Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja Kembali
Alarm yang Jenaka setel berbunyi nyaring. Membangunkannya yang sedang tertidur lelap.
Semalam Jenaka tidur dengan sangat pulas. Beberapa hari kurang tidur karena kebanyakan menangis, Ia seperti membalas dendam. Tidur pulas dengan perut kenyang memang tak ada lawannya.
Jenaka mengambil wudhu dan menunaikan solat subuh dua rakaat. Dalam doanya Ia memohon agar Allah memberi jalan keluar terbaik atas permasalahannya.
Selesai solat, Jenaka mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Jenaka menyempatkan diri untuk sarapan dahulu. Amunisi dalam menghadapi tumpukan pekerjaan yang Ia tinggalkan karena cuti menikah.
Di meja makan seperti biasa sudah ada sepasang merpati yang sedang mempertontonkan kemesraan mereka di muka umum. Kinara yang menyuapi Mandala makan sambil sesekali mengelap sudut bibir Mandala yang kotor.
"Pagi." sapa Jenaka.
"Pagi. Kamu masuk kerja hari ini?" tanya Mandala.
"Iya, Kak." Jenaka menjawab singkat. Ia mengambil setangkup roti bakar dan mengolesinya dengan Nutella. Sorot mata Kinara tak lepasnya mengawasi Jenaka. Mencari kesalahan Jenaka dan siap menerkamnya hidup-hidup.
"Berangkat kerja naik apa? Mau bareng sama aku?" Mandala menawarkan Jenaka berangkat bareng, namun Nenek Lampir di sebelahnya langsung menghalangi.
"Biarin aja dia berangkat sendiri, Sayang! Nanti dia enggak mandiri dan minta dianterin kamu terus lagi!"
"Kalau sekalian jalan kenapa enggak? Daripada harus naik angkutan umum?" Mandala rupanya tidak terpengaruh dengan hasutan Kinara. "Biar aku antar sampai depan kantor kamu!"
"Iya, Kak." Jenaka menjawab cepat sebelum Kinara menghasut Mandala untuk mengubah keputusannya.
Kinara yang kesal karena perintahnya tak dituruti terlihat memanyunkan bibirnya. Tatapannya makin terlihat sebal terhadap Jenaka.
Jenaka berangkat kerja bareng dengan Mandala. Mereka duduk berdua di kursi penumpang dengan disupiri oleh Pak Sahrul.
Jenaka amat senang bisa berangkat bareng dengan Mandala meskipun sepanjang perjalanan Mandala sibuk sendiri dengan laptopnya. Jenaka hendak mengajak bicara namun bingung mau membicarakan apa.
"Nanti kamu pulang kerja naik ojek online aja ya! Aku ada meeting sampai malam dan langsung pulang ke rumah Kinara." ucap Mandala tanpa melihat ke arah Jenaka.
Tuh kan benar, baru saja bahagia karena berangkat kerja bareng eh sudah dikasih rasa sakit karena mendengar Mandala tak akan pulang lagi malam ini.
"Kak, apakah Kakak akan begini terus?" Jenaka memberanikan diri bertanya.
"Begini gimana maksud kamu?" Mandala mengangkat wajahnya dan menatap Jenaka dengan lekat.
"Kakak enggak pernah tidur di rumah maksudnya." Jenaka grogi juga ditatap seintens itu dengan Mandala. Ditatap cowok ganteng rasanya bikin lumer, hilang sudah segala keluh kesah yang hendak Jenaka keluarkan.
"Kamu jangan ngatur aku! Mau aku tidur dimana itu bukan urusan kamu! Seharusnya kamu bersyukur, aku masih mau memberi kamu tumpangan untuk ke kantor!" jawaban pedas pun Jenaka dapatkan. Menyesal Ia sudah bertanya.
"Maaf, Kak." Jenaka tak lagi mengucapkan sepatah kata apalagi bertanya lebih jauh. Mandala sekali berbicara justru lebih menyakitkan dari Kinara.
Mobil pun sampai ke lobby kantor Jenaka. Sebelum turun Jenaka mengulurkan tangannya untuk salim.
Mandala mengernyitkan keningnya.
"Salim, Kak!"
Barulah Mandala paham dan memberikan tangannya. Maklum, Ia biasa cipika cipiki dengan Kinara. Sama Mami dan Papi pun demikian. Kemarin saja saat bertemu Ayahnya Jenaka Ia pura-pura salim, padahal biasanya tidak pernah.
Jenaka pamit dan masuk ke dalam kantor. Ia naik lift menuju ruangannya dan langsung mendapat sambutan dan ledekkan dari teman-teman seruangannya.
"Cie.... Pengantin baru!"
"Gimana, udah berhasil belum?"
"Udah berapa gaya?"
"Pasti Ayang Bebnya jago ya bikin Jena merem melek?"
Jenaka hanya tersenyum menanggapi bercandaan teman seruangannya. Mereka tak tahu saja kalau sampai saat ini Jenaka masih suci, belum tersentuh sama sekali. Masih bersegel. Bahkan sampai jam istirahat tiba Jenaka masih saja diledekkin. Nasib jadi pengantin baru mah begitu. Siap jadi sasaran kepo satu ruangan.
Saat jam istirahat, Jenaka janjian makan siang bareng Lily dan Lulu. Sudah bisa diduga mereka akan menginterogasi Jenaka seperti teman seruangannya tadi.
"Cerita dong Jen! Kita kan kepo!" Lily dan Lulu sudah mengapit Jenaka untuk duduk bareng dengan mereka.
"Sakit banget ya Jen?" tanya Lulu.
Jenaka mengangguk. "Iya. Sakit banget." jawab Jenaka. Maksud Jenaka yang sakit adalah hatinya namun Lily dan Lulu salah mengartikannya.
"Wah nanti gimana kita ya Lu?" tanya Lily sambil bergidik ngeri.
"Ya pelan-pelan lah biar enggak sakit! Pasti Kak Mandala enggak pelan-pelan ya Jen makanya lo kesakitan hi... hi... hi..." ledek Lily.
"Kalau gue nih ya Jen, walau kesakitan bakalan gue tahan. Kak Mandala gitu. Ngebayangin dia ada diatas tubuh gue tanpa sehelai benang di tubuhnya udah buat gue basah ha...ha....ha..." Lulu memang kalau sudah ngomong suka vulgar.
Jena mau tak mau tertawa mendengar perkataan Lulu. Basah? Basah air mata iya!
"Heh Jen, punyanya Kak Mandala pasti gedong yes? Nih pisang ambon pasti kalah kan?" Lily mengangkat pisang ambon yang Ia bawa dari rumah sebagai pencuci mulut.
"Jawab dong Jen! Diem aja sih lo! Pelit banget sama kita berdua!" gerutu Lulu yang kesal karena Jenaka hanya senyam senyum tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan sama sekali.
Jenaka bingung apa yang mau dijawab, melihat Mandala tanpa baju atasan saja hanya saat sedang bermesraan dengan Kinara. Itu pun tertutup seprei. Mana tau dia lebih besar mana tuh pisang ambon dengan milik Mandala?!
"Udah ah gue malu! Jangan nanya melulu, nanti aja kalau kalian menikah akan tau! Gue mau pesan makan dulu!" Jenaka meninggalkan kedua temannya dengan rasa penasaran yang sudah diubun-ubun, tak jua mendapatkan jawabannya.
Jenaka memesan soto ayam dan nasi untuk menu makan siangnya. Sambil makan, kedua temannya tak putus asa mengorek keterangan dari Jenaka. Namun Jenaka tetap keukeuh tak menjawabnya. Bukan karena pelit tapi tak tahu mau bilang apa.
"Jen, pulang kerja bareng gue aja! Gue bawa motor dan helm. Gue anterin." ajak Lulu.
"Beneran Lu? Asyik gue hemat ongkos! Kebetulan rumahnya Kak Mandala searah sama lo. Nanti gue turun di pom bensin aja dan pesen ojek online dari situ." Jenaka menerima tawaran Lulu.
"Iya. Nanti cerita sama gue ya! Gue gak bakal cerita sama Lily deh!" ternyata tujuan Lulu mengantar Jena adalah mau dapat informasi.
"Iya. Gue ceritain rumahnya Kak Mandala aja ya kayak gimana?!"
"Terserah."
Jenaka pun pulang bareng dengan Lulu dan minta diturunkan di pom bensin tak jauh dari rumah Mandala. Sambil menunggu ojek online datang, Jenaka mampir ke dalam ATM dan mengecek saldo Black Card yang Ia miliki.
Jenaka harus menelan pil pahit. Dalam mutasi kredit hanya tertera transfer uang masuk sebesar 1 juta rupiah. Seperti dugaan Jenaka sebelumnya. Kinara yang berpengaruh dalam hidup Mandala. Huft... Kasihan Jenaka. Bahkan gaji Mala saja lebih besar dari uang bulannnya.
"Hanya 1 juta?" gumam Jenaka pelan. Ia hanya geleng-geleng kepala dibuatnya. Cukup apa uang 1 juta di jaman sekarang?
Jenaka menyimpan Black Card miliknya lalu keluar dari ATM. Langkahnya terhenti manakala Ia mendengar suara perempuan yang Ia kenal.
Kinara?
Kinara sedang membelakangi Jenaka sambil asyik dengan teleponnya. Sedang menelepon siapa dia?
"Kamu tenang saja. Aku yang akan menggantikan posisinya sebagai istri sah Mandala!"
Deg...
"Maksud omongannya apa? Menggantikan apa? Menggantikanku? Rencana apalagi ini? Siapa yang Ia telepon?" Jenaka diliputi banyak pertanyaan namun hanya bisa Ia simpan sendiri. Jenaka bahkan harus bersembunyi agar Kinara tak melihatnya.
****
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak