King Mafia And Queen Mafia

"Evan, kenapa kau tidak melawan si cantik Violet?" tanya ayahnya.

"Apakah tidak ada topik lain, selain gadis berandal itu!" ucap Evan lalu melangkah menuju kamarnya.

"Jangan mengatainya gadis berandal, namanya Violet. Tidak lama lagi si cantik Violet akan menjadi istrimu." ucap tuan Alex dengan suara keras dan sengaja untuk memperdengarkan nya kepada putranya.

Namun sayang sekali putranya tidak memperdulikannya. Karena tidak ingin membahas gadis yang akan menjadi calon istrinya.

"Anak itu selalu saja tidak mau diatur." gumam tuan Alex lalu merogoh ponselnya di saku jasnya.

Tuan Alex lalu menghubungi mata-matanya untuk mencari tahu pria yang mirip dengan putra semata wayangnya.

"Aku tunggu informasinya secepatnya." ucap tuan Alex di ujung telepon.

"Baik tuan." ucap seseorang di ujung telepon. Hingga pembicaraan mereka berakhir.

Tuan Alex menghela nafas berat lalu melangkah menuju ruang kerjanya. Hanya itu satu-satunya tempat yang membuatnya nyaman hingga perlahan mulai melupakan masa lalunya.

Sekuat tenaga pria paruh baya itu ingin melupakan segala kenangan di masa lalu, namun tetap saja semuanya teramat sulit. Cinta dan kenangannya bersama Laurent begitu membekas di hati, hingga ia tidak mampu melupakan wanita yang sudah melahirkan penerus nya itu.

Ketika wanita itu sudah pergi dari hidupnya, separuh jiwanya pun seolah pergi hingga membuat hatinya menjadi hampa. Dan sampai sekarang ia sama sekali tidak mengetahui perihal keberadaan wanita yang dicintainya dan pernah menjadi istrinya itu.

Perlahan tuan Alex duduk di kursi kebesarannya. Tangannya mulai membuka laci lalu mengambil sebuah buku favoritnya yang selalu ia baca setiap malam sebelum tidur. Tidak hanya itu, terdapat foto Laurent yang selalu dia selipkan dalam buku tersebut.

Dipandanginya foto Laurent dengan seksama hingga kedua matanya berkaca-kaca.

"Dapatkah kita bertemu kembali Laurent. Disini aku masih menantimu dan aku ingin selalu kau berada di sampingku. Aku ingin kita berkumpul seperti keluarga utuh, aku, kau dan Evan." ucapnya dengan rasa sesak di dada hingga air matanya menetes dengan sendirinya.

Pria paruh baya itu terlihat tampak rapuh kehilangan sosok wanita yang dicintainya. Karena keegoisan masing-masing, sehingga berakhirlah perpisahan diantara mereka berdua.

🍁🍁🍁🍁

Sementara di negara yang berbeda, sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah Nyonya Laurent tengah berkumpul di kediaman orang tuanya. Tampak Ares juga ikut kumpul bersama dengan keluarganya.

"Ares, kau sudah punya kekasih atau belum?" tanya wanita tua berkacamata dan tidak lain adalah Omanya ( ibu kandung ibunya).

Ares hanya mampu menggeleng menanggapi ucapan Oma nya. Mereka bertiga duduk berdampingan di ruang keluarga.

"Ya sayang sekali, padahal cucu Oma sangat tampan dan sudah sepatutnya memiliki kekasih. Banyak gadis yang mengantri untuk menjadi kekasihmu, tapi cucu Oma terlalu dingin terhadap para gadis-gadis diluaran sana. Apa tidak ada gadis yang kau sukai sampai sekarang, nak?" tanya Omanya.

"Aku tidak memikirkan hal seperti itu, Oma." ucap Ares santai dengan tatapan hangat menatap Omanya.

"Kalau seperti itu, bagaimana jika Oma dan Mama mu yang turun tangan untuk mencarikan kau pasangan." ucap Oma nya dengan usulannya sambil menaikkan alisnya mencoba melakukan persetujuan kepada cucunya.

Pasalnya wanita tua itu sudah memiliki calon istri yang pantas untuk mendampingi cucunya dari sudut pandang keluarganya. Dan pilihannya juga sama seperti dengan pilihan putrinya, yakni pilihannya jatuh kepada gadis yang bernama Kayla.

"Tidak perlu Oma. Untuk urusan yang satu itu, aku bisa sendiri mencari gadis yang memiliki kesamaan denganku dan bisa menyayangi kalian berdua. Secepatnya aku akan mengenalkannya kepada Oma." ucap Ares bersungguh-sungguh.

Ia tipikal pria yang sangat menyayangi keluarganya dan selalu mengedepankan kepentingan keluarganya. Ibu dan Oma nya adalah sosok yang sangat disayanginya dan akan melakukan apapun demi membahagiakan mereka. Walaupun terkadang ia sering membuat mereka sedih akibat kesalahan yang pernah ia perbuat.

"Cucuku yang tampan, sebenarnya Oma sudah memiliki calon istri yang terbaik untukmu. Kau pasti suda tahu siapa orangnya kan?" ucap Oma nya diiringi tawa renyah.

"Mom, tidak untuk sekarang." timpal Nyonya Laurent mengingatkan ibunya.

"Siapakah gadis yang menjadi pilihan Oma?" ucap Ares berpura-pura tidak tahu. Padahal ia sudah menduganya bahwa Kayla lah sosok gadis yang selalu dijodoh-jodohkan dengannya sejak kecil.

"Kayla" ucapnya tak ada yang ingin ditutupi.

"Mom." nyonya Laurent mencoba menghentikan ibunya. Namun sang ibu tidak memperdulikannya.

"Tidak Laurent, Ares sudah dewasa, dia harus tahu siapa gadis yang menjadi pilihan Oma dan mamanya." ucapnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar, membuat Nyonya Laurent tidak berani buka suara.

Sementara Ares yang mendengar ucapan Oma nya tampak bungkam. Ia sama sekali tidak menyukai Kayla dan hanya semata-mata menganggapnya teman, tidak lebih. Namun ibu dan Oma nya begitu kekeh dan menginginkan Kayla menjadi calon istrinya.

Untuk sekarang aku akan mencoba memberikan pengertian kepada Oma. Aku tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan. Karena aku hanya menginginkan gadis galak yang ku temui beberapa hari ini. Batin Ares menyeringai yang kembali mengingat gadis yang pernah menyerangnya.

🍁🍁🍁🍁

Kediaman tuan Keynand...

Terlihat Violet sedang duduk selonjoran di sofa sambil memainkan ponselnya. Gadis cantik itu sedang chatting dengan Hana dan Michael membahas mengenai pekerjaannyannya di sana. Karena kemungkinan besar besok pagi-pagi ia kembali ke luar negeri demi menyelesaikan pekerjaannya di sana.

Violet meletakkan ponselnya di atas meja, ia ingin ke kamar mandi sebentar. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ponselnya berdering heboh.

Violet bergerak cepat mengambil ponselnya dan langsung mengangkat panggilan masuk dari salah satu anggota kelompoknya.

"Ada apa Joy?" tanya Violet di ujung telepon.

"Barangnya sudah tiba ketua. Saya ingin anda datang ke markas untuk mengeceknya sendiri." ucap seseorang bernama Joy di ujung telepon.

"Hemm, aku akan segera ke sana." ucap Violet dan pembicaraan mereka berakhir.

Violet bergerak cepat ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Ia harus datang ke markasnya untuk memeriksa langsung senjata api yang dibelinya seminggu yang lalu, namun barangnya baru tiba sekarang.

Violet berhasil menyelinap keluar dari kediaman orang tuanya. Ia mengendarai motor sport hitam menuju markasnya dan penampilannya serba hitam persis anggota club motor sport yang biasa konvoi di jalan.

Setibanya di markasnya, dua sosok pria bertubuh kekar membungkuk hormat menyambut kedatangannya, lalu bergerak menjadi penunjuk jalan tempat senjata api mereka sembunyikan.

"Barangnya bagus ketua, ini salah satu sampel yang sudah kami gunakan untuk mencobanya." ucap salah satu anggotanya sambil menyodorkan sebuah pistol berwarna hitam ke hadapan ketuanya.

Violet langsung mengambil pistol tersebut yang dijadikan sebagai sampel. Ia mencoba menembak dengan jarak jauh pada setiap papan yang menjadi bidikannya. Hingga tembakannya melesat sempurna pada objek tembakannya.

Violet tersenyum puas sambil meniup ujung pistolnya lalu mengangkat sebelah tangannya menandakan bahwa barangnya memang benar-benar bagus.

"Kerja bagus kalian." ucapnya pada pria bertubuh kekar dengan sebuah tato di tangan kiri pria itu.

Pria bertato itu hanya mampu membungkuk hormat di hadapan ketuanya lalu bergerak menyusun pistol tersebut pada lemari khusus menyimpan senjata api.

Bersambung.