NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Duda Tampan

Terpaksa Menikahi Duda Tampan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Ibu Pengganti
Popularitas:31.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nadziroh

Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.

Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.

Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?

Simak selengkapnya hanya di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Kecelakaan kecil

"Ngapain kamu di sini?" 

Lintang mengurungkan langkahnya. Menatap sinis ke arah pria tampan yang mematung di halaman rumahnya. Ketampanan yang mendekati sempurna  membuat siapapun pasti akan terpana. Namun tidak dengan Lintang yang sudah terlanjur sakit hati karena kelakuan pria tersebut. 

Ia berharap tidak pernah bertemu lagi dengan orang yang pernah menghina ibunya. Akan tetapi, dunia itu seakan sempit sehingga ia bisa bertemu lagi dengan sang mantan. 

"Aku datang ke sini mau minta maaf sama kamu, Lin," ucapnya mengiba dengan kedua tangan menangkup di dada. 

Dia adalah Adam Prayoga, mantan calon suami Lintang. Hubungan mereka kandas setelah Adam memutuskan secara sepihak dengan alasan ibu Lintang yang gila. 

Minta maaf, itu yang ditunggu Lintang beberapa bulan yang lalu. Namun tak kunjung tiba, dan kini pintu maaf itu sudah tertutup rapat untuk orang yang sudah berani merendahkan ibunya. 

"Sudah terlambat." 

Lintang melewati tubuh tegap Adam. Mendekati motornya dan memakai helm. 

Hubungan yang pernah terjalin erat, melalui hari-hari bersama penuh dengan suka pun pernah mereka rasakan, namun kini semua itu tinggal kenangan, masa lalu kelam yang akan terkikis oleh waktu. 

"Lin, kita harus bicara!" 

Adam meraih tangan Lintang yang hampir menyentuh stang motor. 

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku sudah terlambat. Lepas atau aku berteriak," ancam Lintang tanpa menatap Adam yang nampak serius. 

"Aku akan menerima keadaan ibumu, kita balikan lagi," ucap Adam tanpa melepas tangan Lintang. 

"Lepas atau aku akan teriak," ucap Lintang sekali lagi, ia tak mau berpikir ulang. Baginya, tidak ada kesempatan bagi Adam, orang yang pernah melepasnya tanpa memikirkan perasaannya. 

Bukan egois, namun harga diri nya jauh lebih penting. Meskipun miskin, Lintang tidak mau diinjak-injak. 

Terpaksa Adam melepas tangan Lintang saat melihat mas Arif keluar dari rumah, ia tak ingin membuat masalah yang lebih rumit dan menyulitkannya untuk kembali pada Lintang. 

Lintang menerobos jalanan dengan sangat santai, meskipun pikirannya sedikit semrawut, ia tetap memikirkan keselamatannya. Hidup tanpa sandaran membuatnya menjadi gadis yang tangguh dan tak mengenal lelah. 

Tiga puluh menit, Lintang sudah tiba di kawasan kantor. Saking santainya, Lintang tak sadar ada mobil yang melaju dari arah berlawanan, keduanya masuk gerbang bersamaan  hingga motor matic milik Lintang menyerempet mobil tersebut. 

Aaaaaa…. 

Lintang menjerit, setirnya oleng dan tak bisa seimbang. Akhirnya ia menabrak  dinding dan terjatuh. 

Beberapa orang berhamburan menghampiri Lintang yang duduk sembari mengelus kakinya yang terasa sakit. 

"Kenapa nasibku apes banget si," gerutunya. Mengingat kejadian selama dua hari ini yang selalu menimpa dirinya. 

"Kamu nggak papa?" tanya salah satu sahabat Lintang yang ikut menjadi saksi. 

"Nggak papa si, paling bengkak doang." 

Samsul datang membantu membangunkan motor Lintang dan memarkirkan nya di tempat biasa. Namun, mereka tak bisa bebas saat seseorang yang berpengaruh di perusahaan itu turun dari mobil.

"Tante cantik… " teriak bocah mungil yang membelah kerumunan. Bibirnya tersenyum sambil berhamburan memeluk  Lintang yang masih bersimpuh di atas lantai. 

"Lion, kamu ngapain di sini, Sayang?" Mencium pipi gembul Lion dengan lembut. Aroma khas anak kecil sangat menenangkan langsung masuk ke rongga penciuman.

Di tengah kesialannya, Lintang merasa ada sebuah anugerah yang turun, kehadiran Lion pembuat rasa sakitnya reda, ia tak boleh lemah di depan anak kecil seusia Lion. 

"Aku ingin bertemu Tante cantik." Katanya dengan polos. 

Beberapa karyawan saling berbisik lalu kembali melakukan aktivitas nya. Heran dengan keakraban Lion dan Lintang. 

Dentuman sepatu dan lantai membuat Lintang menoleh ke arah sumber suara. 

Nampak sepasang kaki berdiri tegak di depannya. 

"Lion," panggil seseorang dengan suara berat. 

Lintang mendongak, menatap wajah pria tampan yang mematung tak jauh darinya. Kemudian turun memandangi dasi, jas pria itu yang sangat sempurna. 

Apa dia papanya Lion?

"Om Andres, ini tante cantik yang aku bilang kemarin. Papa mana?" tanya Lion mencari sosok sang papa yang tadi naik mobil dengannya. 

Ternyata bukan. 

O, jadi ini perempuan yang di maksud Lion. Anak kecil memang tidak pernah berbohong, dia sangat cantik. 

Andreas tak berkedip melihat wajah cantik Lintang yang nampak alami. Empat tahun bekerja dengan Yudha, ini pertama kali melihat salah satu karyawan yang berpenampilan sederhana, berbeda sekali dengan semua wanita yang ada di lantai lima belas, bahkan mereka semua nampak menor dan seksi. 

Melihat Andreas bengong, Lion berdiri lalu menggoyang-goyangan kaki pria itu. 

"Om, lihatin apa?" 

Seketika Andreas mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Mempertahankan keangkuhannya di depan Lintang.  

"Lihat itu." Menyungutkan kepala ke arah satpam yang menjalankan tugas. Tak mungkin ia jujur sudah terpesona pada Lintang. 

Lion manggut-manggut mengerti, lalu kembali menatap Lintang yang terus meringis kesakitan. 

"Om, bantuin Tante cantik bangun," pinta Lion menunjuk Lintang yang nampak kesusahan. 

"Tidak usah, Pak. Saya bisa sendiri," sergah Lintang mencari pegangan dan berdiri dengan pelan. 

"Maaf tadi saya nggak lihat motor kamu, jadi __" 

"Saya yang salah, Pak. Terlalu banyak pikiran." Lintang membungkuk ramah, meskipun tak sepenuhnya salah, sebagai bawahan harus tahu diri. 

"Papa mana, Om?" ulang Lion yang kedua kali. 

"Maaf sayang, papa ada urusan penting. Jadi Lion hari ini bersama om, nanti mbak Mimah ke sini." 

Lion memeluk kedua kaki Lintang. 

"Aku mau main sama tante cantik, nggak mau sama mbak Mimah. Papa sudah janji mau bawa tante cantik pulang." Lion mengingat ucapan Yudha semalam dan berharap sang papa menepati janjinya. 

Lintang mengerutkan alisnya mendengar permintaan Lion yang menurutnya sangat konyol dan tak mungkin ia turuti. 

"Apa kamu nggak merasa terganggu dengan Lion?" tanya Andreas memastikan. Pasalnya, di manapun berada bocah itu pasti ada saja tingkahnya. 

"Tidak, Pak. dia pintar, dan tidak mengganggu pekerjaan saya." 

Setelah mendengar penjelasan dari Lintang,  akhirnya Andreas melepaskan Lion, karena dirinya harus bertanggung jawab dengan pekerjaan Yudha yang hari ini mengurus perceraiannya. 

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Andreas menghentikan langkah Lintang yang sedikit pincang. 

"Lintang. Pak. Saya bekerja di lantai sepuluh."

"Saya sudah tahu," jawab Andreas ketus menatap punggung Lintang yang semakin menjauh. 

Kalau sudah tahu, ngapain tanya.

Ponsel Andreas berdering. Ia segera mengangkatnya setelah melihat nama Yudha yang berkelip di layar. 

"Bagaimana  wanita tadi, Ndre? Apa dia baik-baik saja, kalau ada yang luka kamu bawa dia ke rumah sakit." Yudha yang ada di balik ponsel sedikit khawatir mengingat saat motor Lintang menghantam dinding dengan keras. 

"Baik, Pak. Tapi dia pincang, dan ternyata dia adalah tante cantik yang dimaksud Lion."

"Apa!" Yudha terkejut dengan ucapan Andreas, tak menyangka pertemuan pertama dengan tante cantik diawali dengan  sebuah kecelakaan kecil di depan perusahaan miliknya. 

"Iya, Pak. namanya Lintang, dia bekerja di lantai sepuluh, sekarang Lion juga ikut bersama dia."

1
Sophia Aya
mampir Thor
M. Namikaze
meranalaaaaah... aku merana....
M. Namikaze
teriak aja reader juga pada tahu
M. Namikaze
tahu lantai 10, kan kemarin ikut nyari
🌹🪴eiv🪴🌹
astoge, apa ini
🤡 lawak kali kau thor
🌹🪴eiv🪴🌹
aku tidak pernah
🌹🪴eiv🪴🌹
sialan si Yudha, sudah kena pelet cinta mama e lion (kok lali aku karo jenenge) 😜
🌹🪴eiv🪴🌹
wah,,ada prahara di balik nama Anggara
Dinda Putri
Luar biasa
Mita Karolina
Tak kiro bilang gini “kamu siapa?”
Bunda Aish
🤦 astaga......
Bunda Aish
gila' si Claire ini,laki orang disembunyikan, segitu terobsesi nya sampai tega begitu😡
Hayati
sampai pembaca pun ikut nangis 🤭🤭🤭
Bunda Aish
ceroboh 🤦
Bunda Aish
capek lho Lin kayak gitu terus, mending jujur deh, kalau memang sahabat sejati gak mungkin mereka nuduh kamu yg bukan-bukan
Bunda Aish
wanita pilihan kakek mu malah jauh lebih baik dari pilihan mu sendiri ya Yudha
Bunda Aish
diatas langit masih ada langit pak jul..... sombong amat 😡
Bunda Aish
tidak semua wanita silau dengan harta
Bunda Aish
perlakuan Yudha setidaknya disadarkan lewat anaknya sendiri
Bunda Aish
sekarang berbalik ya Yudha....anak mu yang bergantung pada orang miskin yang pernah kamu hina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!