Istri Yang Dingin

"Tuan, saya mendapat sebuah informasi." Josh memberikan sebuah dokumen pada Alex. Lelaki itu kini sudah mengganti pakaiannya.

Alex membuka lembaran demi lembaran dokumen yang Josh berikan. Wajahnya memerah sempurna.

"Brengsek! Orang tua tidak tahu diri. Berani sekali dia menipuku, lihat saja apa yang akan aku lakukan!" Alex melempar dokumen itu asal. Ia benar-benar dikuasai amarah.

"Jalankan seperti rencana kita," perintah Alex pada Josh. Lalu ia pun bergegas keluar. Berjalan pasti menuju ballroom.

Alex terlihat sedang mencari seseorang. Hingga pandangannya jatuh pada sosok gadis yang tengah berdiri di balkon. Mata indah milik gadis itu menyelisik pemandangan kota Berlin di malam hari. Pantulan lampu dari gedung dan jalanan seakan memanjakan setiap mata memandang.

"Apa di sana lebih indah dibanding aku?"

Sweet terlonjak kaget saat mendengar suara bariton milik Alex. Ia pun berbalik, mendapatkan Alex yang sudah berdiri beberapa senti darinya. Alex sedikit mendekat. Membuat gadis itu sedikit mundur dan membentur pagar besi.

"Acara kita akan segera di mulai, lebih baik kita masuk." Alex menyentuh pipi Sweet dengan lembut. Pemilik wajah cantik itu sama sekali tak merespon.

"Tuan, apa sebenarnya rencana anda?" tanya Sweet seraya menepis tangan kekar Alex dari pipinya yang mulus. Alex tertawa renyah mendengar pertanyaan Sweet.

"Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau yang lebih tahu tentang rencana ini?"

"Apa maksudnya?" tanya Sweet bingung.

"Hah, gadis sepertimu... Ah, maksudku wanita sepertimu memang layak diberikan pujian," Alex tersenyum. Namun, dengan cepat ekspresi wajahnya berubah datar. Alex menarik tangan Sweet dengan kasar. Membawanya masuk ke dalam.

Semua orang memusatkan perhatiannya pada Alex dan Sweet yang sedang menaiki panggung. Gadis itu sedikit terhuyung akibat tarikan Alex.

"Perhatian semuanya," ucap Alex. Ia menarik pinggang ramping Sweet. Kini tak ada jarak diantara mereka. Sweet tidak berani bergerak. Cengkraman tangan Alex begitu kuat.

"Malam ini, aku akan mengumumkan bahwa aku, Alexsander Digantara dan Sweet Alexsandra. Putri dari Tuan Santonio resmi bertunangan."

Semua orang terdiam sesaat. Begitu juga dengan gadis disebelah Alex. Ia benar-benar kaget dengan pernyataan Alex. Sweet terlihat mengedipkan matanya beberapa kali.

Alex menarik tangan Sweet. Ia mulai menyematkan sebuah cincin permata dijari manis Sweet. Ia juga memberi kode pada Sweet, agar menyematkan cincin dijarinya. Gadis itu pun langsung menurut tanpa protes sedikit pun.

Suara bisikan para tamu pun mulia terdengar jelas. Mengusik ketenangan Sweet.

"Apa itu benar? Tuan Digan akan menikahi wanita yang jauh lebih muda darinya. Jika dihat, gadis itu masih sangat muda."

"Beruntung sekali gadis itu, dia benar-benar hebat. Masih sangat muda, entah trik apa yang dia gunakan?"

"Huh, gadis muda sekarang begitu pintar mengambil hati pria."

Sweet mengepalkan kedua tangannya. Ia sangat kesal mendengar desas desus mulut manusia yang penuh dusta. Begitu banyak yang menyudutkannya. Hingga ia kembali merasakan tangan kekar Alex merangkul pinggangnya.

"Bagaimana? Ini baru permulaan, Sayang. Kau dan Ayahmu yang memulai permainan ini. Aku harap kau senang dan menerima segala permainanku. Ingat, sayang! Hanya aku yang bisa mengakhirinya permainan ini," bisik Alex. Sweet langsung memberikan tatapan membunuh pada Alex.

"Owh, tatapanmu begitu penuh cinta, Sayang."

"Diam!" Kesal Sweet. Ingin sekali rasanya ia mencabik-cabik wajah tak berdosa Alex.

"Tersenyum, media sedang menyaksikan kita. Jangan sampai wajah jelekmu masuk beranda utama besok."

Sweet memejamkan matanya untuk menahan emosi. Lalu ia kembali memasang wajah datar. Bibirnya begitu kaku. Seakan enggan untuk tersenyum.

Sweet mengalihkan perhatiannya pada Jeremy. Lelaki paruh baya itu terlihat begitu senang. Seakan tak peduli dengan perasaan putrinya. Bahkan ia tidak peduli dengan kehidupan putrinya dimasa yang akan datang.

***

"Apa Daddy membuat perjanjian dengannya?" tanya Sweet saat mereka sudah berada mansion.

"Tidak. Semua itu keinginannya, kau berhasil menarik perhatiannya." Jeremy begitu santai menghadapi Sweet. Gadis itu tampak menghela napas berat.

"Baiklah, aku lelah." Sweet beranjak menuju kamarnya. Percuma saja ia berdebat dengan Ayahnya. Ia tidak akan mendapatkan penjelasan apa pun.

Sweet mengganti pakaiannya. Lalu bergegas menuju kamar mandi. Ia belum menunaikan salat Isya.

"... Ya Allah ya tuhanku. Ampunilah segala dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Ampunilah segala kelalaian diri ini ya Allah. Hamba memohon petunjuk dari-Mu. Atas semua kehidupan yang sudah engkau goreskan untukku. Aamiin ... Aamiin allahumma aamiin."

Sweet mengusap wajahnya dengan lembut. Malam ini ia benar-benar lelah. Setelah menghadapi skenario kehidupan yang tidak tahu kapan akan berakhir. Sweet memilih untuk langsung tidur, karena ia benar-benar mengantuk.

Pagi hari, Sweet terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sesuatu terus bergerak disampingnya. Mata indah itu terbuka perlahan. Menyesuaikan cahaya lampu.

"Emm, jam berapa ini?" gumamnya seraya mencari ponsel miliknya. Namun, betapa terkejutnya ia saat tangannya menyentuh sesuatu yang keras. Gadis itu terlonjak turun dari tempat tidur. Matanya membulat sempurna. Ia mendapatkan seorang lelaki tidur dengan telanjang dada disampingnya.

"Ya Allah, apa aku mimpi?" ucapnya sambil menepuk pipi. Ia merasakan sakit. Itu artinya bukan mimpi.

"Ini bukan mimpi, Aahhhhh ...." Sweet berteriak sekencang mungkin. Hingga pemilk tubuh kekar itu terbangun diri tidurnya.

"Berisik!" umpatnya seraya menarik selimut. Sweet yang melihat itu langsung mengambil bantal dan melempar lelaki itu dengan kuat.

"Brengsek! Keluar dari kamarku." Teriak Sweet mulai kesal. Lelaki itu bangun sambil tersenyum penuh arti.

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Sweet sedikit mundur.

"Cobak tebak," ucap lelaki itu tertawa renyah.

"Alexsander Digantara, aku tahu kau seorang lelaki yang memiliki segala hal. Tapi masuk sembarangan ke kamar wanita itu perbuatan kriminal. Aku bisa melaporkanmu pada pihak berwajib. Keluar!" bentak Sweet. Untuk saja kamarnya kedap suara. Jika tidak, seisi rumah akan ribut.

"Perbuatan kriminal? Masuk ke kamar istri sendiri juga perbuatan kriminal? Sayang, kau sangat menggemaskan."

"Aku bukan istrimu! Dan ini ...." Sweet menarik cincin di jari manisnya. Namun, cincin itu tidak bisa ia lepas. Sweet terus berusaha. Namun, semua itu sia-sia. Hingga jari manisnya memerah.

"Tidak perlu berteriak seperti itu, kau memang istriku. Lihat ini," Alex melempar dua buah buku nikah dan selembar sertifikat pernikahan.

Sweet tampak kaget. Ia langsung mengambil benda itu. Matanya kembali membulat saat melihat buku nikah itu benar-benar miliknya.

"Ini tidak mungkin." Sweet kembali memeriksa dengan seksama. Benar, itu memang dirinya.

Bagaimana ini bisa terjadi? Aku tidak pernah setuju. Tapi tanda tangan ini benar-benar milikku. Apa Daddy di balik semua ini?

"Kau penipu!" Sweet melempar semua bukti itu ke arah Alex. Alex tersenyum masam. Lalu menghampiri Sweet yang masih dikuasai emosi.

"Aktingmu sangat bagus, Sayang. Pertama-tama kau berpura-pura kaget, lalu menuduhku penipu. Menyelidiki masa laluku secara diam-diam. Bukankah kau ingin mencari perhatianku. Ini yang kau mau bukan?"

Sweet terhenyak. Ia tidak pernah menyangka jika Alex mengetahui jika dirinya menyuruh seseorang ingin menyelidiki masa lalu Alex. Sebenarnya Sweet melakukan itu untuk melawan Alex. Lelaki itu terus mempermalukan dirinya. Jika saja ia memegang kunci masa lalu lelaki itu. Mungkin ia bisa sedikit mengendalikannya. Tetapi semua itu sia-sia. Rencananya sudah tercium lebih dulu.

"Sekarang, kau di bawah kendaliku. Jangan pernah berpikir untuk menghianatiku. Karena aku paling tidak suka dengan seorang penghianat. Jadilah istri yang baik." Alex mengenakan kembali pakaiannya dan bergegas meninggalkan kamar Sweet. Gadis itu terduduk lemas. Semuanya benar-benar kacau. Akan sulit baginya untuk keluar dari sarang singa.