NovelToon NovelToon
The Stones

The Stones

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Danny I.P

seorang penyihir terdampar, menemukan sebuah batu aneh dan dicuri oleh muridnya, muridnya mencoba mengambil batu itu tapi berhasil dikalahkan, sang penyihir menjaga batu itu dengan ketat dan beberapa tahun kemudian seseorang mencoba membangkitkan sang zulian mencoba merebut kembali batu itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danny I.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 7

“Jadi ini pintunya?” Tanya Kynox.

“Iya, tadi aku mendengar suara di dalam,” jawab anak itu. “Kau yakin?” tanya Kynox lagi.

“Tentu, aku yakin,” anak itu benar-benar yakin dengan apa yang dia dengar.

“Dilihat dari pintunya, aku yakin ini pintu kamar untuk cewek, karena terlalu menonjol dibandingkan pintu yang lain,” sahut Kynox dengan yakin. Dia mencoba membuka pintu itu dengan kekuatan penuh, pintu itu benar-benar berat bahkan membuat Kynox berkeringat dengan derasnya.

Setelah berhasil membuka pintu itu, mereka berdua masuk dan mereka benar-benar terkejut karena kamar itu benar-benar bersih dan rapi, seolah-olah kamar itu tidak pernah digunakan.

“Serius, ini kamar? Kamarnya keren banget,” sahut anak itu terpesona.

Di depan mereka, terdapat sebuah lemari pakaian yang megah terbuat dari kayu berwarna gelap dengan ukiran indah yang menghiasi setiap sisinya. Pintu-pintu lemari itu terlihat kokoh dan elegan, memberikan kesan kemewahan yang tak terbantahkan. Di sebelah lemari pakaian itu, terhampar sebuah tempat tidur yang tampak sangat nyaman. Selimutnya terbuat dari bahan yang halus dan berkualitas tinggi, bahkan lebih halus dari kain sutra, sementara bantal-bantalnya tampak begitu lembut dan mengundang untuk segera ditempati. Tidak ada rasa sakit sama sekali ketika seseorang berbaring di atasnya, seolah-olah tidur di awan.

Di atas lemari pakaian itu, menggantung sebuah lampu gantung besar yang menerangi seluruh kamar dengan cahaya hangatnya. Lampu gantung itu dikelilingi oleh lampu-lampu kecil yang tersebar di sekitarnya, menciptakan atmosfer yang tenang dan menyenangkan di dalam kamar. Di samping lemari pakaian, terdapat rak-rak kecil yang dipenuhi dengan berbagai mainan seperti boneka-boneka indah dan rumah-rumahan miniatur yang begitu detail, lengkap dengan perabotan rumah yang mewah. Setiap detail dari ruangan itu terasa begitu sempurna dan terawat dengan baik, seolah-olah merasakan sentuhan tangan yang penuh kasih sayang di setiap sudutnya.

“Gak ada siapapun disini, kau membohongi aku ya?” curiga Kynox.

“Aku tidak berbohong, serius aku mendengar ada suara disini,” jawab anak itu dengan yakin sekali.

“Gak ada siapapun disini, kau membohongi aku ya?” curiga Kynox.

“Aku tidak berbohong, serius aku mendengar ada suara disini,” jawab anak itu dengan yakin sekali.

"Ibu? Apakah itu ibu?" tanya gadis kecil yang masih bersembunyi di lemari dengan suara kecil. Kynox akhirnya mendengar suara itu. "Suara gadis kecil?" pikirnya sambil mengendap-endap ke arah lemari pakaian. "Tampaknya suaranya berasal dari sini," pikir Kynox.

"Kalau begitu bukalah, tuan," bisik anak itu, dan seketika Kynox membuka pintu itu, gadis kecil itu pun akhirnya keluar membuat Kynox dan anak itu terkejut.

"Ibu kok lama banget sih, aku lama nungguinnya tau," ucap gadis kecil dengan nada kesal.

Gadis kecil itu melihat ke arah mereka berdua dan terkejut. "Siapa, siapa kalian? Kalian penculi ya?" tanya gadis kecil itu curiga dan agak panik.

"Kalian siapa sih?" tanya gadis kecil itu penasaran.

"Perkenalkan, aku Danny dan paman ini namanya Kynox," jawab anak itu dengan sopan.

"Oh, oke. Helen percaya. Nama saya Helen, sebenarnya nama lengkapnya Helena Vionska," balas gadis kecil itu dengan lucu.

Namanya benar-benar mencerminkan seorang putri kerajaan.

"Oh iya, apa kalian lihat ibu?" tanya Helen sambil menatap mereka berdua. Tatapan yang benar-benar tidak bisa mereka beritahukan kepadanya.

Anak itu menyenggol pinggang Kynox dengan harapan Kynox bisa menjawabnya. Kynox menarik nafas dan mencoba menjelaskan dengan kata-kata yang tidak akan membuat gadis kecil itu menangis.

"Baiklah, jadi orang tuamu bersama dua pelayanmu itu, salah satunya cewek dan yang satunya lagi tidak, mereka sedang melakukan perjalanan khusus untuk orang dewasa. Mereka pergi ke pedalaman Goyu," sahut Kynox.

"Ohh, tapi kenapa mereka nggak bilang-bilang dulu sama Helen?" tanya gadis kecil itu dengan ekspresi polosnya.

"Mungkin mereka tidak ingin Helen tahu, nanti kalau Helen tahu, malah ingin ikut lagi," jawab Kynox, mencoba menjelaskan dengan lembut.

"Cebel banget deh," balas gadis kecil itu dengan wajah sebel yang mirip anak yang kehilangan permen.

"Kalau mau, Helen bisa ikut kami," ajak Kynox dengan senyum.

"Beneran Paman?" tanya gadis kecil itu, tampak percaya pada perkataan Kynox.

"Percayalah padaku, aku yakin dia bukan sekadar anak biasa," jawab Kynox, mencoba meyakinkannya dengan lembut.

"Hmm, oke," balas gadis kecil itu dengan nada percaya. "Emangnya kalian mau ke mana?" tanya gadis kecil itu melihat ke arah Kynox dengan rasa ingin tahu yang polos.

"Tanyakan sama anak itu, dia tahu kita harus kemana," jawab Kynox sambil menunjuk ke arah anak itu, sambil tersenyum pada ekspresi percaya gadis kecil itu.

Tentu, berikut versi revisi ceritanya dengan detail dramatis yang lebih kuat:

"Percayalah padaku, aku yakin dia bukan sekedar anak biasa," jawab Kynok dengan suara penuh keyakinan, matanya bersinar dalam kegelapan malam yang menyelimuti mereka, mencoba meyakinkan anak itu.

Anak itu mengangguk ragu, keraguan terpantul di matanya yang gelap. "Hmm, oke." Dia memandang gadis kecil yang berdiri di depan mereka dengan kecurigaan yang masih terselip di hatinya. "Emangnya kita mau ke mana?" tanyanya, suaranya gemetar karena ketidakpastian.

Kynok menunjuk ke arah gadis kecil itu, wajahnya tegang namun penuh harapan. "Tanyakan saja kepadanya, dia tahu arah yang harus kita tuju."

Gadis kecil itu tersenyum cerah, cahaya bulan memantulkan kecantikan wajahnya yang polos. "Kita akan ke patung penyihir Putih, apa kamu tahu jalannya?" tanyanya kepada gadis kecil itu dengan penuh semangat. "Ayo ikuti aku, aku tahu tempatnya, kita cuma ke tempat belakang," lanjutnya, suaranya semakin lucu namun penuh keyakinan, menyemangati mereka dalam kegelapan yang mengancam.

Anak itu sebenarnya tidak yakin, tapi dia mencoba untuk mempercayai gadis itu.

"Kalau begitu, ayo, tunjukkan jalannya, dek Helen," kata Kynok dengan suara yang memecahkan keheningan malam, memberikan dukungan kepada gadis kecil dan menguatkan tekadnya.

Di belakang mereka, Vlad muncul seperti bayangan gelap yang mengintai. "Wah... tampaknya kalian berdua berhasil menangkap mangsaku ya," katanya sambil tersenyum licik, suaranya menusuk suasana gelap dengan kehadiran kejahatan yang tersembunyi di baliknya.

"Mangsa? Apa maksudmu?" tanya Kynok, melirik ke arah Vlad dengan ketegangan yang terbaca jelas di matanya, siap menghadapi ancaman yang mengintai.

"Berikan gadis itu padaku, maka aku akan membiarkan kalian pergi," tambah Vlad dengan suara mengancam, bayangannya yang gelap meliputi mereka seperti badai yang mendekat, memperkuat rasa takut yang menyelubungi mereka.

1
Selviana
Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul ( Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
🥀°°~°°Dita Feryzha🌺🌺
cerita yang sangat bagus, tentang perang, sihir drakula, penulisan juga sudah bagus, semangat terus ya thor, jangan pernah putus asa untuk terus berkarya💪💪💪😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!