Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Impian
"Aku gak akan biarkan dia dapetin Felix. Dia itu cinta pertamaku, milik ku. Satu-satunya orang yang pantas untukku, untuk jadi kekasih dan suamiku hanya putra mahkota, Pangeran Felix," ungkap Putri Daniella.
Putri Daniella sudah mengenal Felix sejak kecil, saat orang tuanya Raja Henrik dan Ratu Sofia dan orang tua Pangeran Felix, Raja Victor Rasmus dan permaisuri Isabelle, saling berkunjung, dia sering bertemu dan bermain dengannya.
Felix adalah pria idamannya sejak kecil. Sampai sekarang mereka masih berteman, dia berharap suatu hari putra mahkota itu memilihnya sebagai calon istrinya.
Tak perduli mereka beda negara, itu tak masalah, bukan hal besar untuk mereka bisa bersatu.
Tapi, pangeran tampan yang digilai banyak wanita itu sampai saat ini hanya menganggapnya teman.
Putri Daniella tidak tau apa kekurangannya, sehingga putra mahkota itu tidak menganggapnya spesial ataupun jatuh cinta padanya.
Begitu juga dengan media, meski mereka kerap tampil di publik, terlihat begitu akrab dan hangat, hubungan mereka hanya dianggap sebagai "teman yang hangat". Tak lebih dari itu.
Tak ada satupun media, majalah, pemberitaan online atau di media sosial yang merumorkan Putri Daniella dan Pangeran Felix menjalin hubungan cinta.
Melainkan hanya teman saja. Berbeda saat Pengeran Felix sedang dikerubuni cewek-cewek, selalu saja ada gosip salah satu dari mereka teman kencan putra mahkota kerajaan Nordik itu.
Putri Daniella tak ambil pusing jika Felix digosipkan dengan gadis-gadis itu. Dia hanya fokus pada satu gadis saja yang dianggap saingan terberatnya untuk mendapatkan hati pria itu, yaitu Sabrina.
Pun begitu, gadis itu tak putus asa dan berkecil hati. Tak ada dalam kamusnya sebagai seorang yang perfeksionis kata menyerah.
Dia harus mendapatkan apapun yang dia mau dan inginkan. Saat itu bertekad akan meluluhkan hati sang pangeran apapun caranya.
Magnus Felix harus jadi kekasihnya. Dan, akhirnya keinginannya tercapai, Pangeran Felix mengumumkan hubungan mereka.
Putri Daniella dan putra mahkota bisa bersama, direstui keluarga, dicintai dan dielu-elukan publik. Putri Daniella berpikir, hidupnya sudah sempurna, apa yang diinginkannya tercapai, impiannya menjadi kekasih dan calon istri pangeran Felix terwujud.
Namun, dia tak pernah membayangkan, rumor dating antara Pangeran Felix dan Sabrina kembali muncul, disertai foto-foto mereka saat liburan di atas kapal atau yacht.
Hal itu benar-benar membuatnya sedih dan terluka.
Dan sore menjelang malam ini, setelah dia membaca berita dating tersebut, dia meminta sopirnya Erik, membawanya ke suatu tempat, kemana saja.
Dia ingin menenangkan dirinya, menenangkan pikirannya.
Di bawah langit senja yang mulai gelap, dengan sisa cahaya matahari yang memudar seperti luka yang tak kunjung sembuh, Putri Daniella duduk di jok belakang Land Rover Defender, matanya kosong menatap ke luar jendela.
Udara di dalam mobil terasa berat, dipenuhi aroma kulit jok yang baru dan sedikit bau tanah basah dari jalan setapak yang mereka lewati.
Erik, di kursi pengemudi, terus meliriknya melalui kaca spion, hatinya ikut teriris melihat gadis yang dicintainya dalam diam itu begitu rapuh.
Wajah Daniella, yang biasanya angkuh dan penuh semangat, kini pucat seperti salju musim dingin, mata hijaunya redup seperti danau yang beku.
Dia ingin sekali berhenti, memeluknya, dan berkata bahwa segalanya akan baik-baik saja-tapi statusnya sebagai sopir, anak petani dari Desa Vilkrad, membuatnya hanya bisa diam.
"Saya sudah menghubungi Pangeran Gustav, memberitahukan kita akan ke luar kota sebentar," katanya pelan, suaranya lembut seperti hembusan angin malam, berusaha mengisi keheningan yang menyesakkan.
"Baguslah, biar mereka gak khawatir dan mencari-cari aku," jawab Daniella datar, masih fokus pada pemandangan di luar-pohon-pohon birch yang mulai gundul di akhir musim gugur, daun kuning berguguran seperti air mata yang tak tertahan.
Ponselnya berdering lagi, nama Felix berkedip di layar, tapi dia menolak panggilan itu untuk kesekian kali, lalu mematikannya.
********