Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Playboy Jadi Primadona: Cinta Segitiga yang Bikin Pusing
Maya menggigit bibirnya, merasa terjebak dalam situasi yang pelik. Di satu sisi, ia tidak ingin mengecewakan kakaknya. Di sisi lain, ia tahu bahwa 'Sinta' adalah Bram, pria yang berubah menjadi wanita.
"Kak, ini... agak sulit," kata Maya akhirnya. "Sinta itu orangnya pemalu. Dia nggak gampang deket sama orang baru."
Raka menghela napas. "Aku tahu, May. Tapi aku mohon, coba bantu aku. Aku beneran suka sama dia. Aku ngerasa ada sesuatu yang beda dari dia."
Maya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Duh, gawat ini. Gimana jelasinnya ke Kakak kalau Sinta itu sebenernya Bram, cowok yang berubah jadi cewek? Bisa-bisa Kakak pingsan!
"Gini deh, Kak," kata Maya akhirnya, mencoba mengulur waktu. "Sinta itu orangnya agak pemalu. Nggak gampang deket sama orang baru. Jadi, Kakak sabar aja ya? Nanti Maya coba deketin dia buat Kakak."
Raka menghela napas. "Oke deh. Tapi jangan lama-lama ya, May. Kesempatan nggak datang dua kali!" Dia lalu mengedipkan mata ke arah Maya dan pergi dengan senyum sumringah.
Sementara itu, di apartemen Bram, Ibu Bram panik bukan main. Putra kesayangannya menghilang tanpa jejak. Setelah mencari ke sana kemari, ia teringat pada Tomi, sahabat karib Bram. Dengan tangan gemetar, ia menghubungi Tomi.
"Halo, Tomi? Ini Tante, ibunya Bram," kata Ibu Bram dengan suara tercekat. "Kamu tahu Bram di mana? Dia nggak pulang dari semalam."
Tomi terkejut mendengar nada panik Ibu Bram. "Lho, Bram nggak sama Tante? Semalam dia bilang mau ngapel ke Maya, kenalan barunya."
"Maya? Siapa Maya? Bram nggak cerita apa-apa sama Tante," jawab Ibu Bram dengan nada bingung. "Tante udah coba hubungi Bram, tapi nggak aktif. Tomi tahu di mana rumahnya Maya?"
Tomi menggaruk-garuk kepalanya. "Aduh, Tante, maaf banget. Saya nggak tahu rumahnya Maya di mana. Saya cuma tahu dari cerita Bram aja."
Ibu Bram menghela napas panjang. "Ya sudah, Tomi. Makasih ya. Kalau kamu ketemu Bram, tolong kabari Tante ya."
"Siap, Tante. Pasti saya kabari," jawab Tomi dengan perasaan tidak enak.
Kembali ke rumah Maya, Malam semakin larut. Sinta (Bram) mencoba memejamkan mata di kamar tamu, tapi pikirannya berkecamuk. Ia masih belum terbiasa dengan tubuh barunya, apalagi dengan statusnya sebagai "teman Maya yang sedang menumpang".
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka perlahan. Seorang pria berwajah asing masuk dengan mengendap-endap. Pria itu tak lain adalah Kakak Maya yang paling tua, Reno, yang baru pulang dari luar kota tanpa memberi kabar.
Reno, yang sudah lama merantau, memang jarang pulang. Ia sengaja ingin memberi kejutan pada keluarganya. Karena lelah, ia langsung menuju kamar tamu (yang sekarang ditempati Sinta) tanpa menyalakan lampu.
Dengan hati-hati, Reno membuka pintu kamar dan masuk. Ia melihat ada seseorang yang tidur di ranjang. "Pasti Maya," gumamnya. Ia lalu merebahkan diri di samping Sinta dan memeluknya erat.
Sinta, yang sedang setengah tertidur, terlonjak kaget saat merasakan ada seseorang yang memeluknya. Ia membuka mata dan melihat seorang pria asing memeluknya erat.
"Aaaaaaaaaaa!!!" Sinta berteriak histeris.
"Eh? Siapa kamu?!" Reno juga berteriak kaget.
Teriakan Sinta dan Reno membangunkan seisi rumah. Maya dan kedua orang tuanya berlarian menuju kamar tamu dengan wajah panik.
"Ada apa ini?!" seru Papa Maya.
"Reno?! Kamu kok pulang nggak bilang-bilang?!" Mama Maya tak kalah terkejut.
"Reno? Ini Kakak Reno?" Maya melongo tak percaya.
Reno, yang masih linglung, menunjuk Sinta dengan wajah bingung. "Ini siapa? Kok tidur di kamarku?"
Mama Maya menjelaskan bahwa Sinta adalah teman Maya yang sedang menumpang. Reno menatap Sinta dengan tatapan yang berbeda.
"Sinta? Nama yang cantik," kata Reno sambil tersenyum. "Maaf ya, aku nggak tahu kalau kamu tidur di sini."
Raka, yang juga ikut terbangun, menatap Reno dengan tatapan sinis. "Kenapa Kakak pulang nggak bilang-bilang? Mau bikin kejutan?"
"Iya, aku kangen kalian," jawab Reno santai. Ia lalu menatap Sinta lagi. "Sinta, senang bertemu denganmu. Aku Reno, kakaknya Maya."
"Senang bertemu denganmu juga, Kak Reno," jawab Sinta gugup.
Sejak saat itu, Sinta menjadi pusat perhatian kedua kakak Maya. Raka berusaha mendekati Sinta dengan mengajak ngobrol dan memberikan hadiah. Reno tak mau kalah, ia mengajak Sinta jalan-jalan dan menunjukkan tempat-tempat menarik di kota.
Maya merasa semakin pusing. Ia harus menjaga rahasia Bram, menghadapi perasaan kedua kakaknya, dan berusaha agar Sinta (Bram) tidak melakukan hal-hal yang aneh.