Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpesona
"Bagaimana perasaan mama sekarang?"
Julia tersenyum setelah memastikan mamanya telah meminum obatnya. Ia sengaja membawakan obat itu agar bisa melihat mamanya minum obat di depannya langsung.
"Sudah jauh lebih baik." Siena menatap putrinya itu dengan lembut.
Sudah dua hari sejak Siena pulang dari rumah sakit. Ketiga putrinya sontak menjadi perawat pribadi sepertinya.
Ketiganya selalu memastikan ia meminum obat dengan tepat waktu. Mereka juga memastikan jika Siena merasa nyaman di dalam kamar.
"Bagaimana dengan kue - kue kita Julia?" Siena mulai kepikiran dengan kue yang biasa mereka olah.
"Mama tenang saja. Aku sudah membuat stoke kue untuk di antar ke bakery hari ini. Jeni membantuku di dapur tadi." Julia menjelaskan.
Sengaja ia memang telah mempersiapkan kue yang biasa mereka buat. Tahu jika mamanya juga pasti kepikiran soal itu.
Julia juga tidak ingin kehilangan sumber penghasilan mereka sehari - hari. Karena dari penghasilan kue itulah mereka memenuhi makan mereka setiap harinya.
Dengan Jeni yang membantunya, Julia bisa menyelesaikan pembuatan kue itu dengan cepat.
Dimana Jena?
Adiknya yang itu sama sekali tidak berbakat untuk membuat kue. Jika ia ikut turun ke dapur, maka dapat di pastikan jika akan ada piring yang pecah atau bahan kue yang berhamburan. Jena tidak berbakat sama sekali di dapur.
Wanita muda itu memilih membersihkan rumah mereka. Menyapu dan mengepel lantai. Hingga menyiram bunga.
"Mama, nanti sore aku akan menemani Sera ke panti di daerah ini." Julia memberitahu mamanya.
"Ah. Ada bantuan dari tempat kerjanya ke panti itu ya?" Tebak Siena.
"Iya mama. Kali ini rekan kerjanya yang biasa menemaninya harus pergi ke luar kota. Dan ia memintaku menemaninya ke sana." Julia kembali menjelaskan.
"Baiklah sayang. Yang penting kamu tidak menyusahkan tantemu itu." Siena akhirnya memberikan ijin pada putrinya itu.
"Terimakasih mama." Julia tersenyum cerah dengan ijin mamanya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu menyanyi di klub Julia?" Mau tidak mau Siena jelas kepikiran dengan pekerjaan sang putri.
"Aku akan bekerja pada Sabtu malam nanti mama."
Jawaban Julia membuat Siena mengangguk paham.
Sebenarnya Siena merasa sulit mengijinkan Julia untuk bekerja di klub itu. Selain karena takut dengan keselamatan Julia. Ia juga tidak ingin putrinya ini menjadi omongan warga di sekitar mereka.
Bekerja di sebuah klub malam adalah hal yang riskan bagi masyarakat sekitar. Mendengar kata klub malam, pasti akan membuat orang lain langsung berpikiran buruk.
Ia juga takut jika Julia akan terjerumus dengan kehidupan malam yang kelam. Siena tidak ingin jika putrinya akan seperti orang lain yang terjerumus dengan pergaulan bebas.
Tapi dengan penjelasan Julia, juga janji sang pemilik klub. Yang akan menjaga Julia dan memastikan jika Julia hanya akan bernyanyi di tempat itu. Membuat Siena akhirnya luluh.
Ia tidak bisa menolak lagi. Apalagi ia ketahui dengan kondisi kesehatannya dan juga biaya sekolah kedua putri kembarnya. Julia berani mengambil resiko menjadi bahan gosip orang lain.
Siena hanya bisa berdoa agar putrinya itu selalu terjaga. Dan tidak di permainkan oleh lelaki di klub malam tersebut.
Sore harinya, Sera datang dan menjemput Julia untuk ikut ke panti dengannya. Tersenyum puas melihat penampilan Julia yang rapi dan elegan.
Julia tidak pernah mengecewakan. Kecantikan yang ia miliki, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian kemanapun ia pergi.
"Kamu siap?" Sera menoleh pada Julia yang telah siap dengan seatbeltnya.
"Oke." Julia mengangguk.
Sera mengemudikan mobilnya dan keluar dari pelataran rumah kakaknya tersebut. Meski rumah itu bertingkat dua dan terlihat sederhana. Nakun itu adalah satu - satunya peninggalan papa Julia.
Rumah itu memberikan tempat dan perlindungan bagi Julia, mama dan kedua adiknya.
"Sepertinya sedang ramai ya?" Julia berkomentar.
Tiba di panti asuhan tempat Sera ingin mengantarkan bantuan dari tempat ia bekerja. Mereka berdua melihat panti itu yang terlihat lebih ramai dari biasanya.
"Sepertinya ada donatur yang mendatangi mereka." Sera bergumam.
Mengangguk setuju mendengar ucapan Sera. Julia ikut turun dari mobil. Membantu wanita itu membawa beberapa bingkisan untuk anak - anak di panti itu.
"Permisi buk. Kami dari Swalayan Omega mart datang membawa bantuan untuk anak - anak panti seperti biasa."
Sera mendekati seorang wanita paruh baya yang berbincang dengan beberapa anak kecil. Wanita itu tersenyum sumringah mendengar ucapan itu.
"Iya. Kami sudah di beritahu oleh ibu panti tadi." Wanita paruh baya itu menjawab.
"Mari ikut saya ke ruangan ibu panti."
Ia mengajak Sera ikut yang langsung mengangguk. Menoleh pada Julia yang meminta ikut dengannya. Mereka berdua berjalan dengna tangan yang membawa bingkisan di tangan mereka.
Beberapa bingkisan itu di bantu bawa oleh wanita paruh baya itu tadi. Mereka bertiga melangkah menuju ruang ibu panti.
"Sepertinya sedang ramai ya bu. Ada acara untuk anak - anak panti ya?" Sera menoleh dan bertanya. Sedikit penasaran melihat suasana panti yang begitu ramai.
"Ada donatur baru yang datang berkunjung. Anak - anak panti dan para pengurus sengaja menyambut kedatangan donatur itu. Karena selama ini, donatir itu enggan berkunjung dan memperlihatkan wajahnya. Yah, kami sangat antusias. Donatur itu adalah salah satu donatur terbesar di panti ini. Yang menjadi tuang utama keberlangsungan hidup para anak panti."
Sera dan Julia saing melirik dan mengangguk mendengar penjelasan itu. Sepertinya donatur ini adalah seorang konglomerat. Terlihat dari kondisi panti yang begitu makmur.
"Ternyata donatur kami adalah lelaki muda yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Siapa sangka jika jaman sekarang akan melihat donatur utama sebuah panti yang masih single. Sangat mengagumkan bukan?"
Sera dan Julia yang terkejut mendengar penjelasan itu, mengangguk cepat. Lelaki muda single dengan jiwa sosial yang tinggi? Sangat jarang ditemukan di masa sekarang.
"Tutur bahasanya yang sopan. Juga sikapnya yang gentleman. Lelaki muda itu sangat tampan dan rendah hati. Sungguh lelaki impian sejati."
Sera dan Julia terkikik, melihat wanita paruh baya itu yang terlihat tersipu dengan gambaran lelaki itu. Sepertinya wanita peruh baya itu sangat menyukai lelaki yang ia ceritakan.
"Ibu sepertinya jatuh cinta pada lelaki itu." Sera tidak bisa menahan diri untuk menjawab.
'Tuk!'
Sebuah sikutan ia dapatkan dari Julia yang meliriknya tajam. Namun Sera memilih mengabaikannya.
"Jika saja saya masih muda. Saya pasti sudah jatuh cinta pada lelaki itu."
Jawaban yang sangat tidak di duga sama sekali. Julia sampai melotot mendengarnya. Pesona lelaki itu sepertinya sangat dahsyat. Wanita paruh baya saja sampai mengidolakan ia seperti ini.
"Mari masuk." wanita itu mempersilahkan Sera dan Julia ikut masuk bersamanya setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.
Ketiganya memasuki ruangan ibu panti. Yang sepertinya tidak sendirian. Ada dua lelaki dengan setelan jas yang rapi.
Tatapan Julia terpaku pada lelaki muda yang tersenyum kecil pada ibu panti. Mereka berjabat tangan, dan lelaki sepertinya berpamitan pada ibu panti itu.
"Bu ini ada utusan dari Omega mart datang seperti biasanya."
Perkataan itu sama sekali tidak menyadarkan Julia dari keterpukauannya. Ia masih diam mepihat lelaki itu yang mengangguk singkat.
Melewati Julia dengan lelaki yang lebih tua di belakangnya. Meski tidak ada sapaan apapun. Namun senyuman lelaki itu mampu membuat dunia Julia serasa berhenti.
'Deg!'
'Deg!'
'Deg!'
Detak jantung Julia bertaku sangat kencang. Nafasnya serasa berhenti, saat lelaki itu melintas dari hadapannya.
'Lelaki yang sangat mempesona. Dan senyuman itu. Senyuman paling indah menurut Julia, sepanjang ia hidup.'
........................
jadi strong woman Thor