NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

"Hanya observasi, bukan konfrontasi," tambah Yukino, memastikan semuanya paham tugas masing-masing. "Kalian hanya perlu mencatat siapa saja yang menunjukkan tanda-tanda mencurigakan di sekitar Hayasaka-san."

Di saat perhatian mereka teralihkan ke pembagian tugas, Naruto tetap diam, menggenggam map itu seolah itu hanya tugas biasa. Namun, sebenarnya dia memiliki rencana lain.

Sejak awal, dia tahu bahwa sekadar mengamati tidak akan cukup. Jika pelakunya cukup pintar untuk menghindari kecurigaan selama ini, maka tidak akan mudah untuk menemukan petunjuk hanya dengan menatap mereka dari jauh.

Naruto punya cara yang berbeda.

Saat diskusi selesai dan semua beranjak untuk pulang, dia dengan tenang memasukkan map itu ke dalam tasnya.

"Kalau begitu, aku juga akan bergerak sendiri," gumamnya pelan, lebih pada dirinya sendiri.

Dengan memegang bukti utama, dia punya alasan untuk bertemu orang-orang di luar kelompok mereka. Berbeda dengan Hachiman dan Yuigahama yang harus bertindak diam-diam di kelas, Naruto bisa menyelidiki jejak lain—mungkin mencari seseorang yang bisa memberi informasi di luar lingkup sekolah.

Karena terkadang, jawaban tidak selalu ada di tempat yang paling jelas.

Dan Naruto siap menyusuri jalur yang lebih gelap untuk menemukannya.

Keesokan harinya, Naruto mengetuk pintu ruang guru sebelum melangkah masuk. Ruangan itu masih cukup sepi, hanya ada beberapa guru yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Salah satunya adalah Hiratsuka Shizuka, yang tengah menyeruput kopi dengan ekspresi bosan.

Hiratsuka menoleh dan mengangkat alis saat melihat Naruto berjalan ke arahnya dengan langkah santai. "Kau? Pagi-pagi sudah ke sini? Jangan bilang kau bikin masalah."

Naruto hanya tersenyum tipis sebelum menarik kursi dan duduk di depannya. "Sensei, aku butuh bantuan."

Hiratsuka mendecakkan lidahnya. "Tentu saja. Sudah kuduga."

Naruto menyandarkan tubuhnya dan langsung menuju ke inti pembicaraan. "Aku butuh semua esai yang dikerjakan oleh siswa kelas 2-B."

Hiratsuka terdiam sejenak, alisnya berkerut. "Hah? Untuk apa?"

Naruto menatapnya dengan ekspresi serius. "Ini bagian dari pekerjaan sebagai anggota klub relawan. Salah satu siswa dari kelas 2-B datang meminta bantuan. Dia menerima ancaman dari seseorang yang tidak dikenal, dan aku perlu mencari petunjuk."

Hiratsuka meletakkan cangkir kopinya dan bersandar di kursinya. "Dan kau berpikir jawabannya ada di dalam esai mereka?"

"Seseorang yang cukup terobsesi untuk mengancam orang lain pasti meninggalkan jejak," ujar Naruto sambil menatap lurus ke arah senseinya. "Mungkin di antara tulisan mereka ada pola tertentu, atau ada seseorang yang secara tidak langsung mengungkapkan pikirannya lewat esai itu."

Hiratsuka menghela napas. "Aku mengerti pemikiranmu, tapi memberikan dokumen akademik siswa begitu saja bukan hal yang bisa kulakukan sembarangan, Naruto."

Naruto menatapnya dengan mata tenang namun tajam. "Sensei ingin mengujiku, kan? Ingin tahu apakah prinsip yang kupegang bisa berguna bagi orang lain atau hanya untuk diriku sendiri. Ini kesempatan untuk membuktikannya."

Hiratsuka menatapnya lama, lalu tersenyum kecil sambil menghela napas. "Kau benar-benar tahu cara menekan orang tua sepertiku, ya."

Dia meraih sebuah map tebal dari rak di belakang mejanya, lalu meletakkannya di depan Naruto. "Aku akan pura-pura tidak melihat kalau map ini berpindah tempat. Tapi jangan sampai aku menyesal sudah memberikannya padamu."

Naruto mengambil map itu dan mengangguk kecil. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Sensei."

Saat dia berdiri untuk pergi, Hiratsuka kembali bersuara. "Naruto."

Naruto menoleh.

"Jangan bertindak gegabah. Ingat, kita tidak sedang berada dalam cerita detektif di mana semuanya bisa berjalan sempurna. Kalau kau menemukan sesuatu yang mencurigakan, pastikan kau tidak bertindak sendirian."

Naruto hanya tersenyum tipis. "Aku akan mempertimbangkannya."

Namun, dalam pikirannya, dia sudah tahu—dia tidak bisa menjanjikan hal itu. Karena ada beberapa hal yang hanya bisa dilakukan seorang diri.

Langit yang Terlalu Indah untuk Dimiliki

Perpustakaan sekolah begitu sunyi, hanya suara lembut lembaran kertas yang dibalik dan sesekali langkah kaki yang samar terdengar di antara rak-rak buku. Sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela besar, menciptakan bayangan panjang di meja tempat Naruto duduk.

Di hadapannya, tumpukan esai siswa kelas 2-B berjejer rapi. Dia sudah membaca hampir semuanya, namun sejauh ini tidak ada yang cocok dengan tulisan dalam map yang diberikan oleh Hayasaka Aoi.

Naruto menghela napas pelan, menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya menatap kosong pada kertas-kertas itu, berpikir keras. Pelaku ini tidak ceroboh. Dia tahu bagaimana menyamarkan jejaknya.

Jika pola tulisannya tidak dapat ditemukan, maka dia harus mencari cara lain.

Dia menutup matanya sejenak, mencoba mengingat sesuatu. Kata-kata Hayasaka masih terngiang di kepalanya—tentang langit. Tentang seseorang yang selalu mengamati dan menghubungkan segala sesuatu dengan langit.

Naruto membuka matanya kembali. Dia mengubah pendekatan. Bukan pola tulisan, tetapi kata kunci.

Tangannya bergerak cepat, membalik halaman demi halaman, hanya mencari satu kata:

Langit.

Lembar demi lembar berlalu tanpa hasil, sampai akhirnya…

"Langit itu indah, dan aku ingin memilikinya selamanya. Untukku seorang."

Naruto membeku. Ada sesuatu yang menggelitik pikirannya. Perlahan, dia melirik ke bawah.

Nama penulisnya: Yamato.

"Bingo."

Tatapannya menajam. Ini bukan sekadar ungkapan biasa. Kalimat ini mengandung keinginan, obsesi, bahkan mungkin klaim atas sesuatu yang tidak seharusnya dimiliki.

Naruto menarik napas dalam, membaca ulang kalimat itu. Sekarang semuanya mulai masuk akal. Ancaman anonim yang diterima Hayasaka bukan hanya sebuah kebetulan. Ada seseorang di luar sana yang merasa dirinya cukup ‘memiliki’ hak untuk mengontrol seseorang.

Dia menutup esai itu perlahan, lalu merapikan dokumen lainnya. Ada sesuatu yang terasa dingin menjalar di punggungnya—bukan ketakutan, melainkan kesadaran akan realitas yang lebih gelap dari yang ia perkirakan.

Langkah berikutnya sudah jelas.

Dengan tenang, Naruto mengambil tumpukan esai dan berjalan keluar dari perpustakaan. Tujuannya satu—ruang guru.

Saat Naruto tiba di ruang guru, Hiratsuka Shizuka sedang duduk di mejanya, terlihat sibuk menandatangani beberapa dokumen. Dia mengangkat alis saat melihat Naruto masuk dengan ekspresi serius.

“Sudah selesai?” tanyanya, meletakkan pulpennya.

Naruto mengangguk dan meletakkan tumpukan esai di meja Hiratsuka. “Sensei, ini hasil yang aku temukan.”

Hiratsuka melirik tumpukan kertas itu sebelum kembali menatap Naruto dengan penuh minat. “Dan menurutmu?”

Naruto menyilangkan tangan. “Ada seseorang di kelas 2-B yang menulis sesuatu yang… menarik.”

Hiratsuka menghela napas dan mengambil salah satu esai di atas. Dia membaca kalimat yang disorot Naruto, lalu menatapnya kembali.

"Kau yakin?"

Naruto, dengan tangan bersedekap, menatap lurus ke arah senseinya. "Ini masih belum cukup untuk dijadikan bukti."

Hiratsuka mengangkat alisnya. "Oh?"

Naruto mengetukkan jarinya ke dagu, ekspresinya tetap tenang. "Kata-kata ini memang mencerminkan pola pikir seseorang yang obsesif, tapi ini bukan bukti konkret. Jika aku langsung menuduhnya sekarang, dia bisa dengan mudah mengelak. Aku butuh sesuatu yang lebih kuat. Bukti yang tidak bisa dia sangkal."

Hiratsuka menyandarkan punggungnya di kursi, matanya menilai Naruto dengan penuh minat. "Dan bagaimana kau berencana mendapatkannya?"

Naruto mengambil kembali esai itu dan memasukkannya ke dalam map yang ia bawa. "Aku akan mengawasinya. Orang yang memiliki obsesi seringkali menunjukkan pola yang berulang. Mereka tidak bisa menahan diri. Jika aku cukup bersabar, dia pasti akan melakukan sesuatu yang bisa menjadi bukti nyata."

Hiratsuka terdiam sejenak sebelum tersenyum tipis. "Kau benar-benar serius soal ini."

Naruto hanya mengangguk. "Kalau aku tidak serius, maka tidak ada gunanya aku bergabung di klub itu."

Hiratsuka tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Baiklah. Aku akan menunggu laporan berikutnya darimu."

Naruto berbalik dan melangkah keluar dari ruang guru, matanya menatap langit biru pagi. Langit itu indah, dan aku ingin memilikinya selamanya. Untukku seorang.

Sebuah pengakuan sepihak dari orang yang begitu terobsesi mencintai wanita. Entah alasan apa yang membuat Yamato begitu menggilai Hayasaka Aoi.

Naruto hanya ingin membantu Hayasaka menyelesaikan masalahnya.

Dia menemukan esai itu dalam 1 jam setengah, dan bel pelajaran sekolah akhirnya dimulai.

1
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」: walaupun masih bingung 🗿 mc nya renkarnasi atau bukan
total 3 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!