NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Tiga bulan telah berlalu, selesai sudah masa Iddah Hagia. Perceraian adalah sesuatu yang tidak pernah Hagia harapkan, namun ternyata terjadi dalam hidupnya. Heru, yang Hagia harap bisa menjadi sandaran hidupnya, namun hanya menjadi pengalaman saja.

Tidak ada penyesalan dalam hati Hagia pernah menjadi istri Heru, karena dari pernikahan itu pula, hadirlah Hasya. Meskipun bukan lambang buah cinta yang begitu dalam, namun Hagia sangat menyayangi Hasya, walaupun kini membenci ayah dari anak kandungnya.

Di kediaman Ismail, mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Hari ini adalah hari yang dijanjikan Biru, untuk mengatakan siapa wanita pilihannya kepada Salma dan Mail.

Biru terlihat beberapa kali menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugupnya, apalagi melihat wajah serius Salma. Berbeda dengan Mail dan Bilal yang terlihat santai.

"Sudah lebih dari 10 menit, tapi kamu belum bicara, Gus." kata Salma gemas melihat tingkah putranya. "Gimana nanti kalau kamu melamar wanita itu," ledek Salma menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Biru sudah melamarnya satu bulan yang lalu," kata Biru membuat ketiga orang yang ada dihadapan terkejut.

"Apa?" Salma bahkan kembali menegakkan tubuhnya. "Kamu melamarnya? Tanpa Abi dan Umi!" kata Salma tidak percaya dengan langkah Biru.

"Gus, jawab pertanyaan Umi." desak Mail. Kali ini Mail berada di pihak sang istri.

Biru menatap Mail, lalu menganggap pelan. "Biru hanya memastikan kalau dia tidak menolak lamaran Biru, saat Biru datang bersama Abi dan Umi." jelas Biru. Bilal hanya tersenyum mendengar penjelasan kakaknya, ia tidak menyangka jika Biru nekad melamar wanita yang masih dalam masa Iddah.

"Terus, dia menerima lamaran mu?" Salma semakin kesal mendengar jawaban Biru. Memangnya siapa wanita yang berani menolak lamaran putranya? Biru termasuk salah satu pria sempurna yang di idamkan banyak wanita, alangkah bodohnya wanita itu menolak lamaran Biru.

"Biru belum tahu, Biru harap dia menerima lamaran Biru." terakhir bertemu dengan Hagia, wanita itu sama sekali tidak membahas tentang lamarannya. Wajar saja, karena Hagia memang belum selesai dengan masa Iddah nya

"Memangnya siapa wanita itu? Sehebat apa dia sampai berani menolak lamaran kamu?" heran Salma mendengar cerita Biru. "Katakan, siapa wanita itu?" desak Salma. Biru menatap Salma dan Mail secara bergantian, niatnya untuk memperistri Hagia sudah bulat. Akan tetapi, Biru takut jika ada penolakan dari orang tuanya, terutama Salma.

"Sebelum Biru mengatakan siapa nama wanita ini, Biru ingin mengatakan pada Abi dan Umi." Biru mengambil nafas dalam-dalam. "Biru sudah lama menyukainya, bahkan sejak Biru masih kecil, Biru juga berjanji pada ayahnya kalau sepulangnya Biru dari pesantren lima tahu yang lalu, Biru akan melamarnya." jelas Biru membuat dalam dan Mail semakin penasaran.

"Jangan ngarang kamu, masa iya masih kecil sudah ...," namun kata-kata sinis Salma langsung dipotong Biru.

"Awalnya Biru juga tidak percaya, tapi nyatanya sampai sekarang Biru masih sangat menyukainya." sela Biru. "Saat Biru memikirkan pernikahan, hanya dia yang Biru inginkan untuk menjadi mempelai wanitanya." Salma tercengang mendengarnya.

"Jadi, Biru minta sama Abi dan Umi untuk menghargai pilihan Biru. Dia satu-satunya wanita yang Biru inginkan menjadi pendamping hidup." pinta Biru dengan tatapan memohon.

"Jadi siapa wanita itu?" desak Salma tidak sabar.

"Biru minta jangan memandangnya rendah, apalagi mempermasalahkan statusnya."

"Status?" ulang Salma, perasaannya mulai tidak enak.

"Apa Abi pernah memandang orang seperti itu?" ucap Mail, Biru menggeleng pelan, namun pria itu menatap Salma.

"Umi hanya ingin yang terbaik," kata Salma membela diri. "Cepat katakan siapa wanita itu," Salma semakin tidak sabar.

"Namanya, Hagia Sophia Ameera Ansori." seketika Salma dan Mail terdiam.

"Hagia Sophia Ameera Ansori, sepertinya tidak asing." gumam Salma masih mengingat-ingat siapa pemilik nama itu.

Mail menatap serius putranya. "Kamu yakin ingin menikahinya?" tanya Mail yang sudah tahu siapa pemilik nama itu.

"Insyaallah, Biru sangat yakin." jawab Biru tanpa ragu. Mail hanya mengangguk dan melihat sang istri yang masih berusaha keras mengingat nama itu.

"Abi tidak masalah dengan pilihan mu ...,"

"Tunggu dulu, memangnya Abi sudah tahu siapa wanita itu?" sela Salma, Mail mengangguk.

"Dia Hagia, putrinya Malik." kata Mail membuat Salma ternganga tidak percaya.

"Apa! Maksud Abi, Hagia itu? Janda." kata Salma memperjelas maksud suaminya.

"Iya," sahut Mail membuat Salma menatap nyalang putranya.

"Apa kamu waras, Gus? Hagia itu janda, bahkan belum selesai masa Iddah nya ...,"

"Sudah selesai Umi, Biru bisa menghitungnya." sela Biru.

"Kamu!" Salma kehilangan kata-kata mendengar kalimat Biru. "Apa didunia ini sudah tidak ada gadis lain? Kenapa harus Hagia? Dia itu janda, sudah punya anak! Dan dia jauh lebih tua dari kamu." kata Salma berapi-api. "Hilya jauh lebih baik dari Hagia. Umi tidak setuju!" pungkas Salma melipat tangannya di dada.

Salma pikir, wanita yang dimaksud Biru itu jauh lebih baik dari Hilya. Akan tetapi kenyataannya, sangat tidak sesuai dengan pikirannya. Apalagi status nya seorang janda, membuat Salma semakin tidak setuju.

"Tapi Biru mencintai ...,"

"Cinta saja tidak cukup! Jangan membantah Umi!" sungut Salma, napasnya masih memburu karena emosi.

"Istighfar, Umi." kata Mail lembut, namun mendapat tatapan tajam dari sang istri.

"Jangan membelanya! Abi gak perlu membujuk Umi, karena Umi tetap tidak setuju!" kata Salma keras kepala.

"Maaf, Umi. Tapi, dengan atau tanpa restu Umi. Biru akan tetap menikahi Mbak Hagia," putus Biru tidak kalah keras kepalanya.

"Gus," tegur Mail.

"Itu keputusan Biru." Biru beranjak dan pergi.

"Abi liat! Belum apa-apa aja Biru sudah berani melawan Umi, apalagi nanti." kesal Salma. Mail menarik napas dalam-dalam.

"Umi jangan terlalu keras sama, Biru," ujar Mail selembut mungkin.

"Abi jangan belain Biru terus! Abi terlalu manjain dia, sampai dia melawan begini." Salma menyalahkan Mail.

"Abi, Umi." ucap Bilal yang sejak tadi hanya diam. "Bilal tidak bermaksud menggurui Abi sama Umi. Tapi, coba Umi pikirkan perasaan mas Biru." kata Bilal dengan hati-hati.

"Bilal tahu betapa besar cinta mas Biru pada mbak Hagia. Betapa hancur hatinya mas Biru melihat mbak Hagia menikah dengan pria lain," Bilal mengingat masa-masa terpuruknya Biru saat itu, karena hanya dirinyalah yang tahu jika Biru menyukai Hagia. "Sejak itu, mas Biru tidak pernah melihat atau tertarik dengan perempuan lain. Bahkan dengan Hilya, yang menurut Umi wanita sempurna," ujar Bilal.

"Bilal yakin, Umi lebih paham gimana sifat mas Biru." kata Bilal pelan sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu.

Salma masih terdiam mendengar penuturan Bilal. Ia sangat tahu jika sifat Biru lebih keras darinya, tapi untuk merestui Biru dan Hagia, masih sangat berat bagi wanita berusia 54 tahun itu.

"Umi renungkan ini baik-baik, tidak ada salahnya Biru menikah dengan janda. Karena Abi sama sekali tidak mempermasalahkan status dan usia Hagia. Yang terpenting adalah kebahagiaan Biru." kata Mail menasehati Salma.

"Menikahi seorang janda juga tidak semudah itu, butuh mental dan niat yang kuat. Karena tanggung jawabnya besar, apalagi Hagia sudah memiliki Hasya. Biru bukan hanya menjadi suami, tapi langsung menjadi seorang ayah. Abi akan sangat bangga, jika Biru mampu memikul tanggung jawab besar itu. Karena tidak semua pria mampu melakukannya," Mail mengungkapkan sudut pandangnya tentang tanggung jawab pria yang menikah janda.

*

*

*

*

*

TBC

1
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!