NovelToon NovelToon
PELANGI DI UJUNG SENJA

PELANGI DI UJUNG SENJA

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:522.7k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?

"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri

"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Calon Istri Idaman

Tingkah Nisa yang dari tadi mesem-mesem bahkan sampai terkikik sendiri tak luput dari perhatian Yuli, Ia heran melihat Nisa yang tidak seperti biasanya dan sedikit aneh itu.

"Ca kamu nggak salah sarapan kan tadi pagi?"

Yuli berbisik pada Nisa disaat bu Widya lagi mengangkat telepon, Ia nggak kuat nahan rasa penasarannya yang dari tadi terus memenuhi kepalanya.

"Lah emang aku kenapa? orang aku nggak apa-apa kok, teteh aja yang pemikirannya suka kemana-mana."

Nisa mengelak tuduhan Yuli padahal dalam hatinya ia beristighfar karena sudah berbohong dan memikirkan yang aneh-aneh.

"Ya sudah kalau memang tidak ada apa-apa, teteh cuma khawatir saja soalnya kamu nggak biasanya seperti ini, Kalau dilihat-lihat kamu tuh kayak orang lagi jatuh cinta,tau!" Yuli mencibir dengan tatapan menyelidik.

"Is teteh kalau bicara suka kemana-mana, lagian jatuh cinta sama siapa kenalan cowok aja nggak punya." protes Nisa.

"Habisnya kadang bengong kadang ketawa sendiri, itu kan tanda-tanda orang lagi jatuh cinta" Yuli kembali meledek Nisa lagi.

"Ibu bikin kue setiap hari atau nunggu ada yang order saja?" tanya Nisa pada Bu Widya yang kembali duduk di kursi setelah menerima telepon dari Rena anaknya.

"Ibu bikin kalau pas ada yang order saja gak bikin tiap hari, Alhamdulillah besok ada pesanan untuk acara arisan dan lumayan banyak." Bu Widya menjelaskan pada Nisa yang menatapnya dengan intens.

Nisa baru sadar ternyata wajah Bu Widya seperti familiar,

Padahal Ia baru pertama kalinya bertemu Hari ini.

"Coba kalau kita rumahnya tetanggaan bu, aku bisa tiap hari datang bantuin ibu sekalian belajar dan icip-icip juga, hehehe." Nisa terkekeh sambil menyimpan cup bekas puding yang sudah tandas isinya.

"Ibu senang banget andai kita tetanggaan nak, bisa masak bareng-bareng belanja bareng dan kemana-mana ada yang nemenin, semoga suatu saat kita dipertemukan lagi dan bisa beraktivitas bersama, Aamiin." Bu Widya mengAamiinkan do'anya sendiri dengan penuh harap.

"Caca bisa masak?" tanya Bu Widya penasaran.

"Alhamdulillah bisa bu sedikit-sedikit mungkin karena keseringan lihat ibu masak dirumah." jelas Nisa sambil tersipu karena terus menerus ditatap Bu Widya penuh kekaguman.

"Calon istri idaman" puji bu Widya pada Nisa.

Uhukk.

Yuli yang dari tadi cuma nyimak obrolan 2 perempuan beda generasi mendadak pura-pura batuk.

"Eciee calon istri idaman nih tinggal nyari calon suaminya,

Kan udah ada niatan ingin nikah muda karena nggak mau pacaran dulu." goda Yuli pada Nisa, yang digodanya langsung menutup muka karena malu.

"Masya Allah, mulia sekali niatnya ingin nikah mudah karena menghindari pacaran, memang benar gitu Caca punya niatan nikah muda?" tanya bu Widya penasaran.

"Enggak kok Bu" Nisa menganggukkan kepala tapi mulutnya menjawab enggak.

Sontak membuat Yuli tertawa sedangkan bu Widya mesem sambil langsung membuang muka karena tidak mau membuat Nisa makin bertambah malu.

"Tuh kan jawaban sama gerak tubuh gak sinkron, sudah ngaku aja." Yuli kembali meledek.

"Teteh ish" kesal Nisa sambil mencubit pinggang Yuli.

🍁

Adzan Ashar di Mesjid sudah berkumandang, menunjukkan waktu sudah jam 3 lebih, saking nyamannya

Tidak terasa kebersamaan 3 orang perempuan 2 generasi itu sudah 1,5 jam lebih lamanya dirumah bu Widya.

Sebelum pulang Nisa berniat ingin menumpang shalat terlebih dahulu di rumah bu Widya karena ingin menikmati perjalanan pulang dengan santai.

Tanpa harus dikejar-kejar rasa takut akan ketinggalan waktu menjalankan kewajiban.

Kebersamaan mereka bertiga sama sekali tidak menunjukkan kalau antara bu Widya bersama Nisa dan Yuli adalah orang yang baru kenal sehari.

Keakraban mereka seolah-olah seperti orang yang sudah lama saling kenal.

"Bu sebelum pulang Nisa mau numpang Shalat dulu, boleh?" ijin Nisa pada Bu Widya.

"Boleh banget sayang, malah ibu senang banget kita bisa Sholat bareng-bareng."

Bu Widya mengijinkan dengan wajah berbinar bahagia, karena semenjak Rena menikah dan pindah kerumahnya Ia belum pernah Shalat ada barengannya kecuali kalau Shalat Ied setahun 2x saja.

Kalau Rena berkunjung pun mereka shalat sendiri-sendiri karena harus bergantian menjaga si kecil.

Setelah mendapat izin dari Bu Widya Nisa mengeluarkan mukenanya yang tidak pernah ketinggalan dan selalu mengisi tasnya, kecuali kalau lagi datang bulan baru mukenanya terpisah jauh, sedangkan Yuli memilih memainkan hp.

Nisa melepas jam tangannya dan menyimpannya dimeja kemudian masuk kamar mandi mau ngambil Wudhu, sedangkan bu Widya sudah menunggunya di Mushola sebelah ruang keluarga.

Selesai shalat bu Widya dan Nisa keluar dari mushola beriringan menghampiri Yuli yang sedang asyik memainkan handphonenya.

"Bu dikarenakan waktu sudah sore dan sudah kenyang juga kita mau pamit pulang, terimakasih banyak kue dan pudingnya enak sekali." Pamit Nisa pada Bu Widya.

"Pokoknya ibu jangan kapok kalau kita ke sini lagi" Yuli menimpali dari belakang sambil membenarkan kerudungnya.

"Ibu yang terima kasih banyak sudah dianterin pulang, dan nggak mungkin kapok ibu malah senang kalau kalian sering datang ke sini dan nemenin ibu masak, ini ada sedikit kue kering buat oleh-oleh." Bu Widya memberikan 2 kantong plastik yang berisi masing-masing 2 toples buat Nisa dan Yuli.

"Duh jadi malu udah dimakan sampai kenyang disini malah dikasih juga ini buat dibawa pulang, terimakasih banyak Bu." Nisa berterima kasih sambil menerima bingkisan dan memberikannya pada Yuli 1 kantong.

"Boleh gak ibu minta no handphonenya? biar nanti kita bisa komunikasi" tanya Bu Widya.

"Boleh Bu, mau ibu yang masukin atau Nisa?" tanya Nisa pada Bu Widya.

"Caca saja, kalau ibu yang masukin kadang suka salah pencet, maklum sudah tua." ujar Bu Widya sambil memberikan handphonenya pada Nisa.

"Sudah Bu" Nisa mengembalikan handphone pada Bu Widya.

"Bu nanti kalau ada tetangga atau ponakan atau siapapun itu kenalin atau calling kami ya ini bu guru Caca sedang mencari calon imam, tidak ada kriteria khusus yang penting ganteng, soleh, mapan, dan sayang keluarga."

Canda Yuli sambil cekikikan.

"Astaghfirullah teteh kenapa sih ngeselin banget!"

Nisa kembali mencubit Yuli yang masih mode cekikikan itu,

Sedangkan Bu Widya hanya mengulum senyum sambil memeriksa lagi no kontak Nisa dan Yuli yang baru dimasukkan ke handphonenya.

"Lagian kalau seperti itu bukan tidak ada kriteria khusus tapi menuntut yang sempurna." cebik Nisa pada Yuli.

"Kalau kayak gini ngobrol terus malah betah, kita kapan pulangnya." ujar Nisa sambil melirik Yuli sambil beranjak berdiri yang kemudian diikuti Yuli.

"Bu kita pamit pulang ya, Assalamu'alaikum"

Nisa berpamitan dan mengucap salam kompak dengan Yuli kemudian mencium tangan bu Widya dengan khidmat secara bergantian.

"Waalaikumussalam, hati-hati dijalan nak, kapan-kapan main lagi ya kesini." Pinta Bu Widya setelah menjawab salam kemudian Ia mengantarkan duo guru muda itu sampai teras rumahnya.

Setelah Nisa dan Yuli hilang dari penglihatannya karena berbelok diujung jalan komplek yang mengarah masuk kejalan raya, kemudian Ia masuk kedalam rumah berniat ingin merapikan lagi toples-toples dimejanya yang masih ada yang kebuka belum sempat ditutup semuanya.

Ia senyum-senyum sendiri mengingat keusilan Yuli yang terus menggoda Nisa tanpa merasa bersalah.

🍁🍁🍁

Sesuai niat awal Nisa dan Yuli tidak langsung pulang kerumah.

Mereka berbelok dulu ke arah taman kota karena ingin menikmati indahnya sore hari ditaman, mumpung keluar rumah jadi sekalian healing low budget.

Karena jarang-jarang mereka pergi berdua menghabiskan waktu seperti kebanyakan gadis lainnya.

Mereka kebanyakan menghabiskan waktu berkutat dengan buku-buku pelajaran anak SD/sederajat, agar disaat mengajar dan menyampaikan materi bisa membuat anak-anak semangat dan tidak bosan.

"Teh, tadi dirumah Bu Wid aku kan melihat foto keluarga yang dipajang didinding itu, aku melihat foto laki-laki yang sedang memakai toga kok kayak familiar seperti pernah ketemu, tapi dimana dan siapa ya?" Nisa menyampaikan keheranannya pada Yuli yang duduk disampingnya yang sedang memotret matahari memakai handphonenya yang mulai berubah jingga di ufuk barat menandakan hari sudah senja.

"Masa sih? teteh juga lihat tapi gak merhatiin." sahut Yuli sambil tetap mengarahkan kamera handphonenya pada sunset yang makin terlihat cantik, kemudian Ia merubah posisi mengajak Nisa selfie berdua kemudian foto sendiri-sendiri secara bergantian.

"Iya aslinya teh, dan aku penasaran banget dari tadi mengingat-ingat tapi sama sekali gak ingat, tapi mungkin hanya mirip kayaknya dengan orang yang pernah aku temui karena gak mungkin kan orang yang sama."

Nisa menjawab sendiri kepenasarannya.

"Yah udah jam 5 lebih nih, ortu pasti sudah pulang yuk kita pulang juga, gak baik anak gadis keluyuran menjelang Maghrib nanti ada yang nyulik, hihihi." Yuli mengajak pulang sambil terkikik geli sendiri dengan ucapannya.

"Yuk markipul" Ujar Nisa sambil berdiri dan membersihkan rok bagian belakangnya.

Kemudian mereka cipika cipiki dan berpisah karena rumah mereka berbeda arah.

"Tiati Ca jalannya, gak usah mikirin yang difoto terus kalau jodoh pasti bertemu. hahaa"

Yuli sedikit berteriak sambil tertawa mengingatkan Nisa yang sedang memakai helm.

Sedangkan Nisa hanya mencebikkan bibirnya ke arah Yuli kemudian melambaikan tangan.

🍁

"Assalamu'alaikum" Rian masuk kedalam rumah sambil mengucap salam, Ia langsung menuju ruang keluarga dan menyimpan tasnya di sofa depan tv, disaat mau ngambil minum yang sudah tersedia dimeja Ia mengerutkan keningnya karena melihat ada jam tangan yang tidak Ia kenal.

Karena semua barang milik sang ibu termasuk aksesoris Ia sudah mengenalinya.

"Bu, ini jam tangan punya siapa? apa kak Rena tadi kesini?"

Rian bertanya pada ibunya dan memperlihatkan jam yang ada ditangannya.

🍁🍁🍁🍁🍁

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
☠@AngguN
wkwkekek saking diem dieman dalam mobil😄
☠@AngguN
memang lebih baik berpisah drpd banyak hati yg terluka
☠@AngguN
astaghfirullah
lucky gril
awalnya ngintip kok jadi keterusan sampai tamat❤❤❤
lucky gril
ternyata mak baca expresss tau2 udah tamat,makasih karya nya teh nei🙏🙏🙏
lucky gril: sama2 kk'yg mau nuangin karyanya di NT dan waktunya untuk menghibur mak yg kegabutannya ruaaarrr biasa😅
total 2 replies
lucky gril
kok perasaan mak ngga enak😔

jagain fahri atuhhh
lucky gril
SAH
lucky gril
si mm risa mau menodai pikiran kotor ke caca🤣🤣
lucky gril
guling nis itu🤣🤣🤣
lucky gril
bintang utamanya siapa y...kok tau2 fahri datang tanpa kejelasan hubungan siapa ....

masih membanggongkan ceritanya😯
lucky gril
loh kok rian ngga pamit sama orang tuanya nisa😟
lucky gril
wa'alaikum salam salam kenal dr mak di brebes😍
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Semoga berhasil ya bu
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Bener banget makanya dibilang cinta itu buta, tapi harus pake logika yah😂😂😂
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwkwwk pada senyum2 sendiri
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwwk males amndi ternyata bukan cuman di novel, kenyataan juga begitu harus pada diomelin dulu padahal handuk udh dipegang dr tadi
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Nisa gak sadar dengan tingkah abstrudnya
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Ketahuan hayooo saling baperrr
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Kejedot bener dirasa in sama nisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!