.

"Melihat-lihat!, apa kau ingin mati! lihat apa yang telah manusia lakukan padaku dulu."

Flint menunjukkan pantatnya, ada sebuah cap berbentuk huruf u dan huruf t di tengah pantatnya.

Flint menggertakkan gigi depannya dan berkata, "Manusia mencapku dengan besi panas, bekasnya sangat jelek dan tidak bisa hilang meskipun digosok dengan batu!"

Noil berkata, "Kau sudah menceritakan itu kemarin."

"Benarkah?" kata Flint, "bagaimana dengan kakiku yang dipaku!"

"Ya, itu juga Flint."

"Kalau punggungku yang disemprot cat warna pink."

"Itu juga."

"Warna pink!"

Noil mengangguk.

"Bagus kalo kau masih mengingatnya," kata Flint.

Flint lalu mendekatkan hidungnya pada hidung Noil.

"Satu lagi yang harus kau ingat! aku tidak ingin ada aksi berbahaya lagi seperti berlari berjam-jam, melompat dari atas jurang, ataupun melihat-lihat di pinggir jalan, apa kau mengerti?"seru Flint.

"Yeah aku mengerti."

"Aku tidak mendengar mu bersungguh-sungguh."

Noil mengangguk. "Yeah, aku mengerti."

"Apa itu suara gemuruh di siang hari, atau bunyi perutmu?"

Noil menyeringai. "Aku kelaparan."

Bertahun-tahun tinggal bersama manusia di peternakan membuat Flint tahu di mana letak dapur, tempat manusia menyimpan banyak makanan. Noil dan Flint mengendap-ngendap di belakang deretan rumah dan memilih sebuah jendela dapur berwarna biru tua yang terbuka.

Flint menjulurkan kepalanya, memantau situasi di dalam dapur, ketika dia melihat tak ada siapapun, dia menoleh pada Noil dan memberinya tugas.

"Kau masuklah ke dalam," kata Flint.

Noil mendongak menatap jendela di atas kepalanya, dan menggeleng pada Flint.

"Bukannya aku tidak mau melakukan perintahmu kapten, tapi jendela itu terlalu kecil untukku, aku mungkin akan menyangkut."

"Benarkah?"

Noil mengangguk.

Jendela itu memang cukup tinggi, dan sedikit kekecilan bahkan untuk ukuran Flint. Ketika Flint mencoba untuk masuk melewati jendela, Noil harus menggunakan kepalanya untuk mendorong tubuh Flint agar kambing kurus itu bisa masuk ke dalam dapur. Di dapur ketika Flint sedang mengamati sekitarnya atau lebih tepatnya mencari kulkas atau lemari makanan, sebuah suara mengagetkannya setengah mati.

"Kena kau sekarang!" kata sebuah suara.

Jantung Flint hampir copot, dia sudah akan melompat keluar dari jendela tapi berhenti di tengah jalan.

"Lakukan saja, keluarkan kakimu dari jendela, dan aku akan berteriak," kata suara itu mengancam.

Flint segera berdiri kaku, dengan dua kaki terangkat ke atas, seperti belalang sembah. Flint melihat di sekelilingnya, tak ada siapapun di dalam dapur itu, membuatnya teringat akan cerita hantu rumah yang bergentayangan mengganggu orang-orang, mungkin hantu itu juga suka mengganggu binatang.

"Aku ada disini," suara itu muncul lagi.

Flint menunduk, seolah-olah akibat sihir seekor kucing rumahan berwarna orange terang keluar dari balik celah sempit di antara dua buah lemari. Amora menatap Flint, memasang tampang: campuran kesal dan kejam.

Bagi Flint lebih baik berhadapan dengan kucing pemarah daripada harus bertemu manusia.

"Okh hai," kata Flint mencoba seramah mungkin.

"Okh hai ... okh hai ...," kata Amora.

Amora meludah di lantai, dia melompat ke bak cucian piring, mengambil tutup panci dan mendekatkannya pada dinding.

Amora berkata, "Tau, apa yang terjadi jika aku memukulkan tutup panci ini ke dinding, ha! Dalam sekejap kau akan di penjara dalam kandang."

Flint menggeleng dia tidak mau di penjara dalam kandang. Dengan keahlian layaknya pemain sirkus, Amora berjalan meniti dari satu tumpukan piring ke tumpukan piring yang lainnya, Flint berkedik ngeri takut kalau-kalau kucing itu kehilangan keseimbangan, terpeleset, dan menjatuhkan salah satu piring kelantai, bunyinya bisa memanggil semua orang ke dalam dapur.

Amora berkata, "Berbulan-bulan aku menunggumu, aku bersembunyi di balik celah, di atas lemari, di bawah kolong, memasang perangkap. Semua orang di rumah ini, kecuali Betty ku tersayang mulai menganggapku tak berguna, tak becus menjaga rumah, mereka mulai berpikir untuk membuangku ke tempat penampungan kucing. Jangan coba-coba menyelaku saat aku berbicara atau aku akan membunyikan panci ini hingga kucing mati pun kaget mendengarnya."

Amora melompat dari bak cucian ke atas lemari piring lalu ke lemari kayu yang lebih tinggi, tanpa pernah melepaskan pandangannya dari Flint.

"Aku pikir selama ini aku berhadapan dengan tikus pencuri kecil yang licik, ternyata hanya seekor kambing berwajah dungu, kau pasti punya sihir atau semacamnya sehingga aku tidak bisa melihatmu selama ini, tapi keberuntunganmu sudah hilang sekarang, kau akan menyesalinya karena berani-beraninya masuk ke dapurku, pencuri!"

"Aku bukan pencuri, aku hanya ..."

Lidah Flint terselip karena takut.

Amora meloncat turun dari lemari ke lantai.

"Bukan pencuri katamu, Ha! Masuk lewat jendela, mengendap-ngendap mencari lemari makanan dan kau masih menyebut dirimu bukan pencuri! Lihat tampangmu itu!"

"Oke baiklah, aku memang berniat mencuri, tapi bukan aku yang mencuri di dapurmu selama berbulan-bulan, ini pertama kalinya aku mencoba mencuri, aku bahkan tidak sempat menyentuh lemari makananmu."

Amora mengeram.

"Terus saja berbohong pencuri! kami akan mengarakmu ke jalanan, menggunduli semua rambutmu, hari ini kau akan bernasib sial, dan aku akan dipuja-puja, Betty ku tersayang akan sangat bangga padaku."

Sementara di belakang dapur, di bawah jendela, Noil mulai merasa gatal karena tak sabar dan terutama karena kelaparan, Noil bisa mencium bau daging meskipun tersimpan di dalam lemari sekalipun, baunya membuatnya menjadi gila, meskipun dia mengukurnya berkali-kali, dia tetap akan menyangkut di jendela, tapi binatang yang kelaparan bisa menjadi sangat nekat dan kehilangan akal sehat, Noil akhirnya melompat dan

'Bruk!'

Noil menyangkut di tengah jendela, setengah badannya di dalam dapur, setengahnya lagi diluar.

Flint sampai terjatuh karena kaget, jika saja dia boleh berisik di dalam dapur orang, dia pastilah sudah menjerit sekarang.

"Apa yang kau lakukan?" seru Flint dengan suara tertahan ditenggorokan.

"Ternyata memang menyangkut," kata Noil.

Flint berkata, "Kalau kau tahu akan menyangkut, kenapa juga kau nekat."

"Karena kau lama sekali, apa yang kau lakukan disini?" kata Noil, " kau tidak menghabiskan semua makanannya sendirian kan?"

"Itu karena ...."

Flint menyadari sesuatu yang lebih berbahaya daripada kenyataan Noil yang menyangkut di jendela, sesaat dia melupakan si Amora, kucing itu bisa saja sudah berlari ke ruang tamu, memanggil semua orang. Flint menoleh dan kembali bernafas ketika melihat Amora masih berdiri kaku di posisinya.

Amora memandangi setengah badan Noil lebih dengan wajah kaget daripada marah.

"Apa aku sedang bermimpi?" Kata Amora lalu dia menampar pipinya sendiri.

Ketika melihat Amora mengelus-elus pipinya yang sakit Flint berkata, "Memang sangat aneh, melihat seekor kambing di dapur, dan seekor singa menyangkut di jendela dapurmu di siang hari bolong, tapi yeah kau tidak sedang bermimpi."

"Siapa dia?" kata Noil.

"Dia yang menjaga dapur ini," kata Flint.

"Aku pikir singa itu hanya ada di TV," seru Amora.

Amora mengamati Noil lekat-lekat dengan rasa kagum yang tak terkira, matanya berbinar-binar.

"Apa kau bisa berlari lebih cepat dari mobil sedan?" tanya Amora.

"Ya aku bisa berlari," kata Noil, tapi apa itu mobil sedan?

"Aku pernah melihat kau mengaum hingga tembok-tembok runtuh," seru Amora dengan mulut masih menganga.

"Nak ... nak ...," kata Noil, "kupikir itu sudah terlalu berlebihan, aku tidak ...."

"Ya dia bisa melakukannya," kata Flint, segera setelah dia menyadari keadaannya.

Noil tidak pernah punya fans berat, dia tidak tahu bagaimana cara menyenangkan pengagum beratnya, tapi Flint tahu caranya.

Flint berkata, "Dia bahkan bisa memindahkan gunung kalau dia mau."

"Benarkah?"sahut Amora.

Sama sekali tak ada keraguan di mata Amora.

Noil menatap Flint dengan tatapan bodoh.

Flint menyikut Noil menyempitkan matanya memberinya kode isyarat yang artinya: 'katakan saja iya atau kita tidak akan bisa keluar dari dapur ini dengan selamat'

"Ya aku bisa melakukannya," kata Noil.

"Tentu saja kau bisa," kata Amora bersorak, "kau bahkan bisa mengalahkan puluhan musuh hanya dengan mata terpejam, cakarmu bisa merobek baja, aku sering melihatmu di TV, setiap malam aku melihatnya, sekarang kau ada di sini, di sini ... di dapurku yang sederhana, aku tidak percaya bisa melihatmu langsung, 'si jagoan halilintar! berdiri di depan mataku."

Flint berdeham.

"Aku sebenarnya tidak ingin menganggu kalian berdua, tapi kami, si jagoan halilintar ini sedang terburu-buru, ada banyak musuh yang harus dia lawan, dan tembok yang harus dia hancurkan dengan aumannya, yeah... apa kau punya sedikit makanan?"

Amora bahkan tak sudi untuk sekedar melirik Flint, dia mengabaikannya seolah-olah Flint tak ada disana, seolah-olah perkataan Flint hanya angin lalu.

Jadi Flint menyikut Noil, memberinya kedipan mata, yang artinya: 'Jangan diam saja seperti binatang tolol katakan sesuatu.'

Noil balas mengedip tiga kali, maksudnya: 'Apa yang harus aku katakan?'

Flint membalas kedipan Noil : 'Apa saja, kau mau makan tidak?'

Noil mengangguk, dia mau mati karena kelaparan.

"Yeah," kata Noil pada Amora "apa kau punya daging?"

"Punya!" kata Amora secepat kilat.

Seperti prajurit yang mendapatkan perintah dari jendralnya Amora melompat ke rak piring, lalu ke atas kulkas, mengambil kuncinya, lalu turun, membuka pintu kulkas, dari dalam frezer, Amora mengeluarkan kotak-kotak berisi daging beku.

"Apa kau punya buah atau sayur di dalam sana?" kata Flint."

Jangan pernah menyentuh kulkasku, kau bisa makan sisa-sisa makanan di tempat sampah," kata Amora.

"Yeah baiklah, anggap saja aku tidak ada," kata Flint berjalan mendekati tempat sampah.

Noil melahap berkotak-kotak daging beku hanya dalam hitungan detik hingga membuat giginya nyilu karena dingin.

Tapi butuh waktu hampir setengah jam lebih untuk bisa mengeluarkan badan Noil dari jendela.

Proses mengeluarkan Noil dari jendela melibatkan satu botol minyak ikan, gergaji kayu, sedikit dorongan beberapa tendangan, semua itu jelas menghasilkan keributan, untungnya Noil dan Flint sudah pergi menghilang ketika semua orang di ruang tamu pergi ke dapur.

Amora berdiri di pinggir jendela dan berkata pada pemilik rumah.

"Aku yang melakukannya, aku yang bertanggung jawab atas semua kekacauan ini, okh Betty ku tersayang jangan menangis seperti itu, aku akan menjelaskan semuanya padamu."

Sebelum pergi, Amora membekali Noil dan Flint satu loyang pie apel dengan bekas cakar kucing di atasnya. Amora berkata jika mereka ingin sampai ke kota, cara tercepat adalah naik kereta api, dan satu-satunya cara pergi ke stasiun kereta tanpa ketahuan para musuh adalah dengan meminta bantuan Nyonya Maya.

"Berikan pai apel itu, Nyonya Maya akan mengerti apa yang harus dia lakukan," seru Amora.

Nyonya Maya tinggal di belakang kandang bebek paling besar di desa. Noil dan Flint bersembunyi di semak-semak menunggu hingga dua orang yang bertugas memberi makan kawanan bebek pergi, lalu mereka meloncat melewati pagar kayu.

"Siapa diantara kalian yang bernama Maya?" kata Flint pada kawanan bebek di kubangan Lumpur.

Seekor bebek betina paruh baya mendongak dan keluar dari kerumunan.

Bebek itu berseru sambil membusungkan dada.

"Nyonya Maya, kalian harus lebih sopan pada yang lebih tua."

Nyonya Maya memandangi Flint dan berkata, "Aku kenal kau, kau kambing!" lalu dia menunjuk Noil, "tapi siapa dia, kenapa dia begitu kuning dan besar."

Sambil menggigit loyang pie, Noil berusaha tertawa, dia berkata dengan sudut mulutnya

"Apa kau tidak kenal aku, aku singa 'si jagoan halilintar aku bisa memindahkan gunung kalau aku mau."

Nyonya Maya bertanya, "Apa kalian baru saja dari dapurnya Amora?"

Noil dan Flint mengangguk.

Nyonya Maya menoleh ke belakang pada bebek-bebek yang lebih kecil.

Nyonya Maya berkata, "Lihatlah anak-anak! inilah akibatnya jika kalian sering bergaul dengan Amora, otak kalian bisa menjadi miring, sudah kubilang padanya untuk berhenti menonton TV."

Flint menertawai Noil.

"Sudah kubilang ini bukan hutan, tidak semua binatang mengenalmu."

Noil meletakkan kue pie di bawah paruh Nyonya Maya.

"Kami ingin ke kota manusia, Amora bilang kau bisa membantu kami, bukan aku yang mencakar kuenya Amora yang melakukannya," kata Noil.

Nyonya Maya menatap bekas cakar di kue pie dan mendongak pada Noil dan Flint.

"Apa kalian mencoba menyogokku?"

Noil dan Flint tak tahu apa artinya menyogok tapi mereka sepakat kalau sebaiknya mereka mengangguk, jadi mereka mengangguk.

"Baiklah," kata Nyonya Maya.

Nyonya Maya lalu melahap seloyang pie sampai habis, berdeham kekenyangan lalu berkata pada teman-teman bebeknya yang lain.

"Jika ada yang mencariku, katakan kalau aku sedang menyelundupkan dua penumpang gelap."

"Ayo, ikuti aku anak-anak!" kata Nyonya Maya pada Noil dan Flint.

"Jadi apa yang kalian inginkan di kota?" kata Nyonya Maya di jalan.

"Kami ingin menyelamatkan hutan kami," kata Noil.

Nyonya Maya tertawa mendengarnya.

"Teman kuda kuningmu ini benar-benar terpengaruh omongan Amora."

"Sudah kubilang aku bukan seekor kuda, aku singa," kata Noil.

"Apa saja lah," kata nyonya Maya.

"Apa kita tidak sebaiknya mengambil jalan yang banyak pohonnya atau dibelakang semak-semak, apa jalan ini tidak terlalu terbuka," seru Flint.

Berjalan di tanah lapang yang luas membuat Flint cemas, tak ada apapun yang bisa menyembunyikan mereka, jika ada seseorang yang lewat sana dia pasti bisa melihat mereka.

"Tenanglah sayang," kata nyonya Maya, "aku sudah menyelundupkan puluhan binatang lewat jalan ini sepanjang hidupku, jalan ini aman tak ada siapapun yang berani lewat sini, bahkan saat siang hari sekalipun, tidak sejak rumor itu berkembang."

Dengan ujung paruhnya, nyonya Maya menunjuk sebuah pohon beringin besar, satu-satunya pohon di lapangan itu, dari kejauhan pohon itu tampak seperti payung besar berwarna hitam.

"Orang-orang bilang, ada hantu menggantung di pohon tua itu," kata Nyonya Maya.

Lalu Nyonya Maya tertawa, seakan-akan dia baru saja mengatakan hal yang lucu.

"Aku pernah lewat sini saat tengah malam buta, tapi tak ada apapun yang menggangguku, tidak ada hantu yang menyapaku: 'Hai apa maumu? mengapa kau lewat sini? Tidak ada apa-apa di pohon tua itu, pohon itu hanya tua, itu saja."

Noil tertawa, tapi tidak dengan Flint, selain takut pada ketinggian dia juga takut pada hantu, dengan kaki ketakutan Flint mempercepat jalannya mendahului Noil dan Nyonya Maya, "Ada kereta yang harus kita kejar, kita sebaiknya tidak membicarakan soal hantu, mereka bisa mendengarmu."

"Ini masih siang hari Flint," seru Noil.

"Walaupun di siang hari aku tetap tidak mau mendengarnya," ketus Flint.

Di stasiun, Nyonya Maya menyembunyikan Noil dan Flint di dalam saluran air yang kering di seberang peron penumpang. Dengan kereta api besar di tengah-tengah mereka, Noil dan Flint hampir tak terlihat oleh siapapun yang ada di peron penumpang, meskipun begitu Nyonya Maya adalah bebek yang sangat hati-hati, dia melarang Noil dan Flint mendongak ke atas untuk melihat-lihat. Noil dan Flint sangat ingin mendongak, ini pertama kalinya mereka melihat kereta api.

"Itu besar sekali, apa kita akan naik itu?" kata Noil.

Flint yang hanya pernah menumpang truk dan gerobak berseru.

"Huuu!!"

"Okh jangan kampungan seperti itu ... dan Flint jangan menjulurkan kepalamu, orang-orang bisa melihatmu," kata nyonya Maya, "aku tidak punya waktu seharian mengurus kalian, ada banyak pekerjaan lain yang harus aku lakukan, kalian akan naik gerbong, apa kalian tahu apa itu gerbong?"

Noil dan Flint menggeleng.

"Gerbong itu, kotak-kotak besar yang ditarik kereta, kalian harus meloncat ke kotak terakhir di kereta," seru Nyonya Maya.

"Yang paling ujung?" seru Noil.

"Ya, takkan ada siapa-siapa di gerbong terakhir," kata nyonya Maya, "bersembunyi lah di dalam sini sampai kalian mendengar peluit, saat kalian mendengarnya berhitung sampai dua puluh lalu berlari lah masuk ke dalam gerbong terakhir, bersembunyi lah di sudut gerbong sampai keretanya berjalan, ketepatan kalian keluar dari selokan ini akan menentukan nasib kalian."

Flint berkata, "Apa kau yakin kalau gerbongnya akan kosong?"

"Takkan ada siapa-siapa di sana." seru Nyonya Maya.

"Kenapa?"

Nyonya Maya mendesah, memandangi Flint lalu menoleh pada Noil dan berkata, "Siapa diantara kalian yang paling penakut?"

Noil menunjuk Flint.

"Dia!" kata Noil.

"Aku," kata Flint.

"Kukatakan padamu saja," kata Nyonya Maya pada Noil, "Menunduklah."

Nyonya Maya membisikkan sesuatu di telinga Noil lalu berkata:

"Semoga kalian beruntung."

Kemudian Nyonya Maya pergi meninggalkan Noil dan Flint di dalam selokan.

"Jadi kenapa gerbongnya pasti kosong?" kata Flint.

"Aku takkan memberitahumu," kata Noil.

"Se-menyeramkan itukah ceritanya?"

Noil berkata, "Kau takkan pernah mau naik ke gerbongnya, kalau aku ceritakan."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!