Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

01

21 Juni 2022,

"Neng, kamu lagi ngapain? sini deh duduk sama Abang. Mau bicara sebentar," ucap Bang Daffa.

Pagi itu tiba-tiba Bang Daffa memanggilku ke ruang tengah untuk mengobrol bersamanya.

Aku keluar menggunakan baju tertutup seperti biasanya. "Ada apa Bang?" tanyaku sembari duduk di sofa sebelahnya.

"Punya pacar gak sekarang?" tanya Bang Daffa.

"Enggak. Emangnya kenapa?" tanyaku penasaran.

"Pas berarti," ucap Bang Daffa membuatku semakin tidak mengerti.

"Pas apaan maksudnya Bang?" tanyaku penasaran.

"Gak usah banyak tanya, nanti ada yang mau kenalan sama kamu," ujar Bang Daffa.

"Siapa?" tanyaku tambah penasaran.

"Temen Abang. Sebenernya kamu udah tau dia juga sih, cuman katanya boleh gak kalau deket lebih dari kenal maksudnya," lanjut Bang Daffa.

Mataku langsung terbelalak mendengarnya. "Siapa Temen Bang Daffa yang naksir gw?" batinku terus bergumam penasaran.

"Udah sana mandi, nanti dia dateng kesini kok," suruh Bang Daffa.

"Siapa sih Bang? jadi penasaran aku," tanyaku masih duduk di sofa dengan rasa penasaran.

"Iya kamunya mandi dulu, sebentar lagi dia dateng. Emangnya gak malu mau nemuin dia kayak gini dandanannya?" tanya Bang Daffa.

"Yaudah, aku mandi dulu," ucapku sembari melangkah pergi.

setelahnya, Aku dengan santainya masuk ke kamar melewati ruang tengah dan sedikit melirik ke ruang tamu sebelum masuk ke dalam kamar.

"Kok barusan Abangnya kayak ada 2?" gumamku baru saja tersadar.

"Ah mungkin karena gak pake kacamata kali ya!" batinku berpikir positif.

Aku mengikat rambut dan memakai kerudung setelah sedikit memakai make up agar terlihat fresh.

Mana mungkin aku tidak berdandan sama sekali jika akan dikenalkan dengan Teman Bang Daffa.

"Neng udah selesai belum dandannya? Lama banget, gak usah cantik-cantik banget," panggil Bang Daffa dengan sedikit ledekan di belakangnya.

Aku keluar dari kamar memakai gamis warna hitam dengan kerudung pashmina berwarna abu muda.

Laki-laki disamping Bang Daffa merekahkan senyumnya saat melihatku. "Udah kenalkan sama dia?" tanya Bang Daffa padaku.

"Bang Furqan kan?" tanyaku dianggukinya.

"Tuh kan enak kalau udah saling kenal. Jadi gak perlu dijodohin bisa deketin sendiri," ujar Bang Daffa.

"Gw tinggal kalian ngobrol aja ya! Gak enak pastikan di dengerin sama orang," ucap Bang Daffa pergi ke dapur menemui istrinya.

Tanganku gemetar, jantungku rasanya tidak karuan. "Nur bener gak punya pacar?" tanyanya mengawali pembicaraan kita.

"Enggak Bang. Nur lagi sendiri sekarang," jawabku.

"Panggilnya Kak Furqan aja, Jangan Abang. Kayak ke tukang bakso," ucapnya dengan sedikit humor membuatku terkekeh.

"Kak Furqan bisa aja," ucapku.

"Nah kayak gitukan enak dengernya," ucap Furqan tersenyum.

"Nur pasti udah denger dari Bang Daffa tentang maksud Kak Furqan kan?" tanya Furqan.

"Udah Kak, tapi....-" ucapku sedikit ragu.

"Kenapa? Lagi gak mau deket sama orang ya?" tanya Furqan.

"Enggak Kak, bukan gitu. Cuman aneh aja, masa temennya Bang Daffa mau deketin Nur," ucapku membuatnya tersenyum.

"Emangnya kenapa kalau Aku tertarik sama Nur?" tanya Furqan membuatku terdiam seketika.

Furqan tersenyum melihat wajahku yang sudah merona menahan malu. "Nur, Aku serius sama ucapan aku," ucapnya.

aku menoleh seraya sedikit tidak percaya dengan ucapannya. "Kalau bisa aku serius sama kamu," ucap Furqan melanjutkannya.

"Kak Furqan kenapa milih Nur?" tanyaku dengan sejuta pertanyaan dipikiran.

"Gak ada alasan. Aku udah milih kamu dari dulu dan satu-satunya, Insyaallah," ucap Furqan.

"Insyaallah disini apa maksudnya Kak? Kak Furqan mau dua-in aku?" tanyaku membuatnya terkekeh.

"Jadi kamu mau serius sama aku?" tanya Furqan.

"Ma-maksud Nur, kalau Nur mau Kak Furqan ada niatan nge-dua?" tanyaku.

"Ya enggaklah. Masa udah berjuang dari dulu setelah dapet malah nge-dua," ucapnya membantah.

"Dari dulu?" tanyaku.

"Kalau itu nanti lagi ceritanya. Jadi jawabannya mau kan?" tanya Furqan memastikan.

"Yaaa ... Kalau mau deket boleh kok," jawaban dariku membuatnya tersenyum lebar.

"Berarti boleh minta nomor teleponnya?" tanyanya sembari memberikan ponselnya.

Aku tersenyum dan mencatatkan nomor teleponku di ponselnya. "Nih Kak," ucapku.

"Kak Furqan kapan datangnya tadi? Kok waktu aku di kamar gak kedengeran suaranya?" tanyaku bingung.

"Aku udah dateng dari waktu kamu keluar dari kamar mandi dan jalan masuk kamar," jawab Furqan dengan santainya.

Mataku terperanjat dan tersadar, ternyata benar yang aku lihat tadi bukan bayangan Bang Daffa yang menjadi 2 karena aku tidak memakai kacamata.

Tapi itu memang Kak Furqan yang sudah datang dan melihatku tanpa kerudung.

"Berarti Kak Furqan liat aku gak pake kerudung dong?" tanyaku dianggukinya.

"Ya terus kenapa? Dulu aku liat kamu pake celana pendek milik Bang Daffa, kamu biasa aja," ucap Furqan dengan santainya.

"Kak Furqan gak usah diinget-inget lagi. Itukan sebelum aku pake kerudung," ucapku malu.

"Gak apa-apa, Aku yang dosa disini. Aku mau kok tanggung jawabnya," ujar Furqan. Aku menoleh padanya terkejut.

"Tanggung jawab dosanya? Atau apa nih?" tanyaku curiga.

"Iya tanggung jawab sama kamu. Nikahin kamu," jawabnya.

"Kak Furqan.... Udah, Aku gosong lama-lama," ucapku agar dia berhenti membicarakannya.

Furqan terkekeh melihatku yang menutup wajah karena mulai panas. Bang Daffa dan istrinya masuk ke ruang tamu dan bergabung dengan kita berdua.

"Kenapa Neng? Mukanya merah banget gitu?" tanya Bang Daffa duduk bersama istrinya.

"Gak apa-apa, Aku cuman malu aja ternyata yang tadi itu Kak Furqan," jawabku pelan.

"Ya emangnya siapa lagi? Makanya kesehatan mata itu dijaga, kecil-kecil udah minus," ledek Bang Daffa sembari memakan pisang goreng buatan istrinya.

"Furqan, gorengannya di makan pasti laper kan Lo," ucap Bang Daffa menawarinya.

Kita bersama menikmati pisang goreng buatan Istri Bang Daffa. "Kak, Mamah kemana?" tanyaku tidak melihat Mamah sejak tadi.

"Mamah sama Bapak tadi mau pergi dipijit katanya gak tau kemana tapi," jawab Kak Asya.

Aku melirik ke arah Kak Furqan yang sedang asik mengobrol dengan Bang Daffa sekarang. Dia terlihat sangat rupawan dengan tubuh yang cukup tinggi.

"Gak usah senyum-senyum gitu mandangin-nya Neng," ledek Bang Daffa yang sejak tadi memperhatikanku.

"Siapa yang mandangin sih Bang, Neng cuman liat aja," jawabku membuat keduanya tertawa.

"Udah, gak usah nge-godain adik Lo lagi. Nanti lama-lama dia pergi lagi dari sini," ujar Furqan.

"Gimana? Neng setuju mau sama serius sama Furqan?" tanya Bang Daffa.

"Kak Furqan ngajakin-nya deket dulu kok," ucapku diangguki Furqan dengan cepat.

"Kenapa deket dulu? Kan kalian udah saling kenal ini," ucap Bang Daffa.

"Ya gak bia gitu dong Daf, Kan gw juga gak kenal adik lo kayak gimana. Dia juga perlu kenal gw dulu sebelum ke jenjang yang lebih serius lagi," ujar Furqan.

"Tuh kan Bang, dengerin makanya," ucapku.

Siangnya, Furqan pamit untuk pulang karena sudah terlalu lama.

"Nanti kalau telepon angkat ya!" pintanya sebelum pulang. Aku hanya mengangguk menjawabnya, sisanya itu hanya terserah aku saja mau menerima atau tidaknya.

"Neng, Abang harap Neng serius sama Furqan. Dia laki-laki baik, Abang kenal kok sama dia," ucap Bang Daffa sebelum aku kembali masuk kamar.

Terpopuler

Comments

Chocoday

Chocoday

makasih masukannya kak/Smile/

2023-11-14

1

BLUE SKY

BLUE SKY

suka suka sama ceritanya, uwu nanti aku mampir lagi ya kak, jangan lupa mampir novel aku ya🥰

2023-11-14

0

BLUE SKY

BLUE SKY

andai aja perjodohan ku selancar ini🤣🤣

2023-11-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!