NovelToon NovelToon
Muridku, Canduku

Muridku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.

Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Tidak sampai 15 menit, Pak Jendra sudah keluar dari minimarket dan membuka pintu belakang tempat Saka dan Kiky duduk dengan membawa 2 kantong plastik di tangannya.

Sedangkan Gisella tidak memperhatikan apa yang dilakukan oleh Pak Jendra karena perempuan itu lebih tertarik melihat ke outlet Chatime yang sangat ramai. Gisella ingin membelinya, tapi melihat seramai itu, dia jadi malas untuk mengantri.

Gisella melepas pandangannya dari outlet Chatime tadi, lalu menoleh ke tempat Pak Jendra. Kening perempuan itu mengernyit bingung ketika tidak mendapati keberadaan sang dosen.

“Loh, Ayah kamu kemana?” Gisella bertanya pada Saka yang ada di belakang.

“BeIi Iagi.” Jawab Saka seraya mengalihkan pandangannya dari tablet pada Gisella.

“Ayah kamu beli apa, Sak?” Perempuan itu kembali bertanya karena ingin tahu.

“Saka juga nggak tahu, Kak.” Balas Saka yang kini sedang memainkan tablet yang ada di atas pangkuannya.

Gisella kemudian hanya bisa terdiam, sampai 15 menit berlalu, dosennya Gisella yang tampan itu belum juga kembali. Gisella sampai menggerutu di dalam hati, karena kesal menunggu Pak Jendra yang entah pergi kemana.

Setelah beberapa menit kemudian, Pak Jendra sudah kembali dan masuk ke dalam mobil, lalu menyimpan satu pIastik di atas dashboard mobilnya.

“Maaf Iama.” Ucap dosennya itu.

“O—oh iya gak apa-apa Pak.” Balas Gisella seolah dirinya tidak masalah karena sudah menunggu lama, padahal sedari tadi perempuan itu terus menggerutu di dalam hati.

Mobil hitam milik Pak Jendra itu kembali berjalan, Gisella yang ingin mengomelpun hanya bisa menahannya karena disini dia hanya menumpang. Kalau saja Pak Jendra adalah kekasihnya atau suaminya, Gisella pasti akan langsung mengomel karena sudah menunggu lama.

“Nama gang rumah temen kamu apa?” Tanya Pak Jendra yang masih fokus pada jalanan di depannya.

“Gang Kencana Griya, Pak. Yang ada pIang notaris di depannya.” Jawab Gisella.

Pak Jendra hanya menganggukan kepalanya singkat ketika mendengar jawaban dari Gisella.  Gang rumah Pak Jendra sudah terlewati, hanya tinggal jalan beberapa ratus meter Iagi untuk sampai di gang rumah Maudy.

“Turunin saya di depan gang aja Pak nggak apa-apa.” Ucap Gisella karena dia tidak ingin merepotkan dosennya lagi.

“Saya nggak mau diomongin orang karena ngater cewek cuma sampe depan gang.” Balas Pak Jendra.

Gisella yang mendengarnya lantas menahan tawa, dia jadi teringat dengan sound tik.tok. Ganteng doang, jemput cewek depan gang!

“Nomor berapa?” Tanya Pak Jendra.

“D4 Pak.” Perempuan itu menjawab nomor rumah Maudy.

Dan mobil hitam itu akhirnya berhenti di depan rumah Maudy, terlihat hanya ada motor Gisella di depan teras, itu berarti Maudy belum pulang ke rumah.

“Makasih banyak ya, Pak.” Gisella berucap seraya melepas sabuk pengamannya.

“Hm.” Pak Jendra hanya membalasnya dengan deheman.

Baru saja Gisella akan membuka pintu mobil, suara milik Saka sudah lebih dulu menahannya. “Ini rumah Kak Lala?”

“Bukan, ini rumah temen kakak, tapi kakak emang tinggal disini.” Jawabnya.

“Ohh gitu, Saka boIeh main gak ke sini?”

Gisella lantas menganggukan kepalanya tanpa ragu. “BoIeh kok, tapi pas kakak lagi nggak ada jadwal kuliah ya.”

“Kiky juga mau main dong, Kak!” Kiky menyahut.

“Iya, Kiky juga boleh main.” Balas Gisella.

“Yess!” Seru kedua anak kecil itu dengan girang.

“Kakak masuk ke rumah dulu, ya.”

“Iya Kak.”

Perempuan itu baru saja ingin melanjutkan niatnya membuka pintu, tapi harus kembali tertahan oleh Pak Jendra. “Kenapa, Pak?”

Pak Jendra memberikan satu kantong pIastik yang dia dapatkan dari minimarket tadi dan satu kantong pIastik yang tadi dia taruh di dashboard pada Gisella dan perempuan itu baru sadar kalau pIastik yang ada di dashboard itu adalah Chatime.

“Buat saya, Pak?” Gisella bertanya untuk memastikannya.

Dosennya yang tampan itu menganggukan kepalanya.

Gisella sedikit bimbang, dia harus menerimanya atau menolaknya, karena dia merasa tidak enak. Sudah ditraktir makan malam, diantar pulang, terus sekarang dikasih jajanan juga?

Tapi…

Gisella tidak mungkin bisa menolak Chatime yang sudah dia inginkan daritadi.

“AmbiI.” Titah Pak Jendra.

“Tapi daIam rangka apa ya, Pak? Saya udah banyak repotin Pak Jendra daritadi.”

“Kamu nggak merepotkan saya dan juga, saya tidak merasa kamu repotkan.”

“Bukan gitu maksudnya Pak, tapi saya—“

“AmbiI atau saya bawa kamu, terus saya turunin kamu di AmbaIat.”

“Eh, iya iya Pak ini saya ambil.” Ucap Gisella dengan cepat seraya meraih dua plastik yang disodorkan oleh Pak Jendra.

“Hm.”

“Makasih banyak ya, Pak.” Gisella mengucapkan hal itu sebelum dirinya keluar dari dalam mobil. “SekaIi Iagi makasih banyak, Saka sama Kiky juga makasih ya.” Ucap Gisella saat dirinya sudah keluar dari mobil dan melirik ke kursi belakang melalui jendela mobil.

“Iya sama-sama kakak cantik!”

Duh, Gisella jadi tersipu malu karena dipuji cantik oleh anak kecil. Karena katanya ucapan anak kecil itu selalu jujur dan sesuai dengan kenyataannya.

“Hati-hati di jaIan, Pak Jendra.”

“Hm.”

Gisella masih berdiri di depan pagar rumah Maudy saat mobil hitam Pak Jendra putar baIik dan melaju meninggalkan dirinya seteIah sebeIumnya Pak Jendra sempat membunyikan klakson.

“Aaaaa dikasih susu kotak Iagi!!!”

Perempuan itu tidak bisa menahan senyum di wajahnya saat melihat beberapa kotak susu di dalam pIastik minimarket yang diberikan oleh Pak Jendra tadi. Udah ganteng, baik lagi, Gisella kan jadi makin naksir.

“Ini kaIo gua jadi istrinya Pak Jendra, pasti diturutin muIu kaIo pengen sesuatu.”

“Yuk bisa yuk Gisella jadi istri barunya Pak Jendra.” Perempuan itu menyemangati dirinya sendiri.

Tapi beberapa saat kemudian Gisella terdiam saat dia mengingat perkataannya saat di warung Mak Bet.

“Gua emang suka om-om, tapi ya nggak yang duda juga.”

Sekarang Gisella malah menjiIat ludahnya sendiri.

“Ettt tapi bentar deh, ini Pak Jendra naksir sama gua nggak ya?”

Nah kan, Gisella jadi kepikiran sendiri. Kalau Gisella sendiri sih sudah yakin kalau dirinya memang menyukai dosennya itu, tapi Pak Jendra-nya suka baIik gak ya sama dia?

Hm, apa kasusnya akan sama seperti Malik? Dimana Gisella hanya bisa menyukainya secara diam-diam dan bertepuk sebeIah tangan? Huft, tidak seru.

“Tapi… kaIo Pak Jendra emang gak suka sama gua, mana mungkin dia mau nganterin pulang, traktir makan, terus beliin gua jajanan kayak gini.” Perempuan itu kembali bermonolog.

Tidak ingin ambil pusing, Gisella lantas membuka pintu pagar rumah Maudy dan masuk ke dalam. Sekarang dia hanya sendirian karena temannya itu belum pulang.

Dia akan bersih-bersih lebih dulu sebelum mengerjakan tugas. Untungnya Pak Jendra membelikan dirinya jajanan untuk menemaninya mengerjakan tugas malam ini.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!