NovelToon NovelToon
Ashes Of The Fallen Throne

Ashes Of The Fallen Throne

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Barat
Popularitas:750
Nilai: 5
Nama Author: Mooney moon

Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengenali kemampuan diri

Keesokan harinya saat kabut tipis masih menyelimuti pemukiman, menyembunyikan bayangan pepohonan hutan yang menjulang tinggi di kejauhan. Udara pagi yang masih terasa dingin, membawa aroma tanah lembab dan embun yang masih menggantung pada dedaunan. Cassius membuka matanya perlahan, ia mengangkat lengannya, menatap pergelangan tangan bagian dalam.

Tanda keemasan berbentuk satu garis vertikal memanjang, bersilang dengan satu garis lengkung yang menyatu dengan kulitnya berkilau samar di bawah cahaya remang. Loomb itu terasa hangat, seolah mengingatkannya pada keberadaan kekuatan yang terus mengalir di dalam dirinya. Bagi orang biasa, tanda ini tidak akan terlihat. Hanya pemiliknya sajalah yang dapat melihatnya.

Cassius menarik napas dalam, menenangkan pikirannya. Suara langkah-langkah ringan terdengar dari kejauhan, pertanda bahwa beberapa penduduk di pemukiman sudah mulai beraktivitas. Para pemburu mempersiapkan senjata mereka, sementara beberapa perempuan mulai menyalakan api untuk memasak.

Ia merapikan pakaiannya, menarik mantelnya lebih erat untuk menahan udara pagi yang dingin. Persediaanya tidak banyak, hanya cukup untuk beberapa hari saja. Tapi persediaan bukanlah masalah besar bagi Cassius yang sudah cukup berpengalaman dalam bertahan hidup.

Dengan langkah mantap, Cassius mulai melangkah keluar dari pemukiman. Jalan setapak yang membentang ke arah utara diselimuti embun, rerumputan pun membasahi ujung sepatunya. Udara dingin menggigit, tetapi Cassius tetap melangkah dengan tenang. Dia hanya sesekali menyesuaikan posisi pedang yang ada di pinggangnya.

Penduduk di pemukiman itu tidak ada yang mengantar kepergiannya. Mereka yang mengenalnya hanya sekedar mengangguk jika bertemu pandang, tapi tak ada kata perpisahan yang terucap. Cassius pun juga tidak mengharapkannya. Karena bagi mereka, meninggalkan pemukiman itu sama saja dengan berjalan menuju kematian. Hal ini disebabkan oleh letak pemukiman yang berada diantara hutan besar yang luas dan jurang yang memisahkannya dari wilayah kerajaan.

Sejak insiden dengan beruang batu di sungai selatan, Cassius sudah memantapkan hatinya untuk pergi. Bukan untuk mencari tempat yang lebih aman, tapi untuk menggali lebih dalam semua rahasia yang kini mengusik pikirannya. Selain itu dia juga tidak mau jika harus menghabiskan sisa hidupnya di pemukiman itu dan tidak melakukan apapun. Cassius melihat peningkatan loomb-nya dan kemunculan bunga Lemeria itu sebagai kesempatan kedua untuk bangkit dan memilih jalan hidupnya.

Hutan Pilgrum, sebuah hutan besar yang sangat luas bahkan hampir menyamai luas dari sebuah kerajaan kini terbentang di hadapannya. Sebuah wilayah yang ditakuti oleh banyak orang, bahkan juga termasuk para prajurit. Hutan ini ditakuti karena kelebatan pepohonannya yang menyimpan banyak sekali bahaya, terutama dari para mahluk yang tinggal didalamnya. Namun bukannya merasa was-was, Cassius justru merasa ini menantang baginya. Jika saat di pemukiman ia hanya bisa berburu untuk bertahan hidup, maka di hutan ini ia akan mencari sesuatu yang membuatnya lebih hidup.

Setelah beberapa jam berjalan memasuki area hutan dengan pepohonan yang menjulang tinggi, Cassius akhirnya berhenti di tepian sebuah sungai kecil. Ia berjongkok, meraup air yang dingin untuk membasuh wajahnya dan sekedar minum melepaskan dahaga. Dari seberang sungai tiba-tiba ia melihat semak-semak yang bergerak mencurigakan. Instingnya yang lumayan terasah menggerakkan tangannya menuju gagang pedang yang ada di pinggangnya.

Ia menahan napas dan menunggu. Dengan cepat kawanan besar serigala dengan bulu kehitaman keluar dari semak-semak dan melesat ke arah Cassius, mata mereka berkilat seakan sudah menentukan mangsanya. Cassius sama sekali tidak bergerak dan hanya memperhatikan pergerakan kawanan serigala itu. Kali ini dia memilih untuk tidak menghindar atau lari, justru inilah yang ia cari dan tunggu-tunggu.

"Mari kita lihat lagi seberapa jauh regenerasi ini bisa bekerja, meskipun harus melalui rasa sakit!" gumamnya seraya menarik pedangnya perlahan.

Tanpa ragu Cassius berlari menerjang ke arah kawanan serigala itu, mengaktifkan loomb-nya seiring dengan ayunan pedangnya yang pertama. Pedangnya menebas udara, membelah daging dan tulang serigala pertama yang cukup ceroboh untuk menyerangnya lebih dulu. Darah memancar, menghangatkan kulit Cassius saat ia berputar menghindari cakar yang terayun dari samping.

Seekor serigala lain lalu melompat ke arahnya, rahangnya menganga siap mencabik leher Cassius. Ia menunduk, lalu menghunuskan pedangnya ke perut binatang itu, merobek organ dalamnya sebelum melemparkannya ke tanah. Tapi kawanan serigala itu tak menunjukkan tanda-tanda ketakutan, mereka justru semakin agresif.

Cakar tajam salah satu dari mereka akhirnya mengenai lengan Cassius, merobek kain dari pakaian beserta dengan kulitnya hingga darah mengucur deras. Namun Cassius hanya melirik sekilas pada lukanya, membiarkan regenerasinya bekerja sementara ia terus mengayunkan pedang membantai satu demi satu serigala yang menyerangnya. Senyumannya pun semakin melebar.

"Cepat sekali!" Ucap Cassius saat memperhatikan bagaimana luka di lengannya yang cukup dalam menutup dalam hitungan satu sampai dua menit. Ia semakin bersemangat.

Kawanan serigala yang tersisa mulai menyadari bahwa mangsa mereka kali ini bukanlah manusia biasa. Beberapa dari mereka mulai mundur dengan perlahan, tetapi Cassius sama sekali tak berniat membiarkan mereka pergi begitu saja.

"Kalian datang dengan nyali besar" katanya sambil melangkah maju. "Jadi jangan kabur begitu saja sebelum semuanya selesai!"

Dengan kecepatan yang luar biasa Cassius melesat ke arah serigala yang mencoba mundur. Ia menebaskan pedangnya dengan presisi, memotong leher dari salah satu serigala yang berusaha melarikan diri. Binatang itu jatuh ke tanah, tubuhnya berkedut sebelum akhirnya benar-benar diam.

Beberapa serigala lain mencoba mengitari Cassius, berharap bisa menemukan celah untuk menyerangnya. Salah satunya melesat dari samping, cakarnya terjulur ke arah perut Cassius. Namun dengan gerakan gesit, ia menghindar dan membalas dengan tusukan lurus ke arah dada serigala itu. Ia merasakan ujung pedangnya menembus tulang, darah panas mengalir ke tangannya.

Tampak serigala terakhir berdiri di kejauhan. Bulunya berdiri tegak, giginya menggeram, namun dia tidak menyerang. Cassius menyipitkan matanya menilai serigala itu.

"Kau yang paling pintar diantara mereka ya?" katanya sambil mengangkat pedang perlahan.

Serigala itu mundur beberapa langkah, menimbang pilihan untuk lari atau menyerang. Tetapi sebelum binatang itu bisa mengambil keputusan, Cassius sudah lebih dulu bertindak. Ia melesat dengan cepat kedepan, pedangnya berayun cepat. Serigala itu melompat ke samping mencoba menghindar, namun Cassius sudah mengantisipasi gerakannya. Dengan satu ayunan terakhir, ia menebas perut binatang itu hingga membuatnya mengeluarkan erangan rendah sebelum akhirnya mati.

Cassius dengan napas yang terengah-engah melihat ke sekelilingnya, tanah disekitarnya kini dipenuhi darah dan mayat serigala yang terkapar. Ia memeriksa tubuhnya, memastikan tidak ada luka serius. Tetapi seperti yang sudah ia duga, tubuhnya telah sepenuhnya pulih tanpa bekas luka sedikitpun.

"Menarik.. " gumamnya sebelum menyarungkan kembali pedangnya.

"Sepertinya aku perlu coba melawan sesuatu yang lebih kuat lagi.. jika ingin mengetahui batasan loomb-ku. "

Cassius menarik napas dalam-dalam "dengan mengalami kenaikan, perbedaannya sudah seperti ini. Dulu untuk sembuh dari luka dalam butuh berjam-jam. Dan juga, aku ingat saat terjatuh dari atas tebing juga butuh waktu setidaknya seminggu untuk benar-benar sembuh dari patah tulang di hampir sekujur tubuh. Mungkin waktu itu aku sudah mati kalau tidak punya loomb ini."

1
Mưa buồn
Semangat thor, jangan males update ya.
Kovács Natália
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
yongobongo11:11
Gak sabar nih thor, gimana kelanjutan cerita nya? Update yuk sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!