Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif
Tok tok tok!
"Fiona .... Sayang! Kamu baik-baik saja kan?"
Davin masih menunggu di luar pintu, lelaki itu curiga karena Fiona tak kunjung keluar dan merespon panggilannya tersebut.
Tidak mau ketahuan kalau Fiona bersama om Arga dalam kamar mandi yang sama, Fiona langsung mendorong tubuh Arga sekuat tenaga untuk melepas diri.
"Gak apa-apa, tunggu sebentar! Tiba-tiba perut aku sakit!" ucap Fiona, sambil tangannya menahan agar lelaki di depannya tidak merangsek lagi. Tenaga Arga cukup kuat, membuat Fiona harus mengunakan dua tangannya itu untuk menahannya.
"Oh, oke ... Kirain kamu kenapa-kenapa di dalam. Santai aja ... Aku tunggu, sambil aku kupasin buah yang lain."
"Tapi kalau kamu sibuk, kamu boleh pulang dulu. Ini aku masih mules perutnya!" ucap Fiona lagi saat tiba-tiba pinggangnya di peluk Arga.
"Apa aku panggil perawat?" tawar Davin, masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Tidak usah, tidak perlu panggil perawat!" cegah Fiona. Takut malah banyak orang yang datang ke ruang rawat inap tersebut, nanti malah tambah ketahuan.
"Oke .. Oke."
Suara Davin pun lenyap, sementara Arga, tangannya yang lain menyentuh kran, ia sengaja menyalakan kran untuk menyamarkan kebisingan yang ada di dalam sana.
Fiona berusaha meronta dan melepaskan lengan lelaki tersebut, tapi Arga semakin mendekapnya hingga Fiona tak bisa bebas bergerak.
"Om, lepasin ... Om sadar apa yang Om lakukan? Ini tidak benar! Dan seperti yang Om tahu, saya pacar keponakan Om!"
Barulah lengan pria itu merenggang dan Fiona bisa melepaskan diri. Gadis itu kemudian mengusap-usap lengannya yang sedikit sakit.
"Maaf .... Saya tidak bisa kontrol diri," ucap Arga kemudian. Pria itu kemudian mundur dan melipat kedua tangannya. Menyandarkan kepalanya di dinding kamar mandi. Entah sampai kapan mereka akan bersembunyi di dalam sana.
"Saya akan keluar, jangan sampai Davin curiga dan tahu Om ada di sini. Pliss ... Tolong sekali. Ini untuk kebaikan kita semua," Fiona memohon dengan muka penuh harap. Arga hanya bisa mengangguk, meskipun merasa tidak terima juga, untuk apa dia bersembunyi seperti saat ini.
...----------------...
"Bagaimana? Apa kamu salah makan juga?" tanya Davin begitu melihat Fiona yang baru keluar kamar mandi.
"Iya mungkin," ucap Fiona dengan ekspresi bingung.
"Jangan makan sembarang sekarang, kurangi junk food. Jangan makan pedas, nanti aku Carikan catering sehat untuk langganan kamu setelah keluar dari rumah sakit," kata Davin. Kelihatan tulus dan baik hati, seperti sosok cowok Green flag.
Sejak pacaran, Davin memang selalu membuat Fiona nyaman. Sosok penyayang, perhatian, suka memberikan hadiah, makanya setelah terlibat kejadian yang tak terduga dengan om Arga, Fiona merasa bersalah. Dan ingin cepat-cepat putus, walaupun Davin sebaik itu. Yang Fiona tahu hanya kebaikan-kebaikan Davin, karena memang selama ini diberikan banyak sekali perhatian, love boombing. Apalagi Fiona memang jauh dari orang tua yang sudah bercerai. Perhatian Davin cukup membuat hidup Fiona jadi merasa jauh lebih sempurna.
Sayang sekali, karena satu tragedi, kini Fiona tetap harus memikirkan kelanjutan hubungan mereka. Mau tak mau, Fiona harus mengakhiri hubungan tersebut, karena Fiona sudah tidur bareng dengan Om Arga. Cepat atau lambat, Fiona janji akan putus. Meskipun sekarang belum bisa, karena Davin masih mempertahankan hubungan mereka.
Saat keduanya mengobrol, ponsel Davin berdering. Hal itu membuat Fiona punya alasan untuk mengusir Davin secara halus.
"Kamu kayaknya sibuk banget, gak apa-apa. Aku udah baikan. Kamu bisa balik sekarang," ucap Fiona.
"Sorry, ini telpon dari nyokap. Aku angkat dulu," kata Davin lalu menjauh.
Fiona tak bisa mendengarkan obrolan mereka di telepon, karena Davin hanya ham Hem saja kedengarannya, sampai cowok itu kembali menghampiri Fiona dan pamit.
"Sorry, Syaang. Aku harus pergi dulu. Ntar aku ke sini lagi. Kamu kalau butuh apa-apa, langsung hubungi aku. Jangan sungkan-sungkan. Oke? Maaf ya, aku ada urusan mendadak. Maaf gak bisa temani kamu di sini," ucap Davin sambil mengusap kepala Fiona. Sentuhan lembut, terkesan penuh sayang dan tulus.
"Hemm ... Jangan khawatir. Kamu pergi aja," kara Fiona. Dalam hati dia bersyukur, cowoknya segera pergi dari sana.
"Oke ... Bye, Love you," ucap Davin dengan mengusap pipi Fiona yang keliatan sedikit tirus. Pacarnya itu memang BB nya seperti turun dalam waktu sebulan ini. Sepertinya memang karena banyak pikiran dan stres mikirin kuliah, pikir Davin.
"Hati-hati di jalan,"' Fiona melambaikan tangan, dan langsung menghela napas lega begitu Davin benar-benar pergi dari pandangan matanya.
Klek!
Pintu ruangan tertutup, ganti pintu kamar mandi yang terbuka. Arga keluar dan merapikan kemejanya. Lelaki itu juga mengibaskan lengan kemejanya yang agak kusut.
"Davin sudah keluar barusan, sekarang Om juga bisa keluar," ucap Fiona. Tapi tidak berani bertatapan mata dengan lelaki itu.
"Urusan antara kita belom selesai, kita selesaikan dulu, baru kamu bisa mengusir saya."
Fiona menelan ludah. Ia lalu melihat Arga yang kemudian langsung duduk dan menatapnya dengan muka serius. Fiona langsung merasa hawa ruangan berubah. Karena mendapatkan tatapan yang sedikit mengintimidasi tersebut.
"Kapan kamu akan putus dengan keponakan saya? Cepat atau lambat, kamu tidak bisa menyembunyikan fakta yang ada! Semakin hari ... Itu akan semakin besar! Tidak ada cara lain untuk menutupinya. Atau jangan-jangan kamu punya rencana lain ... ingin menjadikan Davin sebagai ayah dari anak saya?"
Tuduhan dan penuturan panjang yang sangat tegas dari Arga seketika membuat Fiona tidak bisa berkata-kata.
Menyadari sikap diam Fiona, Arga kembali menyerang secara verbal.
"Jawab saya! Apa tujuan kamu sebenarnya? Mengapa kalian berdua masih menjalin hubungan? Apa setelah dengan saya, kamu juga tidur dengan keponakan saya itu?"
Kaget mendapati tuduhan seperti gadis murahan, Fiona merasa hatinya nyeri. Ingin membalas kata-kata Arga, tapi mulutnya seperti terkunci rapat.
"Kenapa diam saja? Apakah yang saya katakan benar? Jadi setelah kamu tidur dengan saya, kamu pun tidur dengan Davin? Sampai kamu tidak datang pada saya untuk minta pertanggungjawaban, tapi kamu justru datang pada Davin??"
.....
"Cukup!"
"Saya tidak menyangka, saya pikir kamu gadis baik-baik, ternyata kamu sama saja dengan wanita-wanita di luar sana!"
Hati Fiona tambah sakit, dengan keberanian yang dia kumpulkan, dia mengangkat dagunya. Menatap mata lawan bicaranya yang sudah cukup merendahkan.
"Ya, saya memang bukan gadis baik-baik! Saya gadis liar, tidur sama pria mana saja! Sekarang tolong Om keluar dari sini."
Raut kecewa kelihatan begitu jelas di muka Arga saat mendengar jawaban Fiona. Seolah membenarkan kalau Fiona gadis gampangan. Situasi seperti ini sangatlah membuatnya marah, akhirnya dia keluar karena tidak mau tambah emosional.
......................
Arga jalan dengan gusar menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Ia mengendurkan dasi dengan wajah yang masih mengeras. Keluar dari rumah sakit, pria itu langsung ke perusahaan.
Suasana hatinya sudah buruk saat dia datang ke tempat kerja, beberapa karyawan pun langsung kena imbasnya. Ada laporan-laporan stafnya yang langsung di lempar di atas meja karena merasa tidak puas. Bukan karena hasil kerja mereka yang tidak serius, tapi karena suasana hati Arga hari itu sangatlah buruk.
...
Tengah malam, hampir menjelang dini hari. Tara harus mengurusi Arga yang pulang sempoyongan ke apartemen.
(Sudah lama bos tidak menyentuh minuman, ada apa malam ini? Bahkan sejak pagi dia kelihatan gusar. Sejak keluar dari rumah sakit ... Pasti masalah perempuan. Memang benar, tipu daya perempuan itu dahsyat efeknya)
Tara geleng-geleng kepala melihat kondisi berantakan Arga. Bos yang penuh kharismatik, cerdas, bijak, selalu tampil perfeksionis, kini terbaring di tempat tidur dengan kemeja kusut dan rambut berantakan pula. Gara-gara seorang gadis, bosnya jadi begini.
...----------------...
Beberapa hari kemudian
Arga kembali ke rutinitas awal. Menepis nama Fiona dari kamus hidupnya. Toh gadis itu juga tidak mau berhubungan dengannya. Harga dirinya tinggi, Arga tak akan mengemis untuk berada di sisi Fiona
Semingu lebih di tanah air, membuatnya tidak betah. Akhirnya dia berniat kembali mengurus bisnis di luar lagi. Hari ini rencananya dia akan terbang sesuai jadwal. Pesawatnya jam 3 sore. Jam dua siang dia sudah persiapan, karena tidak mau tertinggal.
Di dalam perjalanan menuju Bandara, ponsel Arga berdering, nomor baru, nomor tidak dikenal. Arga pun malas menjawabnya, tapi setelah dua kali panggilan Miss call tersebut, panggilan ketiga baru dijawab.
"Hallo, dengan Tuan Arga? Kami dari pihak rumah sakit ......" (Seorang perawat menelepon nomor Arga. Entah bagaimana caranya, nomornya tertera di nomor yang bisa dihubungi saat pasien dalam kondisi darurat)
"Berhenti, Tara! Putar balik! Kita ke rumah sakit," seru Arga sambil masih mendengarkan penjelasan perawat di telepon.
...****************...
Rumah Sakit
Arga jalan cepat, setengah lari. Dia bertanya pada perawat dan langsung lari menyusuri lorong. Di ujung depan sana, terlihat Davin sedang berdiri seolah menunggunya. Begitu Arga sudah semakin dekat, Davin juga jalan mendekat.
BUGH!
Pukulan keras langsung mendarat di wajah tampan Arga. Membuat ujung bibirnya mengeluarkan sedikit noda merah, darah segar keluar karena pukulan Davin yang dadakan.
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2