NovelToon NovelToon
ANASTASIA

ANASTASIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Kelahiran kembali menjadi kuat / Time Travel / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Lady Anastasia Zylph, seorang gadis muda yang dulu polos dan mudah dipercaya, bangkit kembali dari kematian yang direncanakan oleh saudaranya sendiri. Dengan kekuatan magis kehidupan yang baru muncul, Anastasia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang jahat dan memulai hidup sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6.

Angin utara malam itu seperti pisau—tajam, menggigit, bergerak cepat di antara pepohonan tua yang membeku. Anastasia berdiri di balkon kecil yang menghadap hamparan salju tanpa ujung. Napasnya memutih, namun tubuhnya terasa hangat. Kekuatan itu… selalu muncul tanpa ia minta.

Sejak hari ia menyentuh Duke Aloric Silas dan mengembalikannya dari kematian tidurnya tidak pernah tenang. Ada bayangan dari masa lalunya yang terus mengejar. Ada ambisi masa depannya yang semakin kuat. Dan ada tatapan hitam pria itu… yang tidak pernah bisa dikeluarkan dari kepalanya.

Hari ini berbeda. Udara seperti menegang, seolah kerajaan utara menahan sesuatu. Pintu balkon terbuka keras. Aloric berdiri di ambang pintu, tubuh besar dan bayangannya menelan cahaya lilin di dalam kamar. Mantelnya terbuka, memperlihatkan seragam perang hitam yang melekat di tubuh kekarnya.

“Aku sudah memanggilmu tiga kali.” Nada suaranya rendah, berat… dan menegangkan. Anastasia berbalik, tersenyum tipis. Senyum polos—topeng sempurnanya. “Maaf, Yang Mulia Duke. Aku tidak mendengar.”

Aloric berjalan mendekat. Setiap langkahnya terdengar berat seperti pukulan palu baja. “Kau tidak mendengar,” ulangnya datar, “atau kau mengabaikanku?” Dia berhenti tepat di belakangnya. Nafas hangat pria itu menyentuh rambutnya meski udara sedingin kematian. Kontras itu membuat bulu kuduknya berdiri. Laki-laki itu berbahaya. “Tentu tidak,” jawab Anastasia lembut. “Aku hanya… terpesona oleh negeri Anda yang dingin dan sunyi.”

“Sunyi bukan hal yang baik,” gumam Aloric. “Sunyi berarti ancaman sedang mengintai.” Ia berjalan melewati Anastasia, menatap horizon gelap. “Ada laporan serangan di benteng barat. Bukan serangan kecil.”

“Monster?” tanya Anastasia.

“Manusia.”

Ia menoleh, mata hitam pekatnya mengunci pandangan Anastasia. “Dan bukan manusia biasa.” Anastasia menahan napas. Ada kilatan gelap di mata Aloric. Sesuatu yang berbahaya.

“Kelompok pemberontak?” tebak Anastasia.

“Lebih buruk.” Aloric mendekat. “Sihir terlarang.”

Jantung Anastasia mencelos. Sihir kegelapan. Yang hanya digunakan oleh orang-orang yang siap mengorbankan manusia sebagai bahan bakar kekuatan. “Aku pergi malam ini,” kata Aloric pendek. “Tuntas atau mati. Tidak ada pertempuran kecil melawan pengguna sihir terlarang.”

Aloric mengambil mantel hitamnya dan mengenakannya. Mantel itu memeluk tubuhnya seperti bayangan. Anastasia buru-buru mengikuti langkahnya. “Duke!”

Aloric berhenti. Ada jeda panjang. Angin masuk dan menutup pintu di belakang mereka. “Jangan mati,” ucap Anastasia pelan. “Aku tidak suka berhutang nyawa kepada orang mati.” Aloric mengangkat alis tipis penuh rasa keheranan.

“Kau…”

“Apa?”

“Kau berbicara seolah hidupku bernilai hanya selama hutang itu ada.” Anastasia tersenyum tipis. “Begitulah.” Aloric menatapnya lama. Luar biasa lama. Tatapan itu membuat lutut Anastasia hampir lemas, bukan karena romantis—melainkan karena tajam dan penuh analisis.

“Baik,” katanya akhirnya. “Jika itu motivasimu…” Ia menunduk memberi jeda. Suaranya merendah, hampir seperti ancaman lembut. “Maka aku tidak akan mati.” Anastasia terdiam. Aloric menyentuh dagunya sangat singkat seperti sentuhan elang pada mangsanya lalu menjauh.

“Beristirahatlah. Kau aman di sini.” Lalu ia pergi. Namun saat ia berbalik, Anastasia melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan Kerutan samar di antara alis Aloric. Seperti ada hal lain yang mengganggunya. Dia mencemaskanku? Tidak mungkin…

Anastasia menepis pikiran itu. Tidak boleh. Emosi adalah kelemahan. Ia baru hendak menutup pintu saat mendengar suara berat Aloric menggema di lorong. “Akan kubawa dua batalion. Beri sinyal jika terjadi sesuatu. Aku akan kembali paling lambat fajar.”

Kembali, Kembali untuk apa? Untuk memastikan aku tidak mati? Malam itu berjalan pelan. Anastasia duduk di perpustakaan pribadi Aloric, membaca gulungan-gulungan tua tentang kekuatan hidup, kekuatan yang ia miliki. Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pelayan setia Aloric yaitu Sir Rowan masuk dengan wajah pucat.

“Lady Anastasia…”

“Ada apa?”

“Benteng barat… hancur.”

Anastasia berdiri mendadak. Jantungnya seperti memukul tulang rusuknya dari dalam. “Duke apakah Duke Aloric—”

Sir Rowan menelan ludah. “Duke bertahan. Tapi… dia terluka parah. Sangat parah.” Darah rasanya lenyap dari wajah Anastasia. “Di mana dia?” bisiknya.

“Dalam perjalanan kemari. Prajurit pembawa pesan tiba barusan.” Anastasia tidak berpikir. Tidak menunggu. Tidak peduli pada aturan. Ia langsung berlari keluar dari perpustakaan. Udara luar menyengat kulit, dingin seperti pisau baja. Para ksatria membuka jalan saat Anastasia berlari menuju gerbang utama.

Salju menebal. Suara gemuruh terdengar dari kejauhan—kuda menarik kereta perang yang meluncur cepat. Kereta berhenti keras. Prajurit melompat turun dan membuka pintu. Anastasia membeku. Aloric terbaring di dalam. Tubuh besar yang biasanya tampak tak terkalahkan kini bersimbah darah gelap. Armor hitamnya pecah di beberapa bagian. Nafasnya tersengal, seperti bertarung untuk tetap hidup.

“D-Duke…” suara Anastasia pecah. Mata gelap itu berusaha membuka, fokus pada wajahnya. Bahkan di ambang kematian, tatapan Aloric tidak goyah. “…kau… masih… di sini.” Ia ingin menjawab, tetapi tenggorokannya kering. Tersendat.

Anastasia masuk ke kereta, lututnya jatuh di samping tubuh Aloric. Tangannya gemetar saat menyentuh pipi pria itu dingin namun bukan dingin biasa melainkan dingin kematian.

Air mata muncul tanpa ia minta. “Jangan… lakukan ini…” gumamnya. Aloric tersenyum lemah senyum pertama yang pernah ia lihat dari pria itu. “Senyummu… jelek sekali…” Anastasia mengusap darah dari bibirnya.

“Dan… kau… manja sekali…” balas Aloric pelan, hampir tidak terdengar.

“Diam. Aku tidak bicara denganmu.”

“Seperti biasa…” Nafasnya melemah.

“Aloric!!” Suara angin terhenti. Salju seperti menggantung di udara. Tangan Anastasia memancarkan cahaya putih lebih terang daripada sebelumnya. Cahaya itu meledak lembut dan mengalir ke tubuh Aloric. Prajurit di sekitar mereka mundur dengan mulut menganga.

Aloric memejamkan mata, tubuhnya sedikit terangkat oleh ledakan energi. Hawa hangat menelan udara utara. Perlahan, luka mulai menutup. Darah berhenti mengalir. Nafasnya kembali stabil. Anastasia jatuh terduduk, tubuhnya lemas. “B-bodoh…”

Aloric membuka mata perlahan. Kali ini tatapannya berbeda. Hitamnya melunak. Ada sesuatu yang… tidak pernah terlihat. “Kau…”

“…menyelamatkanku lagi.” Anastasia mengalihkan pandang, wajahnya panas. “Itu hanya… agar aku tidak berhutang.” Aloric tersenyum kecil—lebih nyata dari sebelumnya.

“Begitukah…”.Kemudian ia menggerakkan tangan besar itu meraih pergelangan Anastasia. “Tetap di sisiku malam ini.” Anastasia tersentak. “Aku tidak—”

“Untuk keamanan,” lanjut Aloric pelan. “Pemberontak itu tidak sedang memburu wilayah ini.”

“Lalu?”

“Mereka memburu aku.”Ia menatap Anastasia. “Dan… mungkin juga kamu.” Anastasia merasakan sesuatu merambat di punggungnya. Ancaman. Bukan kecil.

“Kenapa aku?”

“Nanti. Aku akan jelaskan.”

Kereta bergerak kembali menuju kastil. Anastasia menggenggam jubah Aloric, tidak sadar ia melakukannya. Dan Aloric…tidak melepaskan tangannya. Malam itu, untuk pertama kalinya, dinding es di antara mereka retak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!