Cewek Tengil Itu Istriku

Disebuah restoran padang, Saga dan Jeremi duduk sambil menikmati sepiring nasi padang plus rendang. Jeremi tak mengizinkan Saga pulang lebih dulu, masih banyak hal yang ingin dia kulik dari pria muda didepannya ini. Pria muda yang sejak awal bertemu sudah menarik perhatiannya. Selain tampan, baik dan sepertinya berpendidikan tinggi, Saga juga pandai beladiri, membuat Jeremi merasa jika dia calon mantu idaman.

"Kalau boleh tahu, kamu kerja dimana?" Tanya Jeremi disela sela makan mereka. Sebenarnya, masalah pekerjaan tak terlalu dia pikirkan, yang penting baik dan bertanggung jawab, sudah menjadi kriteria mantu idamannya.

"SE Corp."

"Perusahaan milik Pak Elgar?"

Saga mengerutkan kening. "Bapak kenal dengan papa saya?"

"Papa? Kamu putranya Pak Elgar?"

Saga mengangguk sambil tersenyum.

Jeremi makin yakin lagi jika Saga pria paling tepat untuk Anna. Saat belum tahu latar belakang Saga saja, dia sudah tertarik, apalagi saat tahu jika pria muda itu adalah putra dari pebisnis hebat yang dulu pernah bekerja sama dengannya.

"Jadi kamu bocah kecil yang dulu ada dipernikahan Pak Elgar dan Bu Mila?"

Kedua orang tua Saga memang pernah bercerai. Tapi kemudian mereka rujuk kembali dan menggelar pesta pernikahan mewah saat Saga berusia 6 tahun.

"Dulu saya hadir dipernikahan orang tua kamu. Saat itu kamu masih kecil, mungkin kamu tidak ingat dengan saya, tapi saya tidak akan pernah lupa dengan kamu. Kamu tahu kenapa?"

Saga menggeleng. Dia memang masih sedikit ingat dengan pesta itu, tapi siapa saja yang hadir dan bagaimana detail acara, jelas dia tak ingat.

"Saat itu istri saya sedang hamil besar, dan dia sangat terpesona dengan bocah tampan yang duduk dipelaminan menemani orang tuanya, yaitu kamu. Mendadak istri saya ngidam ingin perutnya dicium kamu. Kamu tidak ingat kejadiannya, saat kamu mencium perut istri saya?"

"Benarkah?" Saga tak ingat sama sekali, memori masa kecilnya memang sudah pudar. "Maaf, saya tak ingat sama sekali."

Jeremi tak menyangka akan bertemu lagi dengan bocah kecil dipesta itu. Mungkinkah ini yang namanya jodoh, Anna yang masih dalam kandungan jatuh cinta pada Saga, hingga mamanya ngidam ingin perutnya dicium Saga.

"Saya yakin kamu seperti Pak Elgar, pebisnis yang hebat. Pak Elgar sudah sukses sejak diusia muda. Kamu pasti menuruni bakatnya dalam berbisnis."

Saga tersenyum getir mendengar pujian yang terdengar berlebihan itu. Nyatanya dia tak sehebat papanya. Proyek pertamanya saja, sudah hancur hancuran.

"Ada apa?" Jeremi melihat perubahan raut wajah Saga.

Saga hanya tersenyum, terlalu malu untuk menceritakan masalahnya, terlebih pada orang yang baru dia kenal.

"Oh iya, tadi kalau tidak salah dengar, kamu dan temanmu hendak ke kantor polisi? Ada masalah apa, mungkin saya bisa bantu."

Saga memang sangat butuh bantuan saat ini, tapi dia tak yakin pria didepannya itu mau membantu.

Melihat Saga yang diam saja dan tersenyum canggung, Jeremi jadi merasa tak enak hati.

"Maafkan saya jika dianggap terlalu ikut campur. Tak masalah jika kamu tak ingin bercerita."

"Saya baru saja kena tipu." Mungkin tak ada salahnya juga bercerita. Siapa tahu Jeremi sungguh sungguh akan membantunya. Abaikan dulu rasa malu, toh ini memang terjadi karena keteledoran dan kebodohannya. Saga menceritakan detail kejadian penipuan yang dia alami.

"Saya memang bodoh, tak sehebat papa saya." Ujar Saga diakhir ceritanya. Mau tak mau, dia harus mengakui itu.

"Bukan bodoh, tapi belum pintar. Semua butuh proses, tak terkecuali kesuksesan. Anggap saja ini sebagai pelajaran. Ilmu tak melulu didapat dari sekolah saja, tapi bisa juga dari pengalaman. Lain kali, harus lebih hati hati. Kadang orang terdekatlah yang paling bisa mengkhianati kita."

Saga mengangguk, membenarkan ucapan Jeremi. Entah dia yang terlalu apes atau apa. Orang orang terdekatnya, seakan kompak mengkhianatinya. Rania, Putra, keduanya adalah orang tetdekat Saga.

"Lain kali kamu harus lebih profesional. Jangan mentang mentang sahabat atau saudara, kamu mengabaikan prosedur. Ingat Saga, jangan mudah percaya pada orang lain. Dijaman seperti ini, banyak orang yang rela melakukan apapun demi uang."

Bukannya bahagia diatas penderitaan orang lain, hanya saja, Jeremi merasa keberuntungan tengah berpihak padanya. Mungkin sudah jalannya jodoh, peluang seakan terbuka lebar untuknya. Situasi ini bisa dia manfaatkan untuk menjadikan Saga menantunya.

"Saya bisa bantu kamu."

Saga yang hendak minum meletakkan kembali gelasnya. Penasaran seperti apa bantuan yang dimaksud Jeremi.

"Perusahaan saya bergerak dibidang kontraktor. Saya bisa menggantikan perusahaan fiktif teman kamu itu. Untuk masalah uang, jangan dipikirkan. Yang penting, pembangunan hotel itu tetap berjalan sesuai rencana."

Saga masih tak bisa percaya begitu saja dengan tawaran menggiurkan itu. Memang benar dia baru saja membantu Jeremi, tapi rasanya terlalu berlebihan balas budi yang dia tawarkan.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat, maksud Bapak?"

"Menikahlah dengan putri saya."

Saga dibuat melongo dengan perkataan Jeremi. Kadang pernah ada cerita bapak menjual anaknya atau menggunakan anak untuk membayar utang, tapi ini kebalikannya. Dia dikasih bantuan, serta dikasih bonus anak pula, ada apa ini?

Jangan jangan anaknya cacat, sangat jelek, atau bahkan perawan tua? Makanya dia gak laku dan Om Jeremi berusaha mencarikannya jodoh.

Jeremi tersenyum melihat Saga yang tampak berfikir keras.

"Jangan khawatir, anak saya itu normal, cantik, dan masih sangat muda."

Saga makin bingung lagi. Jika memang begitu, kenapa susah susah mencarikan jodoh?

"Hanya saja, putri saya itu tengil, susah diatur. Saya sampai kualahan menanganinya." Ujar Jeremi sambil terkekeh pelan.

"Tapi, kenapa harus menikahkannya? Tak adakah cara lain?"

Jeremi bisa memahami kebingungan Saga. "Nanti saat kamu sudah menjadi ayah dari seorang putri, kamu akan tahu seperti apa ketakutan yang saya rasakan. Tak ada seorang ayahpun didunia ini yang ingin masa depan putrinya hancur. Wanita itu seperti kaca, sedikit saja salah memperlakukannya, dia bisa pecah. Saya takut putri saya sampai terjerumus dalam pergaulan bebas. Apalagi saat tahu dia berpacaran dengan pria begajulan yang hobinya keluar masuk club malam. Kekhawatiran saya makin besar Saga. Saya bisa saja menyewa banyak bodiguard untuk menjaga putri saya, tapi dia tak akan nyaman diperlakukan seperti itu, seolah olah, semua ruang geraknya dibatasi. Mungkin dengan memberikannya pasangan yang halal, dia bisa berubah. Dan pria begajulan itu tak lagi mengganggunya."

Saga penasaran seperti apa putri Jeremi. Seperti apakah cewek tengil yang susah diatur itu. Tapi wanita seperti itu, jelas bukan tipenya. Dia ingin wanita seperti Rania yang menjadi istrinya, sholehah, lemah lembut dan keibuan.

"Tapi saya tidak akan memaksa." Jeremi mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Saga. "Pikirkan dulu, jika kamu berminat dengan tawaran saya, hubungi saya. Nanti saya atur pertemuan antara kamu dengan putri saya."

Saga membaca sekilas lalu menyimpan kartu nama itu kedalam saku jasnya.

.

.