NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:963
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

​Setelah berhasil menenangkan ibunya, Aryan kembali mengunci kamar rahasianya. Ia tahu, meskipun ibunya sudah tenang, ketegangan itu tetap ada. Aryan harus tetap tampil sebagai anak yang baik dan santun, menutupi semua perbuatan jahatnya. Obsesinya pada Rina juga semakin kuat. Ia memutuskan untuk segera menikahi Rina.

​Beberapa bulan kemudian, Aryan dan Rina menikah. Pesta pernikahan mereka sangat meriah, diadakan di salah satu hotel terkenal di kota Jakarta. Semua teman Rina yang dulu meremehkan Aryan, kini hadir dan memuji habis-habisan kesuksesan Aryan.

​Di pelaminan, Aryan terlihat sangat bahagia dan sopan. Rina bersinar dalam gaun pengantinnya. Bagi Rina, ini adalah impiannya yang menjadi kenyataan, menikah dengan pria seorang tampan yang kaya dan sukses.

Dan tentu saja, ​Bu Ratih juga hadir di sana, ia tersenyum bangga, meskipun hatinya tetap menyimpan rasa khawatir yang begitu besar.

​Setelah mereka menikah, Rina hidup dalam kemewahan. Aryan selalu membelikannya barang mahal impian Rina. Namun, Aryan sering kali menghabiskan waktu di kamar ritualnya yang baru, yang dilengkapi kunci gembok lebih kuat dari sebelumnya. Ia bilang, itu adalah kamar rahasia, dan khusus untuk urusan bisnis, tetapi Rina merasa Aryan menyembunyikan sesuatu darinya.

​Suatu hari, Rina mengajak Aryan untuk mengunjungi salah satu kios bakso mereka.

​“Sayang, kita ke kios bakso yang di Depok yuk! Aku mau lihat suasananya, pengin lihat proses bikin baksonya,” ajak Rina.

​Aryan awalnya keberatan, ia beralasan ada urusan mendadak dengan seseorang. Tapi karena Rina terus merengek, akhirnya ia setuju, dan pura-pura akan membatalkan urusan yang ia bilang tidak terlalu penting.

​“Oke, Sayang. Tapi jangan lama-lama ya, aku ada telepon penting nanti, kalo nggak, nanti aku batalin saja urusannya, karena nggak terlalu penting juga,” jawab Aryan dengan lembut.

​Aryan dan Rina tiba di Kios Bakso Bang Aryan yang memang selalu padat oleh pembeli. Kios itu terlihat bersih dan tertata rapi. Rina sangat bangga berjalan di samping suaminya.

​Saat Aryan sedang mengobrol santai dengan seorang pekerjanya, sebut saja kepala koki, tiba-tiba terdengar keributan dari meja depan.

​“Heh! Pelayan! Ini bakso apaan?! Jorok banget!” teriak seorang pria berbadan besar dengan wajah kesal. Ia ditemani dua temannya yang juga terlihat sangar.

​Suasana di kios itu langsung hening. Para pembeli mulai berbisik-bisik.

​Aryan yang mendengar keributan itu,segera menghampiri meja itu dengan langkah tenang. Ia memasang wajah ramah dan santunnya.

​“Selamat siang, Bapak. Ada apa ya? Mohon maaf kalau ada kekurangan,” tanya Aryan dengan suara sopan.

​Pria itu menggebrak meja. “Kurang ajar kalian ya?! Lihat ini! Ada kecoa di mangkok saya! Kalian nggak menjaga kebersihan, kalian mau bunuh saya ya?!”

​Semua mata tertuju pada mangkok bakso yang memang ada benda kecil hitam di dalamnya. Para pembeli mulai khawatir, dan beberapa orang mengambil foto dengan kamera ponsel mereka. Rina yang melihat itu langsung panik dan wajahnya memerah.

​Aryan tetap tenang. “Aduh, maafkan kami, Bapak. Kami jamin kios kami bersih, tapi mungkin ini hanya kecelakaan kecil. Sebagai permintaan maaf saya, Bapak dan teman-teman Bapak, tidak perlu bayar, semua gratis untuk Bapak, dan kami akan ganti rugi. Berapa kompensasinya, Pak?” Tanya Aryan dengan nada lembut, namun menusuk.

​Pria itu langsung tersenyum licik. “Kompensasi apa? Saya sudah nggak nafsu makan, saya bisa laporin kalian ke dinas kesehatan! Saya minta lima puluh juta! Kalau nggak, besok saya pastikan, warung ini akan ditutup!”

​Rina terkejut. "Astaga, lima puluh juta?! Itu pemerasan, Sayang!"

​Aryan memberi isyarat agar Rina diam. Ia tahu, ini adalah rencana jahat dari pesaing bisnisnya, atau preman yang ingin memeras.

​Aryan tersenyum ramah kepada preman itu. “Lima puluh juta ya, Pak? Baik. Saya bisa saja berikan sekarang juga. Tapi, sebelum itu, saya mau pastikan dulu.”

​Aryan mengambil benda hitam di mangkok itu dengan selembar tisu. Ia mengamatinya sebentar, lalu ia menciumnya.

​“Maaf, Bapak,” kata Aryan, matanya menatap lurus ke mata preman itu, namun senyumnya tetap ada. “Ini bukan ini bukan kecoa ya Pak. Ini potongan pangsit yang direndam di kopi. Serangga tidak akan berbau kopi. Kalian mau memeras saya ya?” Tanya Aryan dengan nada mengancam.

​Wajah ketiga preman itu langsung berubah pucat. Mereka tidak menyangka Aryan akan seberani dan seteliti itu.

​“Kamu ngarang!” gertak preman itu, mencoba membela diri.

​Aryan tertawa kecil, seperti tawa ramah seorang pengusaha. “Begini saja, Pak. Mau saya panggil Polisi, karena Bapak sudah memfitnah usaha saya? Atau mau saya bayar lima puluh juta, tapi setelah itu kalian berurusan dengan saya, dan saya pastikan, orang saya akan datang ke rumah kalian?”

​Aryan tidak menjelaskan bahwa orang itu adalah Jaka dan koneksi gelapnya.

​Mendengar ancaman halus itu, ketiga preman itu langsung keluar, dan pergi dari tempat itu.

​Aryan menoleh ke para pelanggannya, yang dari tadi terdiam. Ia tersenyum ramah dan santun, seolah baru saja menyelesaikan masalah sepele.

​“Mohon maaf atas gangguan kecil ini, Bapak dan Ibu. Sebagai permintaan maaf, semua yang makan hari ini gratis! Silakan menikmati!” ucap Aryan mengumumkan.

​Semua pelanggan yang sedang duduk si sana, langsung bersorak dan memuji Aryan sebagai pengusaha yang hebat.

​Rina menatap suaminya dengan perasaan kagum, tetapi juga takut. Suaminya yang terlihat santun dan baik, ternyata menyimpan keberanian dan sisi gelap yang mengerikan. Rina merasa semakin penasaran, siapa sebenarnya Aryan ini?

---

​Di dalam mobil saat perjalanan pulang, Rina memeluk lengan Aryan.

​“Sayang, kamu tadi keren banget! Kok bisa tahu itu bukan kecoa, tapi kulit pangsit?” tanya Rina, matanya berbinar.

​Aryan tertawa kecil, sambil memegang setir mobil . “Gini, Sayang. Pengusaha itu harus jeli. Aku tahu banget aroma kecoa. Bau kopi dan kulit pangsit itu beda. Aku yakin itu jebakan dari pesaing.”

​“Pesaing? Siapa yang tega berbuat jahat gitu?”

​Aryan menghela napas, ekspresinya berubah menjadi sedikit tegang, namun ia berusaha menutupinya dengan senyuman lelah. “Sudahlah, Sayang. Dunia bisnis itu kejam. Semakin kita sukses, semakin banyak yang iri. Kamu nggak usah khawatir, aku bisa mengurusnya. Yang penting, kamu bahagia di rumah.”

​Aryan tidak ingin Rina tahu bahwa ancamannya kepada preman itu bukan isapan jempol belaka. Ia memang memiliki koneksi gelap yang bisa menyingkirkan siapa saja yang mengganggu bisnisnya. Kekuatan yang ia dapatkan dari perjanjian gelap itu, tidak hanya memberinya uang, tetapi juga kekuasaan untuk mengendalikan orang-orang jahat seperti preman dan bahkan polisi.

​Sementara itu, ketiga preman itu segera melapor kepada bos mereka, Pak Broto.

​Pak Broto adalah seorang pengusaha bakso yang cukup sukses, memiliki tujuh cabang di Jakarta. Selama bertahun-tahun, ia menganggap dirinya raja bakso di wilayah itu. Namun, sejak Bakso Bang Aryan muncul, kiosnya mulai sepi, omzetnya menurun. Ia merasa, Aryan adalah pesaing berat yang harus segera disingkirkan.

​Pak Broto adalah orang yang kejam dan licik. Ia tidak segan menggunakan cara kotor untuk mempertahankan posisinya, termasuk menyewa preman untuk menyingkirkan pesaingnya.

​Mereka bertemu di sebuah gudang tua yang dijadikan markas Pak Broto.

​“Gimana?! Kalian berhasil?!” tanya Pak Broto dengan wajah merah karena marah, sambil menghisap rokok kreteknya dalam-dalam.

​Preman berkumis tebal, Jarwo, ia yang memimpin aksi itu menunduk ketakutan. “Gagal, Bos. Kami gagal. Aryan ternyata lebih licik.”

​“Gagal gimana?! Tinggal taruh kecoa saja kalian bisa gagal! Dasar bodoh!” bentak Broto, membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya.

​“Bukan, Bos. Kami memang bawa kecoa, tapi Aryan nggak sebodoh yang kami kira , Bos. Dia tahu itu bukan kecoa. Dia bilang itu kulit pangsit yang direndam kopi,” jelas preman itu gemetar. “Dia pintar, Bos. Malah kami yang dituduh mau peras mereka. Kami juga diancam, Bos. Katanya dia punya orang-orang kuat yang bakal datang ke rumah kami.”

​Pak Broto tertawa sinis, namun ada nada khawatir dalam tawanya. “Orang kuat? Ah, paling cuma gertakan! Dia itu dulunya cuma tukang ojek, mana punya orang kuat!”

​“Bukan cuma gertakan, Bos. Tatapan matanya itu serem banget. Dia bilang dia akan kirim orang buat nyamperin kami. Makanya kami langsung kabur,” tambah preman yang lain.

​Pak Broto terdiam. Sudah lama Ia mengenal dunia preman dan pemerasan. Jika itu hanya sebatas gertakan, preman-preman itu tidak akan lari tanpa perlawanan.

​“Sialan! Anak baru itu bener-bener nantangin gue!” gerutu Pak Broto. “Baiklah, kalau dengan cara itu nggak berhasil, kita pakai cara lain! Kita hancurkan pelan-pelan!”

​Pak Broto mulai memutar otaknya. Ia harus mencari cara lain yang lebih efektif untuk menghancurkan usaha Bakso Bang Aryan tanpa menimbulkan keributan yang menarik perhatian polisi.

​“Dengar! Kalian cari informasi ke dalam. Cari tahu, di mana Aryan menyimpan rahasia resep baksonya. Mungkin dia pakai bahan-bahan yang ilegal atau berbahaya! Kalau sudah dapat, kasih tahu gue! Kalian cari orang, suruh dia pura-pura jadi karyawan baru di kiosnya. Hancurkan nama baiknya sampai ke akar-akarnya!” perintah Pak Broto dengan kejam.

​Ketiga preman itu mengangguk patuh, kini mereka harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas untuk menyenangkan bos mereka.

​Di sisi lain, Aryan yang sedang dalam perjalanan pulang bersama Rina, merasa ponselnya bergetar di saku kemejanya. Itu adalah pesan dari Jaka.

​Jaka: Mas, barusan ada 3 preman yang lari dari kios. Saya lihat mereka masuk mobil pick up yang tadi pagi saya foto. Mereka orangnya Pak Broto. Mereka sudah saya lacak, Mas. Mau diapakan mereka?

​Aryan tersenyum tipis. Ia sudah tahu. Kekuatan gelap di belakangnya memberinya mata di mana-mana.

​Aryan: Biarkan saja dulu. Awasi terus Pak Broto. Kalau dia berani sentuh kiosku lagi, langsung tangani. Jangan sampai ada jejak.

​Aryan menyimpan ponselnya. Ia menoleh ke Rina yang sedang asyik memandang jalanan kota. Ia mengelus rambut Rina dengan lembut, wajahnya kembali dipenuhi dengan topeng kasih sayang. Ia harus melindungi Rina dan bisnisnya dari siapa pun, termasuk dari dirinya sendiri.

1
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!