Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minuman Berperisa Jeruk
Satu bulan tidak terasa sudah berlalu, hari-hari yang di lalui Vania sangat indah di kediaman orang tua bagas. Nyanyian berupa caci maki dari Mama Bagas dan Bagas sendiri sudah bagai music di setiap kegiatannya.
Mama Yuli selalu menggunakan waktu dengan sangat baik untuk mencaci maki anak menantunya itu. Kalau kegiatan Vania? Gadis manis itu benar-benar di perlakukan istimewa di rumah Bagas.
Tidak ada sekolah layaknya siswa kelas tiga sekolah menengah atas dan tidak adanya nafkah lahir layaknya seorang istri dari seorang Bagas.
Jika pagi menjelang Vania berubah menjadi Inem semua pekerjaan rumah dia yang kerjakan. Bi Lala di pindah kerjakan menjadi OB di kantor Bagas. Jadi semua yang berhubungan bersih-bersih itu adalah kewajiban Vania.
Jika malam tiba Vania menjelma menjadi wanita nakal untuk sang suami. Berpakaian nyaris seperti tidak menggunakan apa-apa dan di perlakukan dengan teramat hina.
Jangan tanyakan tentang orang tua Vania, sampai sekarang Vania tidak bisa menemui mereka. Terkadang wanita muda itu tertawa dalam tangisnya. Apa benar jika dia betul-betul di jual oleh Papa dan Mamanya? Hati kecilnya mengatakan ia, meski logikanya selalu mengatakan tidak mungkin ada orang tua yang rela menggadaikan kebahagian anaknya demi materi.
"Hei Babu! Kenapa baju saya bisa lecek begini? Kamu kerja becus ngak sih?" Mama Yuli menjambak rambut Vania kasar.
"Aduh sakit Nyonya, ampun Nyonya," rintihan Vania saat jambakan itu kian mengeras.
Ya meski Mama mertua tapi Vania memanggil Mama Yuli dengan sebutan Nyonya dan Bagas dengan sebutan Tuan Muda.
"Sakit? Sakit? Seharusnya kamu sadar kalau kamu merusak baju saya kamu ngak akan mampu ganti! Dasar manusia tidak berguna!" Mama Yuli mendorong Vania hingga terjatuh ke lantai.
"Malam ini kamu ngak ada jatah makan malam! Sekali lagi kamu ulangi hal begini, saya akan gantikan hukuman kamu dengan 15 kali cambukan!" hardik Mama Yuli kasar pada Vania.
Setelah Mama Yuli pergi Vania berudaha menengadahkan kepala menahan air mata. Dia lelah dengan rumah tangga penuh air mata ini. Baru sebulan berjalan tapi rasanya sudah berabad-abad bagi Vania.
Setiap hari selalu ada makian yang dia terima dan juga kekerasan fisik. Vania sangat ingin pergi tapi dia tidak mau Bagas bertindak nekat dan menghancurkan perusahaan sang Papa.
Mungkin jika yang menerima akibatnya hanya Jihan, Vania tidak akan bertindak sejauh ini. Tapi jika sudah berurusan dengan kedua orang tuanya sungguh Vania tidak berdaya. Meski Vania jarang di rumah, Vania sangat menyayangi Mama dan Papanya.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Matahari sudah pulang kerumahnya, tuan kegelapan sudah datang menghampiri Bumi. Vania masih bergelut dengan piring kotor setelah makan malam usai.
"Hei Babu! Ingat ini waktunya kamu menjajakan diri! Kalau kamu ngak segera menjajakan diri ke kamar anak Saya, kapan keluarga kami punya penerus. Sebenarnya saya jijik jika harus punya penerus dari rahim wanita kotor seperti kamu! Tapi bagaimana lagi anak saya masih berbaik hati mau menampung salah satu dari anggota sampah masyarakat di sini. Sudah cepat lakukan tugas kamu!" kata Yuli dengan tajam dan sinis.
"Iya Nyonya," Vania yang sudah menyelesaikan mencuci piring segera kembali ke kamarnya.
Karena belum menunaikan ibadah sholat isya Vania segera berwudhu. Satu hal yang dia sukuri meski Mama Yuli selalu mengatakan hal yang tidak pantas untuknya tapi Mama Yuli tidak pernah membentaknya pada saat sedang sholat ataupun mengaji. Mama Yuli selalu menunggu hingga apa yang di lakukan Vania usai baru dia mengatai-ngatai anak mantunya itu.
Lain di kamar Vania maka lain pula di ruqngan kerja Bagas. Kata-kata Jeremy tadi siang sangat mengusik baginya.
"Lu kalau masih menyakiti Vania, gua ngak segan-segan laporin Lu kepolisi Gas! Gua ngak main-main, apa yang Lu dan Nyokap Lu lakuin itu udah keterlaluan! Vania ngak bersalah dia cuman remaja malang yang terlahir di keluarga setan. Lu jangan ikut-ikutan jadi setan!" ancam Jeremy pada Bagas siang itu. Jeremy mengancam Bagas bukan tanpa sebab, kemaren Jeremy datang ke rumah Bagas dan yang membuka pintu adalah Vania.
Wajah Vania memang baik-baik saja. Tapi punggung tangan wanita muda itu berbelang belang seperti bekas pukulan benda keras. Di tambah jalan Vania yang pincang. Tanpa di sengaja Jeremy melihat gamis Vania sedikit terangkat saat berjalan dan di lihatnya dekat pergelangan kaki Vania belang-belang merah seperti bekas pukulan.
"Satu hal lagi selain gua bakal ngaduin lu ke pihak yang berwajib. Gua juga bakal rebut Vania secara paksa dari Lu! Lu tentu masih ingat Yora meninggal di usia 17 tahun dan gua masih belum bisa melupakan Yora. Gua rasa Lu pun sqdar jika wajah Vania sangat mirip dengan Yora. Yang membedakan mereka hanyalah cara berpakaian! Camkan itu!"
Jeremy berlalu setelah mengatakan dan mengancam Bagas. Jeremy tidak main-main soal ini, Vania memang teramat mirip dengan Yora mendiang sahabat dan juga cinta pertama dalam diam seorang Jeremy.
Lamunan Bagas terhenti karena ada yang membukakan ruangan kerjanya. Ternyata Mama Yuli lah yang membuka pintu.
"Bagas cepat ke kamar kamu! Pelac-ur yang kamu minta mungkin sudah siap di kamar kamu! Ingat Mama ngak mau punya cucu dari rahim wanita kotor seperti Dia! Jadi pastikan kamu selalu memasukkan obat pencegah kehamilan pada minuman wanita murahan itu!" Mama Yuli mengingatkan Bagas kembali.
Keingina Bagas untuk segera memiliki anak dari Vania sebenarnya bukan kenyataan. Aslinya Bgas dan Mama Yuli hanya ingin membalas sakit hati mereka pada Jihan dan keluarganya melalui Vania.
Hal itu di perparah dengan perjanjian antara Bagas dan keluarga Vania yang di tanda tangani Nyonya Vio. Di sana mereka setuju untuk memulihkan perusahaan Papa Vania, Mama Vio kehilangan semua hak tentang Vania. Bahkan jika Vania harus dalam keadaan sekarat atau lebih buruk dari itu Vania tetap tidak boleh mereka jemput atau temui.
Secara tidak langsung Vania telah di jual oleh Ibunya sendiri demi perusahaan dan kesembuhan sang suami.
Tepat pukul 3 dini hari Vania tertatih-tatih keluar dari ruangan Bagas. Pelan Vania melangkah dengan segelas minuman yang di berikan Bagas untuknya.
Minuman yang selalu Bagas berikan setelah mereka melakukan hubungan badan. Vania yang memang tidak bisa meminum minuman berperisa jeruk selalu membawa minuman itu dengan alibi akan meminumnya di bawah. Padahal minuman itu selalu berakhir di westafle olehnya.
Karena Vania memiliki alergi pada rasa asam. Rasa asam akan selalu mengingatkannya pada hal yang teramat menyakitkan hingga membuat Vania merasa tenggorokannya teramat menyakitkan.
Tapi tentu Vania menyembunyikan kebenaran ini dari siapapun kecuali Aunty dan Unclenya di Kairo. Vania menangis dalam diam, dia sangat merindukan kasih sayang Aunty dan Unclenya yang jauh di sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan