NovelToon NovelToon
2 Suami

2 Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cerai / Beda Usia / Angst
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Inaya tidak pernah menyangka pernikahan yang ia paksakan dengan melanggar pantangan para tetua, berakhir dengan kabar kematian suaminya yang tidak ditemukan jasadnya. Selama dua tahun ia menunggu, berharap suaminya masih hidup di suatu tempat dan akan kembali mencarinya.
Akan tetapi, ia harus kecewa dan harus mengajukan gugatan suami ghaib untuk mengakhiri status pernikahannya.
Fatah yang sudah lama menyukai Inaya akhirnya mengungkapkan perasaannya dan mengatakan akan menunggu sampai masa iddahnya selesai.
Mereka akhirnya menikah atas restu dari Ibu Inaya dan mantan mertuanya.
Akan tetapi, saat mereka sedang berbahagia dengan kabar kehamilan Inaya, kabar kepulangan Weko terdengar. Akankah Inaya kembali kepada Weko dan bercerai dengan Fatah atau menjalani pernikahan dengan bayang-bayang suami pertamanya?
.
.
.
Haloo semuanya, jumpa lagi dengan author. Semoga semua pembaca suka..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Kabar

Sudah 10 hari sejak keberangkatan Weko, namun Inaya belum juga mendapatkan kabar dari suaminya. Mida yang tahu menantunya gelisah, mencoba menghiburnya dengan mengatakan jika anaknya pernah tidak memberikan kabar sama sekali tetapi tetap pulang dengan selamat.

Penghiburan Mida tidak membuat Inaya tenang, justru membuatnya semakin khawatir. Pasalnya, Weko sudah mengatakan akan memberikan kabar saat ada sinyal di laut atau saat singgah di daratan.

“Assalamu’alaikum, ini siapa?”

“Wa’alaikumsalam, ini Inaya istri Mas Weko. Apa ini benar Mas Yanuar?” tanya Inaya yang mencoba menghubungi nomor Yanuar yang sempat Weko berikan sebelum berangkat.

Yanuar adalah anggota tim SAR yang memiliki radio di rumahnya. Jika tidak ada sinyal saat melaut, biasanya awak kapal akan memberikan kabar melalui pemancar radio.

“Oh! Ada apa, Na?”

“Apa ada kabar dari Mas Weko, Mas? Sudah 10 hari, Mas belum ada menghubungiku.”

“Belum ada, Na. Mungkin tidak ada sinyal. Kapal terakhir yang berangkat kemarin juga tidak bisa menghubungi karena gangguan sinyal. Nanti aku akan menghubungimu saat mendapatkankabar dari kapalnya.”

“Terima kasih, Mas.”

“Sama-sama.”

Setelah menghubungi Yanuar, Inaya mencoba tetap optimis dan berdoa agar suaminya selalu dalam lindungan Allah. Ia mulai menjalani kesehariannya seperti biasa.

Saat jam makan siang, Inaya mendapatkan panggilan dari Anif yang mengatakan jika dirinya dan Ranti sedang dalam perjalanan ke rumahnya untuk menginap. Inaya sangat senang dengan kabar tersebut. Ia bahkan menjemput mereka secara langsung di pangkalan angkot.

Ranti diboncengkan Inaya, sedangkan Anif dan Yanti bersama ojek yang Inaya bayar. Sampai di rumah, Inaya meminta ibu dan adiknya untuk beristirahat karena ia harus kembali bekerja.

“Ibu bisa masak apa yang ada di kulkas, kebetulan aku baru saja belanja kemarin.”

“Kamu sudah makan belum?”

“Belum, Bu. Nanti aku pesan saja.”

“Bawa ini!” Ranti mengeluarkan kotak makanan dari dalam tasnya.

“Ibu buatkan empal dan oseng daun pepaya tadi. Apa kamu ada nasi?”

“Ada, Bu.” Inaya kembali masuk ke dalam dan mengambil nasi di dapur.

Setelah Inaya memasukkan nasi ke dalam kotak bekal, Ranti memasukkan empal yang dibuatnya dan menambahkan oseng daun pepaya. Inaya mengucapkan terima kasih dan kembali ke koperasi.

Ranti memperhatikan rumah Inaya yang tertata rapi. Ini adalah kali pertama beliau berkunjung sehingga Ranti baru tahu kalau ternyata rumah Weko terpisah dengan orang tuanya.

“Ibu mau antar lauk ke orang tua Weko. Kamu cuci piring yang ada di wastafel!” perintah Ranti kepada Anif.

Anif menganggukkan kepalanya dan segera melaksanakan perintah sang ibu, meninggalkan Yanti yang hanya duduk diam di sofa.

Ranti keluar dari rumah dan memutar ke rumah orang tua Weko. Mida yang sedang membuat terasi menyambut Ranti dan mencuci tangannya. Setelah bersalaman dan Ranti memberikan makanan yang dibuatnya, keduanya berbincang mengenai terasi yang sedang dibuat oleh Mida.

Keduanya terlihat nyambung dan saling bertukar pengalaman. Ibu Sintya yang baru saja kembali dari berbelanja bergabung, membuat pembahasan mereka semakin menarik.

“Apa ibu menginap?” tanya Mida.

“Iya, Bu. Saya menginap mala mini. Kebetulan anak-anak besok libur.”

“Kebetulan terasi sudah bisa dikemas besok. Ibu harus merasakan terasi buatan saya. Inaya juga pakai terasi saya kalau buat sambal.”

“Kebetulan juga, besok saya akan membuat panggang manyung.” Kata Ibu Sintya.

“Merepotkan, Bu.” Tolak ranti.

“Tidak merepotkan. Ibu jarang-jarang bisa berkunjung, anggap saja ini sebagai ganti kami yang tidak bisa berkunjung.” kata Mida yang diangguki Ibu Sintya.

Ranti akhirnya menganggukkan kepalanya. Tidak nyaman baginya menolak kebaikan besannya, sehingga beliau akan menerima apa yang diberikan oleh Mida.

Inaya yang sudah pulang bekerja, mampir di sebuah kios boba untuk membeli minuman. Sejak hamil, ia selalu singgah di sana untuk membeli boba dengan brown sugar. Entah mengapa minuman itu terasa nikmat saat diminum sebelum makan.

“Sudah pulang, Na? lekas mandi, ibu sudah buatkan sayur asem dan lele goreng.” Kata ranti yang menyambut Inaya.

“Empalnya masih tidak, Bu?”

“Masih.”

“Aku mau makan pakai empal lagi.”

“Iya.”

Inaya masuk ke dalam kamar meletakkan tasnya dan segera mandi. Saat dirinya baru selesai mandi, pintu samping di ketuk dan ia membukakannya. Terlihat Harto membawa Kasur busa dan meletakkannya di ruang Tengah.

“Maaf, Bu. Seadanya.” Kata Harto.

“Tidak masalah, Pak. Saya justru merepotkan.”

“Tidak sama sekali. Saya yang seharusnya berterima kasih, Ibu mau berkunjung.”

“Sudah sewajarnya, Pak.”

Harto mengangguk dan pamit kembali. Setelah kepergian Harto, Inaya menjelaskan jika pintu samping tersebut terhubung dengan rumah kedua mertuanya. Ranti mengangguk dan mengajak anaknya makan sebelum melaksanakan sholat maghrib.

Malam itu, Inaya tidak banyak bicara karena ia masih menanti kabar dari suaminya. Ia yang jarang memegang ponsel, kini membawa ponselnya ke manapun, takut suaminya sewaktu-waktu menghubunginya.

“Namanya melaut, pasti tidak ada sinyal di sana. Kamu harus sabar.” Kata ranti yang mengerti kekhawatiran Inaya.

“Aku tahu, Bu. Ini juga bukan pertama kalinya. Hanya saja aku mengkhawatirkan Mas Weko.” Kata Inaya sambil mengusap perutnya.

“Mungkin itu hanya bagian dari pengaruh kehamilan. Kamu harus tenang karena ini masih masa rawan. Perasaanmu juga bisa dirasakan jabang bayi.”

“Iya, Bu.”

Ranti yang tidak tega, akhirnya menemani Inaya tidur di kamar dan membiarkan Anif dan Yanti tidur di ruang Tengah.

Sekitar Tengah malam, Inaya terbangun karena merasakan ponselnya bergetar. Setelah mengerjapkan matanya, ia melihat ada panggilan masuk dari Weko. Segera Inaya menggeser ikon menerima panggilan.

“Wa’alaikumsalam, Mas. Bagaimana kabarnya?” tanya Inaya dengan suara pelan karena takut membangunkan sang ibu.

“Alhamdulillah baik, Dek. Kamu bagaimana?”

“Aku juga baik, Mas. Ibu datang siang tadi dan menginap.”

“Syukurlah, kamu jadi ada temannya.”

“Tapi besok sudah kembali karena Anif sekolah hari Senin.”

“Kamu kalau bisa izin, boleh menginap di rumah ibu.”

“Tidak, Mas. Aku menunggumu di sini saja.”

“Kemungkinan aku akan pulang terlambat, Dek.”

“Kenapa, Mas?” tanya Inaya dengan nada kecewa.

“Ombak sedang tinggi, kemungkinan akan terjadi badai.”

“Astagfirullah, lalu bagaimana, Mas?”

“Tidak apa-apa. Selama badai, kami akan singgah di daratan, Dek.”

“Mas, hati-hati.”

“Tenang saja. Aku sudah terbiasa menghadapi badai. Doakan badainya segera reda.”

“Iya, Mas. Aku selalu mendoakanmu.”

“Dek..” suara Weko terputus dan tergantikan dengan suara tut.. tut.. tut..

Inaya mencoba menghubungi kembali suaminya, tetapi yang ia dengar adalah suara operator yang mengatakan jika nomor yang ia hubungi sedang berada di luar jangkauan. Kemungkinan tidak ada sinyal atau ponsel suaminya mati.

“Ya Allah, lindungi suami hamba di lautan sana.” Doa Inaya.

1
kalea rizuky
lanjutnya man
Meymei: Siap kakak 😁
total 1 replies
indy
jadi ikutan pengin lobster
indy
semangat kakak
Meymei: Semangat 🙏🏻
total 1 replies
indy
masih yang manis manis
indy
serasa di jawa
indy
adat Jawanya gak terlalu beda kok, terutama untuk rakyat biasa. ada piring terbang juga
Meymei: Beda dikit ya kak 😁
total 1 replies
Susanti
bagus lanjut
indy
semangat kaka
Meymei: Terima kasih, kakak 🥰
total 1 replies
indy
keren, sekarang edisi budaya jawa ya
Meymei: Cmiiw ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!