Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Hazel dan Hunter saling berpandangan, tampak sedikit bingung.
Hunter mengerutkan kening dan berkata, “Tapi, Mima, Papa sudah melakukan tes DNA. Itu membuktikan kalau kami memang anak-anaknya"
“Ya benar" Hazel pun ikut terburu-buru menimpali.
Sienna membeku sejenak. Sial, pikirnya. Dia cuma pergi sebentar untuk membeli es krim, dan sekarang pria itu entah sudah mengatakan apa saja pada anak-anak!
Sienna menggertakkan giginya. Saat ia hendak mengatakan sesuatu lagi, suara dingin seorang pria terdengar dari atas kepalanya.
“Nona kupikir kita perlu bicara dengan baik,” kata Sebastian. Saat menyebut namanya, nada bicaranya penuh penghinaan, bahkan terdengar jijik tanpa alasan yang jelas.
Sienna berbalik dan menatap Sebastian, bibirnya mengerucut. “Maaf, kita tidak punya urusan apa pun untuk dibicarakan.”
Belum sempat ucapannya selesai, kedua bocah itu sudah menjatuhkan tangan mereka dari Sienna dan berlari ke sisi Sebastian. Mereka memeluk kaki Sebastian dari kiri dan kanan.
“Mima, kenapa kamu ga ngobrol baik-baik sama Papa? kita ga akan ganggu kok!” kata Hazel polos.
Sienna terdiam.
Melihat kedua anak kecil berdiri di sisinya seperti itu, Sebastian tak bisa menahan senyum tipis di sudut bibirnya. “Nona, mobilku ada di sana,” katanya tenang.
Begitu selesai bicara, para bodyguard yang berada di dekat mereka segera melangkah maju dan berkata, “Silakan, Nona.”
Sienna melihat beberapa bodyguard berbaju hitam berdiri di depannya. Dari suasana yang terbentuk, ia tahu jika ia menolak, mereka akan memaksanya tetap ikut.
Sienna tidak menjawab apa-apa. Akhirnya, tanpa pilihan lain, ia pun naik ke mobil sport Sebastian.
Ethan membawa kedua anak keluar untuk menikmati es krim, sementara Sienna dan Sebastian berbicara di dalam mobil.
Begitu duduk, Sebastian langsung berkata, “Aku ingin mengambil anak-anak itu. Kau bisa tetapkan harganya.”
Sienna terdiam sejenak. Pria di depannya memiliki wajah yang begitu mirip dengan Hunter. Setelan hitam yang dikenakannya dalam ruang mobil yang sempit menciptakan tekanan yang menyesakkan. Tentu saja, seperti yang sudah ia duga, pria ini datang untuk merebut anak-anaknya!
“Kaya banget, sampe bisa menetapkan harga” gumam Sienna terkejut.
Mendengar itu, Sebastian mengerutkan dahi lebih dalam. Wanita ini benar-benar hanya peduli pada uang! pikirnya.
“Satu miliar dollar. Anak-anak itu milikku. Mulai sekarang, dan kau keluar dari kehidupan mereka,” kata Sebastian dingin.
Mata Sienna melebar seketika. Apa-apaan? Satu miliar?
Tapi, ia tidak peduli seberapa butuh uangnya, Sienna tidak akan pernah memperlakukan anak-anak kesayangannya seperti barang dagangan dan menjual mereka.
“Tuan, aku menganggap uang seperti sampah. mereka tidak ada hubungannya denganmu. Aku tidak akan pernah menjual anak-anakku. Jadi, lupakan saja” kata Sienna dingin dan tegas.
Sebastian mencibir. Kalau bukan soal uang, pasti dia mengincar posisi Istriku. Dasar wanita ini, hanya bermimpi!
“Tanpa spermaku, kau pikir bisa punya anak?” katanya dingin.
Sienna memerah karena marah mendengar ucapan vulgar Sebastian. Ia baru saja hendak membalas, tapi Sebastian berkata lagi, “Aku punya dua laporan tes DNA yang membuktikan bahwa mereka adalah anak-anakku. Kalau kau mau memberiku hak asuh mereka, kita bisa bicara baik-baik. Kalau tidak, aku punya seratus cara untuk memaksamu setuju.”
Sial, berani-beraninya mengancam.
Sienna hampir meledak marah. “Tidak akan Jangan mimpi Mereka anak-anakku Berapa pun kamu bayar, aku tidak akan menyerahkan mereka dan jika kamu ingin membawa ini kepengandilan Bahkan jika aku kalah, aku masih bisa tunggu sampai anak-anak berusia 8 tahun dan bisa memilih sendiri. Aku yakin mereka akan memilihku daripada kamu!."
Gusi Sebastian nyaris nyut-nyutan karena marah. Wanita terkutuk ini benar-benar sulit dihadapi. Anak-anak memang sudah tumbuh besar bersama Sienna, soal kedekatan emosional, ia tak bisa mengunggulinya begitu saja.
“Apa sebenarnya yang kau mau demi hak asuh anak-anak? Aku bisa penuhi apa pun asal bukan posisi Istriku." kata Sebastian akhirnya, mencoba bernegosiasi.
Sienna terdiam. posisi Istrinya? Emangnya penting banget?
“Aku tidak akan memberikan hak asuh anak-anak, pergilah ke neraka ” seru Sienna, lalu membuka pintu mobil. “Jika tidak ada hal yang ingin di bicarakan lagi aku pergi dulu.”
Namun saat ia hendak turun, para bodyguard dengan mudah menghentikannya.