Tantangan Kepenulisan Noveltoon
Bagaimana rasanya dijodohkan dengan 5 laki-laki tampan? Tanyalah kepada Irene Abraham.
Cantik, pintar, dan kayaraya membuat kehidupan Irene serasa sempurna. Apapun yang inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Hidupnya sangat bebas sesuka-suka hatinya.
Sampai suatu ketika, sang kakek berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu putra keluarga Narendra. Ada lima tuan muda yang bisa Irene pilih menjadi pendampingnya, Alan, Alex, Alfa, Arvy, dan Ares. Kelima tuan muda memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Irene yang belum siap menikah, memutuskan untuk menyamar sebagai wanita jelek dan kampungan. Tujuannya satu, agar tidak ada dari kelima tuan muda yang akan menyukainya.
Apakah tujuan Irene berhasil? Ataukah Irene akan jatuh cinta pada salah satu dari kelima tuan muda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Cerita dengan Hantu
“Kamu tidak usah takut, aku tidak akan berubah menjadi kuntilanak atau sundel bolong. Aku kan hantu yang dikutuk jadi cantik dan bisa berwujud seperti manusia saat tengah malam. Hampir sama kan ceritaku seperti Cinderella?”
Alan hanya tersenyum. Ia merasa hantu itu bisa membaca isi pikirannya. Meskipun tidak terlalu percaya dengan adanya hantu, jika melihat hantu secara langsung mungkin tetap akan membuatnya takut.
“Lalu, siapa namamu sebelum mati?” tanya Alan. Sebelum mati, hantu pasti memiliki kehidupan
dan nama yang dibawa sejak lahir sampai mati.
“Ah, nama, ya ….” Irene belum memikirkan nama untuk versi hantunya. Ia tak mengira aktingnya akan bertambah karakter. Kalau pagi akting jadi wanita jelek, malam ia jadi hantu cantik. Mungkin kalau ditekuni kesibukan aktingnya akan setara dengan Raffi Ahmad, artis terkenal itu. “Panggil saja aku Miss A.” Irene asal saja memberi
julukan kepada dirinya sendiri.
“Bagus sekali julukanmu. Apakah A itu kepanjangan dari Atun? Mungkin zaman dulu panggilanmu Jeng Atun,”
Irene berdecih. “Enak saja! Aku hantu yang sudah modern pada zamannya. Namaku Alenta, putri kesayangan gubernur jendral VOC.” Irene asal bicara saja menyesuaikan fisiknya
memang masih ada darah-darah bule Belanda sedikit.
“Kenapa dulu bunuh diri? Bukankah kamu cantik dan berasal dari keluarga kaya?”
“Biasa, masalah apalagi yang bisa membuat anak muda bisa berbuat bodoh kalau bukan karena urusan cinta. Aku menyukai anak angkat demang di daerah itu, tapi tidak direstui orang tua. Makanya bunuh diri.”
“Ah, ya. Ternyata kamu memang sangat bodoh,” cibir Alan.
Irene tersenyum-senyum sendiri dengan cerita karangannya. Dia memang berbakat menjadi seorang aktris sekaligus penulis skenario. Alan bisa terbawa suasana dengan ceritanya.
“Apa kamu hobi mengintip orang tidur?”
Alan mengerutkan dahinya mendapat pertanyaan seperti itu dari Miss A.
“Para pelayan sering membahas tentang hal itu. Katanya, putra pertama keluarga Narendra suka
mengintip wanita yang sedang tidur.” Irene hanya berasumsi saja dengan peringatan yang pernah Beki utarakan. Ia ingin tahu apakah Alan akan menjawab jujur atau mengelaknya.
Air muka Alan berubah. Ia agak canggung untuk menjawab hal itu. “Aku memang punya kebiasaan melihat orang baru dalam kondisi tidur. Mungkin kedengarannya aneh. Tapi, aku
bisa menilai seseorang dalam rumah dari cara dia tidur. Aku tidak menyangka ada pelayan yang memergoki kebiasaanku sampai kabar seperti itu beredar.” Alan memegang-megang hidungnya untuk mengurangi rasa gugup. Terus terang ia sedang merasa malu menceritakan sesuatu yang seharusnya tak boleh ada orang tahu.
Irene jadi paham alasan Alan bisa melihat dirinya dengan penampilan asli di kamar. Ternyata malam pertama ia di rumah itu, diam-diam Alan mengunjungi kamarnya. Untunglah Alan percaya jika dia adalah hantu, bukan Irene wanita jelek yang sedang dijodohkan dengannya.
“Kenapa malam itu kamu tidur di kamar Irene?” tanya Alan.
“Aku suka tidur dimana-mana. Bisa saja malam ini aku tidur di sini, di kamar pelayan, atau di ruang tamu.” Irene menunjukkan imej sebagai hantu bebas yang bisa tinggal di mana saja, karena mansion adalah wilayah kekuasaannya.
“Kenapa tidak coba tidur di kamarku saja?”
Irene tercengang dengan pertanyaan Alan. “Aku takut nanti diperkosa olehmu.”
“Hahaha ….” Alan tertawa terbahak-bahak sampai harus memegangi perutnya karena sakit. “Memangnya kenapa kalau aku perkosa? Bukankah kamu sudah mati? Baru tahu ada tipe hantu yang takut kehilangan kesucian.”
“Oh, tentu … aku memang hantu cantik yang mati dengan menjaga kesuciannya. Tidak boleh ada yang menodai kesucianku meskipun aku sudah mati.”
Baru kali ini Alan merasa mendapatkan teman bicara yang mengasyikkan. Sayangnya, teman bicaranya itu ternyata bukanlah manusia, melainkan hantu.
“Bagaimana pendapatmu tentang wanita jelek itu?” tanya Irene.
“Wanita jelek?” Alan tak paham dengan arah pembicaraan Irene.
“Wanita jelek yang dijodohkan dengan kamu dan saudara-saudaramu itu.” Irene mencoba menggali tentang pendapat Alan tentang dirinya dalam wujud jelek itu. Ia ingin tahu apakah Alan akan menghinanya atau tidak. Dia sudah tahu tentang pendapat Alex, kali ini giliran pendapat Alan.
“Ah, Irene …,” gumam Alan.
“Iya. Aku heran kakekmu bisa memasukkan wanita sejelek itu ke rumah ini. Kalau dia secantik aku, mungkin tidak terlalu memalukan. Kalian lima tuan muda tampan, masa disuruh berdampingan dengan wanita sejelek itu.”
“Hahaha … sebagai sesama wanita, ucapanmu sangat kejam. Apalagi kamu itu hanya hantu.”
“Aku hantu yang berkelas.” Irene menyombongkan diri.
Alan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah hantu tengil itu. Seandainya Miss A masih hidup, dia pasti menjadi wanita yang menyenangkan. Jarang ada wanita yang
nyambung saat diajak bicara olehnya. Kebanyakan wanita yang mendekatinya hanya
berorientasi pada hartanya.
“Jadi, bagaimana pendapatmu tentang Irene?”
“Aku tidak tahu. Aku tidak tertarik padanya. Aku hanya mengikuti apa yang kakek perintahkan.”
“Memangnya apa yang akan kakekmu lakukan kalau kalian tidak mau menuruti kemauannya?”
“Kamu kan hantu,seharusnya sudah tahu semuanya.”
Irene merasa diledek. “Yah, tidak juga. Sebagai hantu, aku hanya mencuri dengar informasi
dari orang-orang. Kalau mereka bicaranya pas aku lagi tidur, tentunya aku tidak tahu.”
“Baru tahu kalau hantu butuh tidur.” Alan tidak henti-hentinya tertawa dengan kekocakkan yang dikatakan Miss A.
“Namanya juga hantu terkutuk.”
“Kakekku mengancam akan memiskinkan kami. Bukankah ancaman kemiskinan sangat menyeramkan?” celetuk Alan.
Irene merasa mereka senasib. “Ya, kamu benar. Kemiskinan lebih menakutkan daripada hantu.
Pantas saja kalian menurut. Aku kasihan jika salah satu dari kalian ada yang berjodoh dengan wanita jelek itu.”
“Tidak sesusah itu juga. Kami bisa menikahi wanita itu sekedar syarat dari kakek. Jika ingin tetap memiliki wanita lain, tinggal menikah diam-diam.”
Irene memutar bola matanya malas. Ternyata, Alan memiliki niat buruk jika nantinya berjodoh
dengannya. Namun, Irene tak sepenuhnya bisa menyalahkan Alan. Dirinya juga tidak terlalu menginginkan perjodohan itu. Jika Irene memiliki lelaki lain,, mungkin juga ia akan selingkuh setelah menikah.
“Apa kamu sudah punya pacar?”
“Sudah,” jawab alan singkat.
Lelaki mapan dan tampan seperti Alan memang tidak mungkin masih jomlo, pengecualian dengan Alex yang masih betah sendiri padahal dia juga tampan dan kaya. Ia bahkan punya
teman yang cantik tapi tidak dijadikan pacar. Menurut Irene, jomlonya Alex adalah fenomena misteri Ilahi yang sulit dipecahkan.
“Pacarmu pasti sangat cantik.”
Alan terdiam. Ia memang memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai seorang model. Tentu saja dia sangat cantik. Akan tetapi, kelakuannya yang suka mabuk dan berfoya-foya yang tidak terlalu ia sukai. Sebenarnya Alan sudah ingin putus dengannya. Tapi, wanita itu selalu memiliki cara agar ia merasa kasihan dan tak jadi putus dengannya.
*****
hamish tgh sekarat pun sempat lagi bercium... nyampahhhh