Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 Kepergian Ibu
Di sepanjang perjalanan bu Isa terus berkata sudah tidak kuat lagi. Pak Sugeng dan Amel tak henti hentinya menangis. Ketakutan pun menyelimuti pak Sugeng dan Amel. Bu Isa terus menahan sakit yang luar biasa di perutnya hingga akhirnya mulai tak sadarkan diri. Pak Sugeng, Amel, suster dan petugas ambulan sudah sangat khawatir melihat bu Isa tak sadar kan diri. Tetapi bu Isa masih bernafas. Tak lama kemudian pun bu Isa sadar kembali. Sedikit ada perasaan lega dari Pak Sugeng dan Amel. Tapi itu tak berlangsung lama
"Pak, ibu sudah tidak kuat lagi. Bapak tolong jaga Amel ya. Dia anak satu satunya". Kata bu Isa dengan terbata bata. Suaranya sudah hampir tak terdengar, suaranya begitu lirih menahan rasa sakit.
" Apa yang ibu katakan. Ibu tidak boleh berbicara seperti itu. Ibu harus yakin ibu pasti sembuh, sebentar lagi kita sampai bu". Kata pak Sugeng yang tak hentinya menangis. Berusaha tetap tegar meskipun hatinya rapuh
"Iya bu. Jangan tinggalin Amel. Amel sama siapa kalau ibu pergi. Ibu pasti kuat ibu pasti sembuh bu". Kata Amel yang menangis histeris di dalam mobil ambulan.
Bu Isa hanya tersenyum. Air matanya juga jatuh. Ia tau umurnya sudah tidak lama lagi. Dia akan pergi untuk selama lamanya meninggalkan pak Sugeng dan Amel. Tapi ia mencoba kuat. Rasa sakit di perutnya semakin jadi. Hingga akhirnya sampai di rumah sakit kota. Pak Sugeng dan Amel di persilahkan turun terlebih dahulu sebelum bu Isa di turunkan. Dokter pun langsung berlari untuk memeriksanya terlebih dahulu karna keadaannya memang sangat keritis. Tapi naas sebelum bu Isa di turunkan dari mobil ambulan, bu Isa sudah menghembuskan nafas terakhirnya saat pak Sugeng dan Amel turun dari mobil ambulan. Dokter pun menggelangkan kepalanya dengan berat.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun". Kata dokter dan suster yang masih berada di dalam mobil ambulan
" Pak saya minta maaf yang sebesar besarnya. Istri bapak tidak bisa di selamatkan. Bu Isa sudah menghembuskan nafas terakhirnya". Kata dokter dengan mata berkaca kaca. Dokter tersebut sangat terpukul juga. Merasa gagal menyelamatkan pasiennya.
"Apa maksud anda dokter? Tidak istri saya tidak mungkin meninggalkan saya dok". Kata pak Sugeng dengan tak percaya mendengar ucapan dari dokter.
Lalu pak Sugeng masuk lagi ke dalam mobil ambulan. Pak Sugeng tak bisa membendung air matanya. Ia tak percaya jika istri yang sangat di cintainya akan meninggalkan dirinya untuk selama lamanya. Pak Sugeng terasa lemas hingga hampir jatuh. Dia berusaha kuat. Pak Sugeng menghampiri Amel yang duduk di kursi dekat dengan mobil ambulan.
"Gimana ibu pak? " Tanya Amel pada bapaknya sambil menangis
"Amel yang sabar yaa. Ibu sudah tidak ada". Kata pak Sugeng dengan nada yang terdekat
" Maksud bapak apa? " Amel semakin menangis histeris
"Ibu sudah meninggalkan kita nak. Ibu sudah berpulang. Ibu sudah kembali pada Allah". Air mata pak Sugeng terus menetes membasahi pipinya. Berusaha tegar demi sang anak meski hatinya begitu hancur
Amel tak percaya dengan ucapan bapaknya
" IBUUUUUUUUUUUUU....... ". Amel berteriak dan menangis histeris
Ia tak menyangka ibunya akan pergi secepat ini. Hidupnya terasa hancur, harapan mulai pupus. Tak kuat harus menerima kenyataan yang sangat menyakitkan untuknya dan bapaknya. Pak Sugeng dan Amel masih menangis meratapi kepergian bu Isa
Tak ada angin tak ada hujan bu Isa tiba tiba sudah meninggal dunia
Kemaren masih sehat, tidak sakit. Sakit hanya tengah malam yang membuatnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Memang umur tidak ada yang tau. Bisa saja sekarang sehat besoknya bisa meninggal.
Tapi memang bener adanya hidup kita selalu berdampingan dengan hal hal yang mistis.
Berita duka sudah sampai kepada keluarga bu Isa dan para tetangganya. Mereka semua tak percaya bu Isa meninggal secepat ini. Berbeda dengan pak Kanji yang sangat merasa senang dan menang. Karna rencananya sudah berhasil
Hari ini seharusnya pak Sugeng dan bu Isa akan membayar pembelian tanah. Tapi malah membayar untuk kematian bu Isa.
Jenazah bu Isa sudah dalam perjalanan menuju rumah duka. Semua keluarga dan para tetangga sudah menunggu. 30 menit kemudian mobil ambulan yang membawa jenazah bu Isa sudah sampai di rumah duka. Keluarga dan tetangga ikut menangis histeris tak menyangka jika bu Isa sudah meninggal.
Pak Syarif kakak bu Isa langsung mengamuk histeris begitupun dengan Pak Amat.
Sedangkan pak Fauzi yang berbeda desa, yang lumayan cukup jauh mendengar kabar adiknya bu Isa meninggal langsung pingsan. Umurnya yang sudah tidak mudah lagi membuat kesehatannya terganggu. Di tambah mendengar kabar yang sangat menyakitkan ini.
Sama halnya dengan bu Mika kakak perempuan bu Isa. Yang tinggal di desa sebelah yang terbilang lumayan cukup jauh juga. Ada tetangganya bu Mika yang sudah mendengar kabar kalau adiknya meninggal dunia. Lalu dengan tergesa gesa pergi rumah bu Mika
"Bu bu bu Mika". Kata pak Heri dengan raut wajah yang tidak dapat di artikan
Pak Hari juga sampai lupa mengucapkan salam
" Iya ada apa Her?". Bu Mika buru buru keluar karna pak heri terlihat begitu kacau
"Bu, dek Isa bu. Dek Isa meninggal dunia". Kata heri
Bu Mika begitu kaget dan syok tak percaya dengan yang di ucapkan Pak Heri
" Tidak. Tidak mungkin Isa meninggal. Dua hari yang lalu Isa masih datang ke rumah bersama suami. Dia tidak sakit apapun. Isa sehat. Tidak mungkin dia meninggal ". Kata bu Mika yang sangat tidak percaya. Suami bu Mika pun baru datang dari kebun pun sontak kaget. Tak percaya jika adik iparnya meninggal secepat itu
" Benar bu, di rumahnya sudah sangat ramai orang nyelawat. Bu Isa baru meninggal tadi pagi bu. Jenazahnya akan di makamkan sekitar jam 10.00 . Aku melihatnya sendiri karna aku habis mengantar kan sayur pada tetangga bu Isa".
Bu Mika terduduk lemas, jantungnya mulai lemah. Tak kuat mendapatkan kabar duka mengenai adiknya. Ia tak percaya. Suami buk Mika yang bernama pak Sugondo pun sontak kaget.
Bu Mika langsung pingsan tak sadarkan diri karna begitu syok
Pak Sugondo dan pak Heri terlihat panik dan langsung mengangkat bu Mika lalu di tidurkan di ranjang sederhana. Pak Sugondo begitu khawatir, lalu ia memberikan minyak kayu putih pada bu Mika lalu di oles oleskan ke tangan, kaki, perut dan hidungnya.
30 menit kemudian bu Mika sudah sadarkan diri. Banyak juga yang melihat bu Mika karna bu Mika pingsan cukup lama.
Bu Mika teringat ucapan pak Heri, bahwa adiknya sudah meninggal dunia.
"Tidak ini tidak mungkin, Isa masih sehat. Dia tidak sakit apapun". Kata bu Mika yang masih tidak percaya
" Bu tenangkan diri ibu dulu. Itu semua benar. Dek Isa sudah meninggal dunia. Bapak barusan juga sudah menelfon dek Sugeng". Kata pak Sugondo berusaha menjelaskan pada bu Mika
"Tapi Isa sakit apa pak, selama ini dia sehat. Isa tak pernah sakit. Kemarin lalu Isa kerumah juga masih sehat tidak ada tanda tanda kalau dia sakit". Kata bu Mika yang masih tidak percaya. Berita ini bagaikan mimpi yang sulit di percaya. Bu mika terus menangis histeris. Bahkan pingsan beberapa kali. Karna kondisi bu Mika tak memungkinkan. Pak Sugondo memilih untuk tidak datang di acara pemakaman bu Isa karna kondisi istrinya sangat lemah. Untuk berdiri pun saja tidak kuat.
Bukannya tak ingin hadir. Tetapi melihat bu Mika yang begitu lemah tidak memungkinkan datang. Apa lagi jalan di rumah bu Mika bebatuan dan licin.