Tamara adalah seorang wanita malam yang mempunyai banyak pelanggan. Dia menjadi salah satu wanita favorit di tempatnya bekerja.
Kehidupannya begitu bebas, karna dia hidup sebatang kara tanpa adanya keluarga, orangtua ataupun sanak saudara.
Tamara terus teringat di malam dia mendapatkan sebuah rasa yang tak dapat dia lupakan. Akankah dia mendapatkan cinta tulus dari seorang pria..? mengingat dia adalah cinta satu malam dari banyaknya pria.
Dan siapakah orangtua Tamara yang sebenarnya..?
Penasaran dengan kisahnya, ikuti terus kisah hidup Tamara dan jangan lupa like, coment,favorit dan votenya ya...
Salam manis semoga sehat selalu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panti Asuhan
Batu giok itu membentuk sebuah ukiran berbentuk sebuah ular cobra yang melingkar dan menjulurkan lidahnya. Batu itu juga berada di sebuah tatakan emas dan jika di cermati di belakang nya ada sebuah inisial huruf " A ", ntah apa artinya tapi itulah dasar kenapa Ara memilih nama panggilannya sekarang.
Namanya Tamara, hanya Tamara tak ada nama lain tersemat di belakangnya. Bayi mungil Ara di tinggalkan begitu saja di depan panti asuhan, tanpa surat tanpa nama hanya setelan baju, dan selimut tipis yang menutupi tubuhnya juga sebuah batu giok yang tergeletak di sebelahnya.
Sifat Ara yang selalu periang, murah senyum juga mudah bergaul membuatnya mudah akrab dengan siapa saja. Ara biasa di panggil Rara sewaktu dia di panti asuhan.
Rara kecil suka sekali bermain boneka, ketika para dermawan memberikan beberapa sumbangan boneka ke panti asuhan, Rara adalah anak nomer satu yang antusias dengan boneka-boneka itu.
Wajahnya yang memang cantik sedari kecil juga mampu membuat banyak pasangan ingin mengadopsinya, tapi Ara selalu saja menolak dan tak ingin pergi dari panti asuhan.
Dia tak mau meninggalkan para pengasuh yang sudah sangat menyayanginya sedari kecil. Dia juga tak mau meninggalkan Heni teman bermain sekaligus sahabat baiknya.
Usia Heni lebih tua 2 tahun dari Ara, dulu Heni di titipkan di panti asuhan ketika berusia 3 tahun saat dirinya sudah berjalan, berbicara bahkan sudah mengingat dengan jelas wajah kedua orangtuanya.
Orangtuanya mengatakan, Heni untuk bermain disana dan akan segera menjemputnya, tapi setelah hari itu Heni tak pernah lagi melihat wajah kedua orangtuanya.
Sedih, marah, kecewa jelas tergambar di wajah Heni saat dia kembali mengingat saat-saat itu. Heni sendiri tak seperti Ara, dia lebih banyak diam, dia akan bergaul dengan orang-orang yang dia sukai saja.
Sebab itu juga tak ada yang pernah berniat untuk mengadopsi Heni dari panti asuhan, selain dia yang pendiam, dia juga sulit di ajak komunikasi dengan orang luar.
Heni yang mempunyai sifat yang sedikit nakal, saat usianya menginjak remaja dia tak mau lagi tinggal di panti asuhan. Dia selalu bilang bosan dengan segala rutinitas disana, apalagi saat para pengasuh menyuruhnya untuk membantu mengurus bayi-bayi kecil yang mulai menangis, Heni tak pernah mau dan lebih memilih untuk pergi ke kamarnya.
Atas semua kondisi itu Heni pun kabur dari panti asuhan untuk mencari kehidupannya sendiri. Saat itu bahkan Ara menangis, mendapati sahabat baiknya telah pergi, dia tak menyangka Heni yang pendiam akan melakukan apa yang slalu dia katakan pada Ara, yaitu kabur dari panti asuhan.
Heni pun berhari-hari berjalan tak tentu arah tujuan, dia kelaparan, tak ada tempat tinggal, tak ada uang untuk makan, dia hanya berjalan di sepanjang jalan. Hingga akhirnya dia dengan tubuh yang sudah lemas pingsan di depan pasar yang kebetulan ada Bu Riris.
Melihat keadaan Heni yang memprihatinkan, Bu Riris pun meminta bantuan orang disana untuk membawa Heni pulang ke rumahnya. Lama di tunggu Heni pun sadar, ketika di tanya Heni darimana dia sama sekali tak menjawab, Heni hanya terdiam tak ingin Bu Riris tau dia dari panti asuhan dan dia akan di kembalikan ke sana.
Heni berpura-pura tak mengingat siapapun tentang dirinya. Dan mulai saat itu Bu Riris membiarkan Heni tinggal disana. Ya Bu Riris sendiri adalah Bu bos sang pemilik rumah 77.
Saat itu Bu bos sudah memiliki banyak wanita, tapi dia tak ingin Heni untuk ikut terjun ke dunia gelap yang dia ciptakan, menurutnya Heni adalah gadis baik dan pendiam, Bu Bos tak ingin merusaknya dengan cara menyuruhnya menjadi salah satu anak buahnya.
Lama tinggal di rumah 77, membantu berbagai kegiatan disana, Heni pun tersadar apa yang setiap hari Bu Bos lakukan pada wanita-wanita yang ada disana, yaitu menjual mereka.
Heni berfikir dia juga akan memperoleh uang dengan menjadi salah satu wanita disana, Heni tak perlu lagi susah-susah mencari pekerjaan. Heni juga berfikir mungkin itu memang takdir Tuhan yang telah di berikan pada Heni. Mempertemukan Heni dengan Bu bos yang menyelamatkan hidupnya, mungkin juga sudah takdir Heni menjadi salah satu wanita malam disana.
Sudah bertahun-tahun menjadi wanita disana, Heni yang sudah hafal dengan daerah tempatnya tinggal hari itu ingin membeli kebutuhan hariannya di sebuah Toko yang tak jauh darisana.
Dia pun terkaget karna Melihat sosok cantik Ara sebagai penjaga toko di sana, lama tak bertemu tak membuat keduanya lupa. Mereka pun saling memeluk merindukan waktu-waktu mereka bersama.
"Rara...kau bekerja disini..."
"Heni apa kabar...kau baik-baik saja..sungguh sejak kau pergi aku sangat merindukanmu..."
"Aku baik-baik saja Ra...kau sendiri gimana...kau kabur juga dari panti..."
"Tidak Hen...aku berpamitan pada mereka aku ingin bekerja...tidak menggantungkan hidup lagi pada mereka..dan ini, sekarang aku bekerja disini...menjaga toko ini..."
Heni pun menatap penampilan Ara yang sederhana.
sayang sekali jika Rara harus bekerja sebagai penjaga toko...
"Berapa bayaranmu di toko ini Ra...apa cukup untuk memenuhi kebutuhanmu...toko ini jarang ada pembeli juga..."
"Ya lumayan cukup lah Hen...kau sendiri bekerja dimana sekarang..."
Tanya Ara melihat penampilan Heni yang jauh berbeda dari dulu, kini Heni tampak modis membawa tas dan memakai sepatu yang terlihat lumayan mahal.
"Kau mau ikut bekerja denganku..."
tanya Heni tampak ragu-ragu.
"Bekerja apa memangnya Hen..."
Dan Heni pun menceritakan pekerjaannya sekarang, awalnya dia ragu mengajak Ara, dia tak mau merusak kehidupan Ara terjerumus dalam dunia malam. Tapi Heni juga tak tega melihat keadaan Ara yang saat itu dalam kekurangan.
Tanpa berfikir panjang pun Ara mau bekerja bersama Heni, dan mulai saat itu dia mengganti nama panggilannya menjadi Ara. Dan keputusannya itu membuat hidup Ara benar-benar berubah, dia menjadi wanita kaya sekarang yang mampu membeli apapun dengan uangnya.
*
Kembali pada Ara yang saat ini berada di rumahnya, selesai beristirahat sebentar merasakan kenyamanan tempat tidurnya. Ara memakan makanan yang sudah mbak Sarti siapkan untuknya, baru kemudian bersiap pergi ke pusat perbelanjaan yang tak jauh dari rumahnya.
Dengan mengendarai mobil, Ara pergi seorang diri, mencari banyak baju anak dan mainan maupun boneka untuk di berikan ke panti asuhan dia dulu tinggal.
Malam itu juga Ara seperti minggu-minggu sebelumnya selalu mengunjungi panti asuhannya dulu. Dia memberikan banyak barang, baju, mainan serta uang untuk membantu kehidupan banyak anak disana.
"Rara...."
sapa ramah sang pengasuh panti asuhan yang melihat Ara datang membawa banyak kantong di tangannya.
"Iya buk...apa kabar..."
Ara meletakkan banyak barang yang dia bawa di sudut ruangan lalu memeluk pengasuh panti yang dulu juga mengasuhnya.
"Baik nak....kau sendiri bagaimana..."
jawab pengasuh itu sambil memeluk hangat Ara.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Semoga ada bonus chapter nya,dengan ara yg bnyk ank🤭
karena rasanya gak rela deh udah tamat aja😢
nih ku kasih vote untuk mu thor,karena cerita nya Sangat bagus😘
ah seneng banget aku🥰🥰