“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Kayuna masih terus memantau situasi dari dalam mobilnya, ia menunggu momen yang tepat untuk sengaja memergoki Niko dan Airin.
Tangannya lalu meraih ponsel. “Shadow Cure? Saya klien yang sebelumnya. Tolong, sabotase CCTV-nya sekarang juga,” tegasnya dalam sambungan telepon.
Tak butuh waktu lama, setelah Kayuna mengirimkan alamat lengkap, pihak SC langsung berhasil meretas CCTV yang dimaksud. Lalu mengirimkan link untuk mengaksesnya dengan mudah.
“Ada baiknya mendirikan sebuah perusahaan seperti ini, bisa dengan mudah aku mengurus begundal-begundal seperti Niko,” cetusnya sambil menatap tapnya yang sudah menunjukan segala akses cctv dari luar hingga bagian dalam villa tersebut.
Selain kamar, setiap sudut ruangan villa itu dilengkapi CCTV. Untuk mencegah adanya hal yang tak diinginkan selama disewakan. Tapi, ini justru sangat membantu Kayuna dan memudahkan misinya menjebak suaminya.
Sebelumnya dia juga sudah menghubungi Andi — pengacara yang dipercayainya untuk membantu segala proses gugatannya terhadap Niko. Dan mengumpulkan bukti atas perselingkuhan pun adalah saran dari si pengacara tersebut.
Kayuna lalu turun dari mobil. Ia mengeluarkan tongkat golf dari bagasi mobil, lalu masuk gerbang — mengendap dan berhasil lolos dari security jaga yang ternyata sudah ketiduran di posnya.
“Aku nggak akan membiarkan kalian menikmati hari bahagia malam ini,” Kayuna menatap tajam jendela di lantai dua, meski tak terlihat langsung tapi ia tahu, di dalam sana dua sejoli pasti sedang berbuat gila.
Dengan langkah cepat siap memburu. Kayuna berjalan masuk ke villa itu, dengan kunci ganda yang berhasil disimpannya setelah ia mengetahui bahwa Niko akan mengunjungi tempat tersebut. Matanya menyorot tajam tak berkedip. Dengan perasaan gusar dipenuhi kebencian ia menuju ke kamar — tempat suami dan sahabatnya memadu kasih terlarang.
Akhirnya ia tiba di depan pintu kamar. Kayuna berdiri menegakkan bahu, wajahnya terlihat tak tenang, tapi tangannya menggenggam erat tongkat golfnya.
Brak!
Bugh!
***
Sementara di tempat lain. Ponsel Reza terus berdering di atas meja, pria itu tampak berdiri dengan wajah kebingungan seolah ragu ingin menyampaikan sesuatu pada pemimpin gengnya.
“Ada apa?” tanya Adrian tanpa menoleh. “Angkat teleponmu itu, berisik sekali,” protesnya, karena memang dering ponsel Reza mengganggu lamunannya.
Reza lalu menyambar ponselnya, dimasukan ke saku celana. “Anu, Bos. Sebenarnya ….” Ia menahan kalimatnya saat melihat Adrian meremas erat kaleng minumannya yang sudah kosong.
“Apa? Cepat katakan,” ujar Adrian.
“Sepertinya, klien baru kita sudah bertindak sendirian,” jelas Reza sambil menelan ludah, setengah ngeri melihat gelagat Adrian yang tampak kesal sedari tadi.
Memang, setelah pertengkarannya dengan Kayuna minggu lalu, Adrian terus-terusan memasang wajah masam. Masih merasa kesal, juga khawatir, tapi tak tahu harus kemana menanyakan kabar Kayuna. Tak mungkin juga ia berkunjung ke rumahnya.
“Apa maksudmu?” tanya Adrian dengan tatapan menginterogasi.
“Selain memesan alat pelacak, klien tersebut baru saja menyuruhku meretas CCTV. Sepertinya dia berencana memergoki suami dan selingkuhannya sendiri.” Reza merendahkan suaranya, nada bicaranya terdengar hati-hati.
Adrian sontak bangkit dari duduknya. “Apa katamu? Kau yakin?” cecarnya pada Reza.
Reza menunduk sambil mengangguk yakin.
“Di mana lokasinya?” tanya Adrian. “Di mana lokasinya?!” Adrian mengulangi pertanyaan dengan suara lantang.
“Kawasan elit Ghana, di villa Serenity Green. nomor unit 1154,” jelas Reza dengan lugas.
Tanpa banyak kata — Adrian segera bergerak keluar ruangan. Tak lupa meraih kunci mobil dan jaketnya yang tersampir di atas kursinya.
“Aku yakin, misi kita kali ini … akan sedikit rumit,” ujar Danar sembari menatap bahu Adrian yang menghilang ditelan lorong remang-remang.
“Rey … pasti mengenal wanita ini, ‘kan? Maksudku, klien baru kita,” sambung Jay yang masih duduk menatap gelas kopinya.
Reza menelan ludah. “Kenapa aku deg-degan?”
“Apa kita nggak perlu mengikutinya? Aku khawatir dia sulit mengontrol emosinya lagi,” ucap Laudia dengan wajah datarnya.
Semua orang menoleh bersamaan menatap Laudia lekat-lekat. Lalu beranjak dari kursi dan segera membuntuti bosnya.
Meski Adrian selaku pemimpin geng tengah berkarir di luar negeri selama beberapa tahun. Shadow Cure tetap beroperasi di bawah pengawasan Danar — sebagai orang kepercayaan Adrian.
Mengingat kejadian saat Adrian kesulitan mengendalikan emosi, kala menangani kasus berat. Laki-laki bermata jernih itu pun langsung turun tangan — nekat kembali ke tanah air dalam waktu singkat. Dia mendatangi dan menghajar habis target pelaku kekerasan se*xual.
“Gawat, gawat! Cepat bergerak!” seru Jay yang langsung berlari — menyambar kunci mobilnya.
Sementara Danar bersiap dan meraih sebuah tongkat kayu yang ia simpan di lemarinya.
“Kau ingin tawuran?!” bentak Laudia pada Danar dengan wajah kakunya.
Danar tersentak, lalu menatap lekat tongkatnya. “Kau benar, kenapa aku meraih senjata ini?” ujarnya lalu kembali meletakkannya di dalam lemari.
Reza langsung mengekor di belakang Jay dengan menggendong ransel besar berisi perlengkapan eksekusinya.
“Huuhhh.” Laudia mendesah pelan, lalu melangkah mengikuti rekan-rekannya.
Emosi Adrian tampak memuncak saat Reza melaporkan bahwa Kayuna nekat menggerebek Niko sendirian — tanpa dampingan ataupun persiapan matang.
Tangannya memegang setir mobil, tapi netranya terus melirik ke arah ponselnya. “Ayolah Kayuna, angkat teleponnya.”
Adrian berusaha menghubungi Kayuna, ia mendapatkan nomornya melalui Reza yang berhasil menyimpan data saat Kayuna memesan alat pelacak.
“Sial!” dengusnya karena Kayuna tak kunjung menjawab panggilannya.
“Kenapa kau sangat gegabah, seharusnya kau mendatangiku.” Adrian terus bergumam, kepalanya terasa berat dipenuhi kecemasan. “Niko sangat licik, bagaimana jika dia nekat menyakitimu?”
Mobilnya terus melaju cepat, ia menerobos lampu merah — tak memperdulikan keselamatannya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara agar ia cepat sampai ke tujuan dan menyelamatkan Kayuna.
***
Brak!
Pintu kamar itu dibuka lebar. Mata Kayuna membulat sempurna — menyaksikan sendiri sahabat dan suaminya tengah bercumbu mesra di balik selimut tebal berwarna putih pucat.
Kayuna mendadak membeku, keberanian yang ia bangun selama ini runtuh seketika. Meski telah mengetahui tentang perselingkuhan itu jauh sebelumnya, tapi saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, luka itu terasa nyata menghantamnya.
Deg!
“Kalian …!!”
*
*
Bersambung.