"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyakitkan
Sekar memilih untuk mengambil minuman, rasanya tenggorokannya kering karena terlalu banyak menangis, sementara Anindita tengah menemani putri sulungnya
"Sekar" seorang pria menghampirinya dengan senyuman yang manis
"Mas Dikta?" Sekar tersenyum kearah pria yang merupakan sepupu suaminya itu
Dikta terpana, wanita pujaannya tampak begitu cantik dalam balutan kebaya modern berwarna lavender, karena semua anggota keluarga mengenakan warna itu. Semakin cantik dengan dipadukan bersama rok batik sepanjang mata kaki. Rambut panjangnya disanggul modern menambah kesan anggun pada wanita itu
"Kamu apa kabar?" Tanya pria dewasa yang usianya lebih tua dua tahun dari Adrian itu yang artinya empat tahun lebih tua dari Sekar
"Aku baik!"
"Kamu masih baik-baik saja dengan semua ini?" Dikta tak percaya ini, bagaimana bisa ada seorang istri yang baik-baik saja ketika suaminya menikahi wanita lain
"Lalu aku harus apa mas?"
"Masih banyak pria yang jauh lebih mencintai kamu Sekar, laki-laki yang akan menjadikan kamu satu-satunya dalam hidupnya!"
Dikta telah jatuh hati pada Sekar sejak hari pertama ia melihatnya. Saat itu Adrian memperkenalkan seorang wanita yang merupakan kekasihnya pada acara keluarga Baskara, dan saat itu juga Dikta jatuh dalam pesona kekasih sepupunya itu
"Aku nggak tau tentang itu mas, yang penting bagi aku sekarang adalah kebahagian seluruh anggota keluarga dan kesehata ibu tentunya!" Ujar Sekar
"Itu dia Sekar!" Nina menunjuk dengan lirikan matanya dimana sang menantu berada
Adrian membawa pandangannya pada sang istri yang tengah mengobrol bersama kakak sepupunya. Adrian mengepalkan tangannya, dia tau segila apa Dikta dalam mencintai Sekar, pria itu bahkan menolak menikah hanya karena menunggu Sekar yang menurutnya akan menjadi seorang janda
"Dikta.." lirih pria itu penuh emosi
"Dia hanya bicara dengan Dikta, apa masalahnya Adrian!"
Pria itu tak menjawab, ia hendak turun dari pelaminan namun tangannya dengan cepat dicekal oleh Nina
"Jangan bercanda kamu Adrian! Kamu nggak liat disini ada banyak orang!" Bisik sang ibu tepat di telinganya
"Tapi Dikta mendekati Sekar Bu"
Nina hanya menghela napasnya berusaha tetap tersenyum saat beberapa tamu undangan menyalami. Ia heran mengapa keponakannya itu seolah tergila-gila akan Sekar yang telah menjadi istri dari sepupunya sendiri
Adrian tak bisa menahan diri lagi, terlebih Dikta mulai lancang menyentuh tangan istrinya
"Mas Adrian" Widia sampai melongo saat sang suami meninggalkan dirinya begitu saja diatas pelaminan
"Lepasin aku mas!" Sekar berusaha untuk melepaskan genggaman Dikta pada tangannya
"Aku masih mencintai kamu Sekar, apa tidak ada kesempatan untuk aku bisa memiliki kamu?" Ucap Dikta dengan wajah memelas
"Jangan gila kamu mas! Aku masih istrinya mas Adrian!" Semakin ia memberontak maka semakin kuat mencengkram tangan pria itu. Andai disini tidak banyak orang mungkin satu tamparan akan Sekar berikan pada sepupu suaminya ini
"Aku sama sekali tidak peduli Sekar!"
"Lepas..!" Tangan Dikta terlepas, bahkan kerah kemeja batik yang ia kenakan dicengkeram kuat oleh suami dari wanita pujaannya
"Mas Adrian" Sekar berusaha menarik suaminya, mengingat ditempat ini begitu ramai orang "Lepasin dia mas!"
"Lancang sekali kamu menyentuh istriku, Dikta!"
"Istrimu? Aku pikir kamu terlalu serakah, Adrian!" Dikta tersenyum sinis dan hal itu menyulut emosi Adrian
"Lalu kamu mau apa?"
"Aku akan merebut Sekar dari laki-laki tidak setia seperti kamu!" Dikta balas mencengkram kerah beskap yang pengantin pria itu kenakan
"Hanya dalam mimpimu Dikta!" Keduanya mulai menjadi perhatian para tamu undangan, Sekar yang menyadari hal itu segera membawa suaminya menjauh dari sana
Keduanya kini berada disebuah kamar dilantai atas kediaman Baskara, Sekar perlu bicara dengan suaminya ini
"Ada apa dengan kamu mas?" Sekar tak habis pikir, ia tahu sang suami sangat cemburu pada Dikta, namun rasanya hari ini moment nya tidak tepat
"Ada apa? Kamu tidak dengar apa yang laki-laki tidak tahu diri itu ucapkan?" Adrian masih terlihat emosi, ucapan Dikta yang akan merebut Sekar begitu mempengaruhinya
"Sudahlah mas, ini hari bahagia kamu! Kenapa merusaknya dengan hal yang tidak berguna!" Wanita cantik itu berusaha menenangkan suaminya
"Ini adalah hari paling menyakitkan bagi aku Sekar, aku terluka hari ini sayang" Adrian membawa wanitanya itu kedalam pelukannya
"Kita harus bersabar mas! Segala pengorbanan akan menghasilkan buah yang manis"
Sekar menangkup kedua rahang tegas sang suami, mendekatkan wajahnya hingga kening keduanya menyatu. Tak ada kata yang terucap, hanya hembusan napas yang terdengar begitu berat
"Jangan pernah tinggalkan aku Sekar!" Pinta Adrian dengan tulus, pria itu takut jika suatu hari sang istri akan pergi karena rasa sakitnya
"Aku akan tetap disini mas, kecuali jika kamu yang memintaku untuk pergi!" Ucap Sekar lirih
"Sudahlah, ayo kita turun! Semua orang pasti menunggu dibawah!"
Benar saja, setelah tiba dilantai bawah, Adrian dan Sekar telah disambut wajah kesal Nina
"Dari mana saja kamu Adrian?" Geram Nina, semua tamu menanyainya dan Adrian malah bersama istri pertamanya
"Adrian ada urusan!"
"Urusan penting apa hingga kamu meninggalkan istri kamu sendirian di pelaminan!" Kesal Nina, wanita paruh baya itu lalu menarik paksa tangan sang putra hingga genggaman tangannya pada Sekar terlepas
"Rencana licik kamu sepertinya gagal, Sekar!" Sekar menatap tajam wanita yang ia ketahui adalah ibu dari Widia yang merupakan madunya
"Saya sarankan, sebaiknya kamu melepas Adrian untuk Widia yang lebih bisa membahagiakan dia!" Ucap wanita bernama Diana itu
"Oh ya? Saya rasa anda salah nyonya, nyatanya mas Adrian meninggalkan Widia di pelaminan!" Sebenarnya Sekar sangat malas jika berurusan dengan orang-orang seperti Diana ini
"Sebentar lagi Adrian juga akan membuang kamu!"
"Harusnya anda berterima kasih pada saya!"
Diana tertawa sinis, seolah meledek tingkat kepercayaan diri Sekar yang terlampau tinggi "Apa kelebihan kamu dibandingkan putri saya? Kamu bahkan tidak seujung kuku Widia, Sekar"
"Anda bisa tanya langsung sama ibu mertua putri kesayangan anda, bagaimana sulitnya membujuk mas Adrian agar sudi menikahi Widia! Jika saya mau, saya bisa meminta mas Adrian menceraikan putri anda saat ini juga"
Sekar menatap tajam wanita paruh baya yang terlihat sangat mencolok dengan perhiasannya itu
"Kamu mengancam saya?"
Sekar tersenyum "Bicaralah dengan baik pada saya! Anda butuh saya demi kelangsungan pernikahan putri kesayangan anda tentunya!"
Wanita cantik itu melangkah dengan anggun meninggalkan Diana yang begitu geram dengan ucapan Sekar
***
Hari masih siang, tapi Sekar memilih untuk kembali kerumahnya bersama Adrian. Rasanya disana sangat menyesakkan hingga ia memilih untuk pulang tanpa berpamitan pada siapapun
Sekar tiba dirumah dengan Lilis yang menyambutnya
"Loh, mbak Sekar udah pulang?"