Terusan novel Muslimah Itu Milik Seorang Mafia.
Jika bingung dengan pemerannya, bisa baca novel di atas terlebih dahulu🥰
Cerita ini hanyalah fiksi.
Terlalu memandang derajat membuat Gamian Alvaro Morgan menjadi seorang laki-laki yang merasakan betapa pahitnya cinta bertepuk sebelah tangan. Wanita yang selalu ia hina sebagai "anak pungut" berhasil membuat ia merasakan apa itu cinta dan juga apa itu terluka.
Demi menenangkan pikirannya, laki-laki 22 tahun itu pergi ke desa untuk menemui paman dan bibinya. Berniat berlibur dan menenangkan diri malah menjadi sebuah masalah yang besar.
Laki-laki itu di tuduh melakukan pelecehan terhadap gadis polos.
Mampukah ia keluar dari masalah itu, atau malah masalah itu akan membuat ia terhanyut akan sensasi baru.
Penasaran?
Simak cerita lengkapnya di sini❤️
Baca juga kisah Gamian sebelumnya di Muslimah Itu Milik Seorang Mafia ❤️
jangan lupa like, komen, hadiah dan juga vote nya.
Jika tidak suka, silahkan tinggalkan tanpa jejak yah.
Note:
1. DILARANG MELAKUKAN TINDAKAN PLAGIAT! JIKA DI TEMUKAN KASUS PLAGIAT, SAYA AKAN MEMBAWA KE RANA HUKUM TANPA TOLERANSI!
2. COVER: Google search
Editing: Little rii.
3. DILARANG SPAM PROMOSI!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah mu, bukan salahku.
Mobil Gamian baru saja keluar dari area pedesaan. Tak ada percakapan diantara mereka, hanya diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Drrrrttt... Drrrrttt..
Suara getaran ponsel Gamian. Laki-laki itu dengan cepat langsung mengangkat panggilan yang ternyata dari Gabriel.
"Hm, Ada apa?" tanya Gamian ketus. Terdengar suara kelak tawa bayi di sana.
"Hei, anak paman. Sudah besar belom?" tanya Gamian tersenyum senang. Lana yang melihat senyuman Gamian entah mengapa ia merasa merinding. Ia pun memilih melihat ke arah luar jendela saja.
"Cieee... Yang sudah menikah," ledek Gabriel tertawa di baringi suara bayi nya.
"Cih, aku muak mendengar suara mu. Berikan saja pada keponakan ku," ketus Gamian.
"Memangnya kau siapa ha? Dia ini anak ku, bukan anak mu. Kalau kau sangat suka dengan anak bayi mengapa tidak kau buat saja. Kau kan sudah menikah," goda Gabriel.
Lana yang mendengar kata anak langsung menutup matanya. Itu di luar dugaan, ia tidak ingin punya anak. Ia hanya ingin hidup sendiri saja. Tak ada orang jahat maupun orang baik. Ia ingin tinggal di tempat yang sepi. Mengenai pernikahan ini, pastinya tidak akan berjalan lancar. Mereka pasti akan berpisah.
"Diam kau!" ketus Gamian kesal yang justru semakin membuat Gabriel tertawa.
"Cepatlah pulang, aku sangat penasaran dengan istri mu. Dia kan masih berusia 17 tahun sedangkan kau 22 tahun. Jangan-jangan kau terlihat seperti paman nya nanti," ledek Gabriel tertawa lepas. Sangat puas menjahili Gamian.
"Cih, aku tidak mau pulang!" ketus Gamian dan langsung mengakhiri panggilan.
Di seberang sana, Gabriel terkekeh melihat panggilan sudah terputus.
"Anak Abi yang tampan," ucap Gabriel memposisikan baby Rafka untuk berdiri dalam genggaman nya. "Ayo kita makan," lanjutnya.
Kembali pada Gamian. Setelah memutuskan panggilan, Gamian melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh tanpa memikirkan ada orang yang sedang menahan pusing dan perut yang bergejolak.
"Maaf, paman. Apa paman tidak bisa pelan-pelan saja," ucap Lana mencoba menahan luapan dari dalam perutnya.
"Kenapa? Kau mabuk daratan? Heh, dasar gadis desa," ejek Gamian yang semakin menaikkan kecepatan.
"Aku ingin muntah paman," ucap Lana sudah tak tahan. Mendengar kata muntah sontak Gamian menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Jangan coba.....
Ueeeekkkk.....
Belum sempat Gamian memperingati Lana, gadis itu sudah mengeluarkan isi perutnya di mobil. Melihat itu Gamian sontak langsung keluar dari mobil dan memuntahkan isi perutnya juga.
"Jorok! Gadis jorok!" gumam Gamian sembari memijit tengkuknya.
"Maaf paman," ucap Lana yang sudah turun dari mobil.
"Maaf-maaf, kau sudah mengotori mobil ku dengan muntah mu! Kau menjijikan!" bentak Gamian menatap tajam kearah Lana.
"Maaf," lirih Lana.
"Seharusnya ku buang saja kau di sini. Biar kau diambil oleh laki-laki tua," tekan Gamian membuat Lana ketakutan.
"Kenapa? Kau takut?" tanya Gamian tersenyum smirk melihat raut wajah ketakutan Lana.
"Yasudah, tinggalkan saja aku di sini, paman." Gamian sedikit kaget mendengar jawaban Lana. Ia pikir gadis itu akan memohon padanya agar tidak di tinggalkan.
"Kau serius?" tanya Gamian.
"Iya. Nanti aku akan menelpon paman Jakson untuk menjemput ku," ucap Lana mengeluarkan ponsel jadulnya. Mendengar jawaban Lana sontak Gamian menepuk jidatnya, itu sama saja ia bunuh diri jika pamannya tahu kalau ia meninggalkan istrinya di jalan.
"Yasudah, bersihkan muntah mu itu. Setidaknya sampai kita menemukan tempat mencuci mobil!" titah Gamian.
"Tidak mau. Itu semua salah paman, kan tadi aku sudah bilang jangan kencang-kencang bawa mobilnya, tapi paman malah semakin kencang membawa mobil. Jadi, itu salah paman," jelas Lana polos membuat Gamian ternganga. Mengapa ia bisa menikahi gadis bodoh ini.
"Kau menyuruhku membersihkan muntah mu, ha! Kau tidak punya sopan santun pada suamimu!" tegas Gamian marah.
"Itu bukan salah ku, itu semua salah paman. Jika saja malam itu paman tidak datang, aku pasti tidak menikah dengan paman yang kasar dan juga sombong. Dan aku juga pastinya tidak akan muntah di mobil paman," elak Lana mencoba membela diri. Sudah cukup ia selalu disudutkan, ia tak mau lagi. Ia ingin hidup dengan kepribadian nya sendiri. Menjadi kuat dan tidak mudah di tindas.
Mendengar itu sontak Gamian merasa terhina. Bagaimana bisa ada wanita yang menyesal menikah dengannya. Dia kan kaya dan juga tampan.
Tak mau berdebat lagi akhirnya Gamian lah yang membersihkan mobil. Untungnya ada air parit yang jernih di sekitaran situ, jadi Gamian dengan mudah membersihkan muntah Lana.
Setelah lumayan bersih, Gamian pun kembali melajukan mobilnya menuju tempat pencucian mobil. Dengan kecepatan sedang ia menelusuri jalan perkotaan yang padat.
*******
Beberapa menit kemudian. Gamian sudah menemukan tempat pencucian mobil dan mobil pun sudah bersih. Gamian menghentikan mobilnya di sebuah hotel, ia sangat lelah karena kurang tidur. Alangkah baiknya ia beristirahat dulu. Lagi pula perutnya juga sudah keroncongan.
"Paman, ini dimana? " tanya Lana menatap kagum pada gedung-gedung tinggi dan juga orang-orang yang ramai.
"Jangan banyak tanya! Dan satu lagi, jangan memanggilku paman."
"Lalu aku harus memanggil paman apa?" tanya Lana.
"Terserah!"
Gamian pun keluar dari mobil berjalan menuju lobi untuk memesan kamar, sedangkan Lana terus mengekori kemanapun Gamian berjalan. Saat di lobi, perhatian Lana teralihkan oleh orang-orang yang masuk lift.
Di sana tampak seorang anak kecil perempuan perkiraan umur 10 tahun masuk kedalam kotak logam itu. Pintu tertutup membuat Lana tercengang, lalu tidak berapa lama terdengar suara ting. Dan alangkah terkejutnya Lana ketika yang keluar dari kotak logam itu adalah seorang ibu-ibu.
Benda itu bisa merubah seseorang dari yang muda menjadi tua. Itu sangat mengerikan. Aku tidak mau masuk ruangan monster itu, batin Lana bergidik ngeri.
Gamian berjalan lalu diikuti Lana di belakang. Mata Lana membulat ketika ia melihat Gamian berjalan menuju kotak yang tadi.
Ia pun dengan cepat mencegah Gamian untuk masuk.
"Jangan masuk, paman." Gamian pun menjadi heran dengan tingkah gadis bodoh yang ada dihadapannya itu.
"Aku lelah, jadi jangan banyak tingkah."
"Tapi, ruangan itu memakan orang.Aku tadi melihat anak kecil masuk kedalam dan tiba-tiba yang keluar itu ibu-ibu. Kotak ini memakan aura muda kita, aku tidak ingin menjadi tua," jelas Lana dengan polosnya membuat Gamian tak bisa menahan tawanya. Tawa Gamian yang lepas membuat mereka menjadi pusat perhatian. Menyadari mereka menjadi pusat perhatian, Gamian langsung menghentikan tawanya.
"Dasar gadis bodoh." Gamian pun berjalan menuju lift meninggalkan Lana yang masih setia berdiri di depan pintu lift.
"Mau naik atau tidak?" tanya Gamian.
Dengan pasrah Lana pun mengangguk dan masuk ke dalam lift. Pintu tertutup, Gamian menekan tombol angka 5. Lalu lift pun bergerak, sontak Lana langsung berpegangan pada Gamian karena takut.
"Ya Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa." Lana memanjatkan doa membuat Gamian tak henti-hentinya menahan tawa.
Ting...
Pintu lift terbuka dan Lana langsung berlari keluar dari lift. Ia mengamati penampilannya yang masih seperti semula. Menghela nafas lega dan bersyukur ia tak berubah menjadi apa-apa.
"Tak perlu memeriksa nya. Kau tetap sama seperti semula," ucap Gamian membuat Lana tersenyum hingga kedua lesung pipi di wajah Lana terlihat.
"Kau masih tetap jelek," ejek Gamian tertawa membuat Lana menghilangkan senyuman manisnya lalu berjalan mengekori Gamian.
_
_
_
_
_
_
Lanjut?
Jangan lupa like komen dan juga vote serta hadiah jika kalian suka.
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
sial ,aku ingat sudah ada satu dirumah 🙄
biar imajinasi ny smkin pas