Cinta Nayla

"Enak banget dia,mentang mentang jadi atasan bisa se enaknya saja."gerutu nayla seorang diri yang kini tengah membuatkan kopi.

Nayla harus ekstra sabar menghadapi atasannya itu.mungkin saja kalau saat ini ada pekerjaan yang bisa ia ambil dengan gajih yang sama mungkin lebih baik ia pindah.dari pada terus menguras kesabarannya.

"Awas saja dia,kalau sampai kopi ini di sembur juga,akan aku pakaikan saja cabai bubuk biar mulutnya yang pencomel itu dower sekalian."lanjut nayla yang masih saja sibuk dengan ocehannya.untung saja tidak ada yang mendengar.

Di ruang yang terlihat besar itu adrian tampak pokus dengan laptopnya,dengan mengecek beberapa berkas yang di pegangnya.

"Ini kopinya pak."ucap nayla sembari meletakkan kembali secangkir kopi.

Adrian melihat nayla sekilas,di letakkannya berkas yang baru saja ia pegang.

"Sekarang balik ke tempat kerjamu,dan atur meeting ku siang ini.persiapkan berkas berkasnya."perintah adrian terdengar sangat datar.

"Baik pak,kalau begitu saya permisi."sigap nayla membungkukan sedikit badannya,dan berjalan keluar.

"Huuhhh..akhirnya lepas juga."batinnya sambil berjalan.

...----------------...

Di dalam sebuah kamar terlihat seorang pria yang tengah memandang fhoto seorang wanita cantik.matanya sudah berkaca kaca mengingat wanita itu adalah wanita yang sangat di cintainya.

"Seharusnya saat ini kita masih bersama,tapi kenapa kamu tidak mau mempertahankan hubungan kita."reno menatap nanar fhoto tersebut.

Dia memejamkan matanya perlahan untuk menahan sesaknya yang mendalam.ingin sekali ia mengumpat akan perlakuan keluarganya terhadap wanita yang sangat di cintainya.namun apa daya seorang anak,ia tidak kuasa menentang apalagi sampai dirinya di coret dari daftar waris keluarga prayogo.

Reno sangat berharap suatu saat keluarganya akan mau menerima gadis itu.tapi apa yang terjadi.?harapannya itu musnah sulit ada harapan lagi.

"Aaaaahhhhhh....!"teriak reno menggema di dalam kamar.

Zoya yang sedang membaca majalah di ruang tengah begitu terkejut mendengar teriakan reno yang keras,segera ia bejalan cepat menuju tangga atas menghampiri anak laki lakinya itu.

Kini seisi kamar terlihat begitu rusuh,barang barang yang berserakan terlihat tepat di hadapan zoya,ia melirik anaknya yang sudah seperti orang kesetanan.

"Reno,apa yang kamu lakukan.?"tanya zoya dengan keras.

Reno sama sekali tidak menghiraukan keberadaan zoya,ia menangis histeris seperti anak kecil yang kehilangan akan mainannya.

Air mata zoya seketika tumpah melihat apa yang baru saja putranya lakukan.ia berusaha menghampiri reno untuk menghentikan kegiatannya yang sedang memukul mukul dirinya sendiri.

"Hentikan reno,hentikan..!"bentak zoya seraya memeluk anak laki lakinya.

Reno menangis dalam pelukan perempuan setengah paru baya itu,rasanya sungguh menyakitkan menahan cintanya yang tak kunjung sampai.

"Lepaskan aku mah."berontak reno setelah dirinya mulai tenang.

"Kamu ini kenapa,apa yang kamu lakukan?."tanya zoya yang sudah melepaskan pelukannya.

"Mama tau,ini semua gara gara mama,kenapa mama tidak juga mengerti dengan perasaanku.aku sangat mencintai nayla.kenapa mama tak mau menerimanya?"ucap reno dengan suara tangisnya.

Baru kali ini zoya melihat putranya yang tegas dan selalu tertawa riang kini berubah menjadi reno yang sangat rapuh.begitu sakitnya hati zoya mengetahui putranya seperti ini hanya karna seorang gadis miskin yang menjijikan baginya.

"Kau tidak perlu seperti ini,gadis itu hanya akan menyusahkanmu.seharusnya kamu lebih mendengar dan nurut sama mama."ucap zoya dengan lancang.

"Cukup mah,sudah cukup aku selama ini mengikuti kemauan mama.dan aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu aku pertahankan dari keluarga ini.lebih baik aku pergi dari pada mama terus terusan melarang aku bersama orang yang aku cintai."saut reno menatap zoya dengan wajah sendunya.