NovelToon NovelToon
Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:85.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Aku Raima Nur Fazluna, gadis yang baru saja menginjak usia 21 tahun. Menikah muda dengan Sahabat Kakakku sendiri yang sudah tertarik sejak awal pertemuan kita.

Namanya Furqan Hasbi, laki-laki yang usianya berbeda 5 tahun di atasku. Dia laki-laki yang sudah menyimpan perasaannya sejak masa sekolah dan berjanji pada dirinya sendiri akan menikahiku suatu saat nanti ketika dirinya sudah siap dan diantara kita belum ada yang menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07

"Kalau gak sekarang mau kapan lagi Neng?" tanya Kak Furqan dengan tatapan lembutnya.

  Aku masih gugup tidak berani menatap Kak Furqan dengan waktu lama. "Tapi kan Nur belum persiapan," ucapku. "Gak punya apa-apa buat dibawa juga."

"Emangnya mau bawa apaan kalau aku kasih waktu?" tanya Kak Furqan.

 Aku memutar bolat mataku berpikir. "Kue mungkin."

"Tinggal beli aja di jalan nanti," pungkasnya.

  Aku terpaksa mengiyakan Kak Furqan karena tidak memiliki alasan lagi. "Yaudah deh ayo!" ucapku. "Tapi izin dulu sama Mamah sama Bapak dulu ya! bentar."

 Dia mengangguk dengan senyuman senangnya padaku. Aku menemui Mamah dan Bapak yang sedang duduk di teras samping rumah.

 Mereka langsung menoleh padaku, "Jadi mau ke rumah Kak Furqan?" tanya Bapak.

  Aku mengangguk mengiyakan. "Bawa apa ya Pak?" tanyaku bingung.

"Bawa kue aja beli di jalan nanti," jawab Mamah.

"Yaudah deh, Nur pergi dulu ya!" pamit-ku sembari bersalaman.

 Sebelumnya aku izin berganti pakaian pada Kak Furqan agar terlihat lebih rapih. Kak Furqan sudah menungguku di luar setelah berpamitan pada Bapak dan Mamah.

 Aku keluar menghampirinya setelah bersiap. Dia tersenyum melihatku berjalan padanya dengan gamis hitam yang dipadukan dengan kerudung abu muda.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanyaku membuatnya tersadar.

"Cantik soalnya," jawabnya lagi-lagi membuatku tersipu malu.

"Lama-lama aku cubit ginjal Kak Furqan," ancam-ku. Dia tertawa mendengarnya.

  Kita jalan setelah itu, tidak lupa membeli kue untuk dibawa ke rumahnya.

 Sesampainya di sana,

  Rumah Kak Furqan masih terlihat sama seperti terakhir kali aku datang bersama Bang Daffa. Aku semakin gugup setelah berada di depan rumahnya.

 Sesekali menghela napas ku agar lebih tenang. "Kak Furqan, Nur balik deh ya!" ucapku.

  Dia terkekeh lalu menahan tanganku. "Neng gak usah gugup," ucapnya. "Ada Kak Furqan di sini."

"Yuk!" ajaknya untuk masuk ke dalam.

   Seorang wanita paruh baya keluar dari pintu dapurnya. Dia tersenyum menyapaku. "Eh udah dateng aja," ucapnya.

 Aku bersalaman padanya sembari tersenyum. "Bu ini Nur gak bawa apa-apa, soalnya mendadak banget."

"Ih kamu ngerepotin segala," ucapnya. "padahal gak usah bawa apa-apa, kamu ke sini aja udah seneng Mamah."

  Aku tersenyum mendengarnya. "Duduk dulu sini Neng!" pintanya. "Mamah mau ngambil minum dulu."

"Ih Mamah gak usah ngerepotin," kataku merasa sungkan.

"Gak apa-apa, gak usah sungkan," jawabnya sembari pergi ke dapur.

 Aku duduk di sofa ruang tamu bersama dengan Kak Furqan. Dia terus menatapku karena wajah yang sudah memerah.

"Lucu banget sih kalau lagi malu," sindirnya sambil terus menatapku.

  Aku mencubit pinggangnya pelan. "Terus aja terus ngeledek aku."

  Dia tertawa melihat ekspresiku sekarang. "Sekarang udah berani cubit?" tanyanya berbisik.

  Aku mendelik padanya dengan bibir yang cemberut. "Iya, Iya maaf Neng," ucapnya. "Kakak cuman bercanda."

"Kak Furqan gak punya sodara?" tanyaku.

"Punya. Adik cewek," jawabnya. "Sekarang usianya sama kayak pas waktu kita ketemu dulu." sambungnya.

"Tinggal bilang 14 tahun apa susahnya sih Kak," ucapku sedikit mendecak.

 Ibu Kak Furqan kembali membawa nampan yang berisi air minum dengan sepiring cemilan.

"Maaf ya disuguhi yang gini!" ucap Ibunya.

"Ih gak apa-apa Ibu. Malahan Nur yang gak enak ini ngerepotin," ucapku merasa tidak enak.

  Dia duduk bersama kita setelahnya. "Kamu izin sama orang tuanya gak tadi?" tanya Ibunya pada Kak Furqan.

"Izin Mah. Katanya boleh mau dibawa ke mana aja juga," jawab Furqan sedikit berbohong setelahnya.

"Enggak gitu ya!" selaku.

"Kamu ini jail banget sama Nur," ucap Ibunya.

"Ibu sendirian di rumah?" tanyaku pada Ibunya agar tidak canggung.

"Panggilnya Mamah aja Nur," pintanya. "Mamah sendiri karena Adeknya Furqan sekolah terus Ayahnya lagi kerja ke luar kota," terang Mamahnya.

  Aku mengangguk paham mendengarnya. "Terus yang semalem rame siapa Kak?" tanyaku penasaran.

"Oh itu kita lagi ngobrolnya di rumah Nenek," jawab Kak Furqan. "Tuh rumahnya yang itu," tunjuknya pada rumah yang tidak jauh dari rumahnya.

   "Nur, Mamah gak bisa nemenin ngobrol lama. Soalnya mau bantu-bantu bikin kue di rumah nenek Furqan," ucap Mamahnya.

"Bikin kue apa Mah?" tanyaku lagi-lagi penasaran.

  Furqan menahan senyumnya, "Tuh Mah punya calon mantu yang penasarannya gede gini," ledek Kak Furqan.

"Nur mau ikut aja gak ke sana?" tawar Mamahnya.

   Aku tersenyum sedikit tercengang mendengarnya. "Enggak deh Mah."

"Dia malu Mah, masa mau diajakin ke sana," sela Kak Furqan.

"Ya gak apa-apa, kebanyakan juga sodaranya Furqan kok," ucap Mamahnya kukuh memaksaku untuk ikut. "Kamu ikut juga biar Nur ada temennya," ajak Mamahnya pada Kak Furqan.

"Furqan mau ganti baju dulu," ucapnya masuk ke kamar. "Neng ikut sama Mamah dulu aja yah!" ucapnya.

  Aku mengangguk pasrah karena tanganku juga sudah di tarik oleh Mamahnya Kak Furqan. Sesampainya di rumah Neneknya, semua mata tertuju pada Mamah Kak Furqan yang menggandeng tanganku.

"Bawa siapa Teh?" tanya Bibi pertama Kak Furqan.

"Ini namanya Nur," jawab Mamahnya dengan singkat.

  Aku berpikir mungkin Mamah dan Bibinya Kak Furqan ini tidak akur. Mamah mengajakku duduk di sampingnya.

  Dapur Nenek Kak Furqan cukup luas, banyak keluarga yang membantu membuat kue-nya. "Ini kue-nya buat apa Mah? Kok kayak mau hajatan?" tanyaku berbisik pada Mamahnya Kak Furqan.

"Emang iya Sayang! Sepupunya Furqan mau nikah 2 minggu lagi. Nanti kamu ke sini juga ya!" ungkapnya sambil mengajakku.

"Neng lulusan kampus mana?" celetuk Bibi Kak Furqan.

  Aku berusaha tersenyum dengan sedikit gugup menjawabnya. "Nur gak kuliah," jawabku.

  Matanya menatapku sinis seperti tidak suka. "Teteh masa Furqan cari calon istri yang gak kuliah," celetuknya membuatku sakit hati.

  Mataku langsung berkaca-kaca mendengarnya. Aku segera menundukkan kepala. Mamahnya sadar akan hal itu, "Emangnya kenapa kalau calon mantu aku gak kuliah?" tanya Mamah Kak Furqan.

"Aduh Teteh yang bener aja. Kan Furqan anak kuliahan dia juga kerja udah lama, apa kata orang kalau calon istrinya cuman lulusan SMA," cemooh Bibinya Kak Furqan membuatku semakin sakit hati.

  Tanganku mengepal seraya menahan air mataku agar tidak terjatuh. "Mamah, Nur keluar sebentar ya! Mau cari Kak Furqan," izinku langsung keluar begitu saja.

  Kak Furqan datang dan terkejut melihatku sudah menangis dengan wajah yang memerah. "Neng kenapa?" tanyanya dengan wajah yang panik.

"Neng mau pulang aja Kak. Anterin Neng!" pintaku sembari terus menangis.

  Tidak lama dari itu, Mamah keluar menyusul dengan wajahnya yang panik juga. "Mah, Neng kenapa?" tanya Kak Furqan pada Mamahnya.

"Bibi kamu," ungkap Mamah Kak Furqan dengan singkat. Tapi Kak Furqan sudah terlihat paham dengan ucapan Mamahnya.

"Kita ke rumah dulu aja ya! Jangan dulu pulang, tenangin dulu diri kamu," ucap Kak Furqan.

 Aku mengangguk sembari terus sesegukan. Dia segera menggandengku kembali ke rumahnya.

"Mamah kalau mau bantu-bantu lagi gak apa-apa. Adek udah pulang kok, jadi kita gak berduaan di rumah," ucap Kak Furqan diangguki oleh Mamahnya.

  Mamah Kak Furqan memelukku erat. "Maaf ya Sayang! Pertama kalinya kamu datang ke sini langsung dibuat nangis," ucap Mamahnya merasa bersalah.

"Gak apa-apa kok Mah," jawabku.

  Kak Furqan membawaku ke rumahnya. Adiknya menatapku dengan tatapan terkejut. "Loh Kak Nur kenapa Kak?" tanyanya menghampiriku.

  Kak Furqan menghela napasnya, "Biasa, Bi Ima."

   Aku menoleh padanya bingung. "Kok adik Kak Furqan tau nama aku? Aku gak tau nama dia," ucapku merasa tidak adil.

  Kak Furqan terkekeh mendengarnya. "Kamu lagi nangis aja masih inget sama nama ya!" ucapnya.

"Jadi namanya siapa?" tanyaku.

  Adiknya Kak Furqan hanya mengernyitkan keningnya bingung. "Kakak nemu yang gini di mana sih," gumamnya sambil menggelengkan kepala.

 "Namanya Annisa, panggil aja Ica," jawab Kak Furqan memperkenalkan adiknya.

1
Erna Sudiastuti
Luar biasa
Awie Uti
suka suka suka suka
`Miga
Aku suka banget sama alur kisahnya,Yg bikin kadang aku nangis,Baper,kadang ikut Salting karna mereka berdua,Bagus banget ceritanya kpn kpn bikin cerita lagi ya Thor,Semangatttt
Sulastri Oke86
Luar biasa
aqil siroj
bapak durjana buang ke laut aja
BLUE SKY
relate banget sih
BLUE SKY
idih😁😎🥰
BLUE SKY
serah lu lah septian
aqil siroj
bapaknya si furqan emang sinting x ya... anak sendiri loh digituin
Chocoday
Furqan masih menikmati masa halalnya 🙏 sabar kak 😂
Fitri Nur Hidayati
sudah mp aja nih furqon. apa adiknya balik pondok lagi y? gimana bpk nya dan sdr tirinya
aqil siroj
mau pipis itu si nur 😅😅
Fitri Nur Hidayati
detik2 menuju sah... senangnya...
Fitri Nur Hidayati
kasihan icha.
aqil siroj
ngeriii banget kak sma yg menimpa ica... mungkin karna aq punya anak cewek" x ya...
merinding jadinya
Chocoday: Semoga anaknya selalu terjaga ya Kak 🙏
total 1 replies
Nurul Indarti
mulanya ceritanya bagus sampe komennya pada bagus semua tp lama lama kok gk jelas ceritanya mau d bawa kemana gk sesuai judul...maaf bukan gk menghargai penulisnya tp aku kecewa aja gk sesuai ekspektasi..
Chocoday: Terima kasih kritikkannya kak, saya terima dengan baik. Maaf kalau ceritanya gak sesuai ekspektasi kakak, saya akan perbaiki untuk selanjutnya 🙏
total 1 replies
Chocoday
diusahakan bakal tiap hari double up ya /Smile/
aqil siroj
duhhh aku tuh takutnya dia dilecehkan aksara ya ...
jangan sampai thor kasihan si ica
Chocoday: kita liat dipart berikutnya ya kak
total 1 replies
Dwie Artum
lnjut lg kk.double up nya slalu q tunggu
Bundha SayanxRaggil
yg mesti ibu nua thor yg paleng sakit hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!