Jejak Cinta Jenaka
"Ngapain lo ngeliat gue kayak gitu? Iri? Eh jangan lo pikir kalo lo udah jadi istrinya Mandala, status lo sama kayak gue ya! Gue tetap istri pertama dan satu-satunya wanita yang dicintai Mandala! Jangan pernah lo bermimpi akan mendapatkan Mandala! Gue pastikan lo akan tersingkir dari pernikahan ini!" ancam Kinara sambil mengacungkan pisau makan yang Ia pakai.
Sehari setelah menikah, istri pertama yang dinikahi secara siri oleh Mandala sudah memulai genderang perang pada Jenaka. Bukannya takut, Jenaka malah mau membuktikan kalau Ia istri sahnya Mandala dan akan merebut cinta Mandala!
"Engga salah kan kalo genit sama suami sendiri? Aku akan lakukan apapun agar Kak Mandala mencintaiku!" tekad Jenaka. "Akan kubuktikan kalau Kak Mandala bisa mencintai wanita selain Kinara. Akan kugagalkan rencana kalian!"
*****
8 Hari sebelum pernikahan
"Assalamualaikum!" Jenaka yang baru saja pulang kerja memberi salam saat masuk ke dalam rumah. Adzan maghrib baru saja berkumandang, pertanda sore hari berganti menjadi malam hari.
"Waalaikumsalam." Jawab Bunda dengan senyum terpasang di wajahnya. "Akhirnya kamu pulang juga! Ayah dan Bunda udah nungguin kamu dari tadi!"
"Ayah dan Bunda nungguin Jena? Tumben banget! Pasti mau ngajak makan di luar ya?" tebak Jenaka.
"Wah... Kamu nih memang kalau masalah makan di luar paling bisa menebak dengan tepat. Nilai seratus deh buat kamu!" puji Ayah.
"Beneran? Jadi tebakan Jena bener ya? Asyik! Mau makan dimana kita? Makan bebek goreng, bakso beranak atau makan ayam geprek sambal gila?" tanya Jenaka. Semua menu yang Jenaka sebutkan adalah menu yang biasa mereka makan saat makan di luar.
"Kali ini, kita akan makan di restoran yang mahal!" bisik Bunda.
"Serius? Dalam rangka apa nih? Ayah dapat bonus ya?! Tumben banget kita diajak makan di restoran mahal! Biasanya juga kalau jalan-jalan dan makan yang agak mahal sedikit, Ayah selalu protes! Bilangnya pemborosan-lah, mubazir-lah, buat nabung-lah, ada apa nih?" Jena menaruh curiga akan gelagat Ayah dan Bundanya.
"Enggak mau nih diajak Ayah dan Bunda makan di luar?" Ayah berpura-pura ngambek agar Jenaka tidak banyak bertanya.
"Mau dong! Jena mandi dulu dan sholat maghrib ya! Tungguin Jena pokoknya!"
"Iya! Ditungguin. Kamu mandi yang wangi lalu dandan yang cantik ya! Pakai baju batik yang Bunda belikan waktu itu di Mall! Jangan lupa sisir rambut kamu yang rapi! Pakai minyak wangi dan lotion biar wangi dari ujung kepala sampai ujung kaki! Jangan lupa make up, jangan tebal-tebal tapi cukup membuat kamu terlihat segar dan cantik tentunya!" pesan Bunda panjang lebar.
"Kita sebenernya mau kondangan apa makan malam sih Bun?" protes Jena.
"Bunda! Udah anaknya jangan kebanyakan dikasih wejangan! Nanti kita telat! Ayo kita sholat berjamaah. Bunda juga kan harus dandan yang cantik, biar enggak kalah sama anaknya!" ujar Ayah.
"Iya.... Iya..." Bunda dan Jenaka menuruti perintah Ayah.
Jenaka masuk ke dalam kamarnya. Rasanya malas ikut serta dengan Ayah dan Bunda. Kakinya terasa pegal sehabis kerja seharian. Hari ini survey lapangan untuk lokasi outlet baru. Tak ada kesempatan untuk duduk. Bolak-balik mencari ruko yang pas, mengambil foto dan membuat analisa. Panas, terik, debu dan polusi dirasakan Jenaka. Maunya langsung tidur, apa daya tawaran makan di restoran mahal membuatnya tak kuasa menolak.
Jenaka mengambil handuk yang sudah Bunda sediakan. Ia lalu mandi dan bersolek di depan kaca. Baju batik yang Bunda belikan memang bagus di tubuhnya. Pas dengan lekuk tubuhnya dan cocok dengan warna kulitnya yang putih bersih.
Jenaka memoles wajahnya dengan sedikit sentuhan make up dan mengepang sedikit rambut di sisi kiri dan kanan lalu mengikatnya ke tengah. Dandanan simple namun terkesan cantik di wajah Jenaka.
Ayah dan Bunda sudah tak sabar menunggu Jenaka. Beberapa kali Bunda mengetuk pintu kamar, meminta Jenaka segera bergegas takut telat.
Jenaka bingung, telat apa? Namun Ia tak banyak bertanya dan duduk manis di kursi belakang mendengarkan lagu Broeri Marantika mengalun di radio mobil Ayah.
Ayah membelokkan mobilnya ke sebuah hotel bintang lima. Jenaka langsung merasa kagum karena Ayah akan mentraktirnya di restoran mahal. Ternyata Bunda tidak bohong. Mereka akan makan di restoran mahal.
Senyum di wajah Jenaka terus mengembang sepanjang jalan menuju restoran yang terletak di lantai 20 tersebut. Matanya berbinar melihat kemewahan hotel yang harga check in permalamnya saja setara gajinya sebulan.
"Ayah hebat banget! Bonusnya gede ya Yah?" tanya Jenaka.
"Hush! Diem aja kamu! Jangan ngomong kenceng-kenceng! Jangan bikin Ayah malu!" omel Ayah.
"Iya... iya... Makasih ya Yah udah ngajak Jena kesini. Ayah keren!" Jenaka mengacungkan jempolnya memuji Ayah. Ia merangkulkan tangannya di lengan Ayah dengan manjanya.
Sesampainya di restoran, Ayah menyebutkan nama seseorang yang telah membooking restoran. Pelayan restoran lalu mengantar Ayah dan keluarga menuju tempat yang dipesan.
Ternyata sudah ada sepasang suami istri yang berusia sebaya dengan Ayah dan Bunda. Mereka tersenyum dan menyambut dengan hangat kedatangan Ayah dan Bunda.
Ayah lalu memperkenalkan Jenaka pada kedua sahabatnya, Prabu dan Nina.
"Wah Jena cantik ya? Waktu kecil saja cantik, eh makin besar cantiknya makin nambah aja!" puji Tante Nina, teman Ayah dan Bunda.
"Iya dong! Siapa dulu Bundanya!" gurau Ayah.
"Ish... Iya deh. Ayo duduk dulu!" Tante Nina mempersilahkan tamunya untuk duduk.
"Jenaka sudah kerja atau masih kuliah?" tanya Om Prabu, suaminya Tante Nina.
"Udah kerja, Om." jawab Jenaka sopan.
"Wah! Pas sekali ya! Memang jodoh namanya. Enggak usah ditunda lagi. Minggu besok aja gimana? Ha...ha...ha..." tanya Tante Nina sambil tertawa.
"Saya sih ikut aja." Bunda juga ikut tertawa.
"Ikut? Jodoh? Enggak usah ditunda? Maksudnya apa?" gumam Jenaka dalam hati.
"Jena mau kan nikah secepatnya?" tanya Tante Nina lagi.
"Nikah? Jena?" Jena menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Rencananya, Om dan Tante mau menjodohkan anak kami sama kamu." ujar Tante Nina.
"Beneran Bun?" Jenaka yang tak percaya ucapan Tante Nina menanyakannya langsung pada Bunda.
"Iya, Sayang. Sebenarnya tujuan kami mengajak kamu kesini adalah untuk diperkenalkan dengan anaknya Om Prabu dan Tante Nina. Kamu udah kenal kok sama orangnya." Bunda tersenyum penuh arti.
"Aku kenal? Siapa Bun?" makin penasaran Jenaka dibuatnya namun mau bertanya lebih jauh Ia tak berani.
"Iya! Itu anak Tante. Calon suami kamu!" Tante Nina menunjuk seorang cowok yang berjalan mendekat ke meja makan mereka.
Jenaka berbalik badan dan mengikuti arah pandangan Tante Nina. Jenaka terkejut melihat siapa yang Ia lihat. "Kak Mandala?"
****
Hi Semua!
Aku hadir lagi. Jangan lupa like, komen, add favorit dan vote tentunya untuk novel baruku ini ya.
Maaf untuk awal terbit Up-nya masih belum teratur. Next, setelah lancar jaya aku Up rutin, oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Maryani Yani
yuuuuu
2024-08-25
0
Mari Anah
aku hadir thor
2023-12-01
1
Winarsih Winarsih
baru absen nie kak,kemarin br dpt notif
2023-10-13
0