NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. Kesan pertama

“Astagfirullah ....”

Sellina segera membalikkan badan saat melihat dua orang tengah asyik berciuman. Sedang Elena hanya menggeleng pelan.

“Ehem ... Pak Ezra,”  sapa Elena. Ia terlihat santai seperti sudah terbiasa dengan hal itu.

Dengan bibir yang masih menyatu mereka melirik ke arah Elena dan Sellina. Elena menatap tajam ia mengisyaratkan wanita yang bersama Ezra untuk keluar. Segera mereka menyudahi ciuman itu, wanita itu juga bergegas keluar.

Sellina kembali menatap ke arah Erza saat dia yakin mereka sudah menyudahi adegan yang di rasanya sangat tidak pantas di lakukan saat jam kantor.

Matanya segera berfokus ke papan nama yang ada di meja, ‘Erza Matthew, Manager’ mengetahui itu membuat jantung Sellina tiba-tiba berdetak kencang.

‘Apa? Manager.  Jadi aku ... aku sekretaris manager. Langsung setinggi ini, dan aku bilang bakalan negur dia jika dia buat salah, yakin aku berani?  Jika yang aku tegur adalah yang punya hotel ini?’ batin Sellina berkecamuk, seakan tak percaya dengan apa yang akan ia hadapi.

Tatapan Erza beralih ke Sellina. “Apa lagi sekarang, Elena? Siapa dia? Apa kau bawa ustazah ke sini. Kau di suruh bawa dia buat ceramahin aku, begitu?”

“Tidak, Pak Erza. Dia bukan ustazah,” ucap Elena dengan nada rendah.

“Lalu ...” ujar Erza, matanya menyipit sambil mengetuk-ngetuk sandaran kursi dengan jemari.

Elena menyentuh bahu Sellina memintanya selangkah lebih dekat. “Dia sekretaris baru Anda, Pak. Namanya Sellina.”

“Apa, Sekretarisku?” sentaknya dengan nada meninggi. Ia memijat keningnya dengan jari telunjuknya. “Aku kan sudah bilang. Kriteria sekretaris yang aku mau, tapi ini ... ini mah ibu-ibu mau pengajian, tau. Gimana sih kau, Elena.”

Erza mendesis, matanya menyipit menatap Elena yang berdiri di hadapannya. Ia lalu bersandar di kursi sambil memijat keningnya yang terasa berdenyut.

Di sisi lain Sellina diam-diam mengamati sosok pria yang duduk di kursi kebesaran itu.

Seorang manager? Pikirannya mencemooh.

Pria itu terlalu biasa, bahkan cenderung lusuh. Kaos oblong polos yang dipadukan dengan celana jeans belel, serta sepatu sneakers yang tampak usang, sama sekali tidak mencerminkan jabatannya. Lebih cocok jadi anak kuliah han yang salah kostum.

Sellina jadi teringat sesi wawancara beberapa waktu lalu. Pertanyaan-pertanyaan aneh sempat membuatnya bingung kini terjawab sudah.

‘Bagaimana bisa orang seperti dia jadi manager?’ batin Sellina, matanya tak lepas dari sosok pria yang kini tengah menguap lebar.

Darah Sellina mendidih. Tatapan merendahkan dari atasannya membuatnya merasa di remehkan.

Ia menarik nafas dalam-dalam, berusaha meredam gejolak emosi yang nyaris meledak.

“Maaf Pak.”

“Saya rasa Anda salah menilai. Anda tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya saja. Saya akan buktikan bahwa saya mampu memberikan yang terbaik. Jika nanti ternyata Anda tetap tidak puas, saya siap menerima konsekuensinya.”

Mendengar penjelasan Sellina, Erza yang sedari tadi memasang wajah masam, tiba-tiba menunjukkan perubahan. Sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya.

Ia bangkit dari kursi, dengan langkah perlahan, Erza mendekati Sellina. Ia mengitarinya, meneliti penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Sellina berusaha mempertahankan ketenangannya, meskipun jantungnya berdegub kencang.

“Baiklah,” kata Erza dengan nada datar. “Buktikan ucapanmu. Jika kau gagal, jangan salahkan aku jika langsung memecatmu! Aku ada urusan. Kau urus semuanya di sini.”

“Aku harus minta pertanggung jawaban ‘Nyonya Bos’ itu.” Erza bergumam sebelum meninggalkan ruangan.

Elena dengan sigap mengantar Sellina ke mejanya. Maklum, Erza si playboy itu selalu menempatkan sekretarisnya satu ruangan dengannya. Alasannya? Entahlah, mungkin agar lebih mudah mengawasi.

Ruangan Erza sendiri bukan main luasnya.

Meja kerja dari kayu mahoni berpadu dengan sofa kulit mewah, menciptakan kesan nyaman sekaligus berwibawa.

Meja Sellina sendiri berada di sudut kanan ruangan. Warnanya abu-abu kalem, tidak terlalu besar namun tampak kokoh. Sellina mengusap permukaannya yang halus, seolah menyalurkan semangat baru.

“Akhirnya, aku kerja juga!” gumamnya menyemangati diri sendiri. “Semoga betah, Sellina! Jangan sampai Cuma sehari.”

Ia pun mulai menata barang-barangnya di atas meja. Belum sempat Sellina duduk, Elena menyodorkan setumpuk berkas. “Ini jadwal dan kegiatan pak Erza. Susun ulang, konfirmasi ulang. Aku pergi dulu.”

Tanpa basa basi, Elena menghilang di balik pintu, meninggalkan Sellina sendiri.

Di lobi hotel yang megah, Erza berdiri dengan raut wajah tak sabar. Matanya menelisik setiap sudut, mencari sosok yang ditunggunya.

“Kita mau ke mana, Pak Erza?” tanya Elena, yang baru saja tiba dengan tergesa-gesa.

Erza menghela nafas berat, amarahnya sudah di ubun-ubun. “Tentu saja ke sarang nyonya bos! Aku mau protes habis-habisan. Apa maunya, sih. Sampai semua hal diatur olehnya!”

Elena hanya mengangguk patuh. “Baik, Pak Erza.”

“Kau juga sama saja! Sebenarnya kau ini asisten siapa, sih? Lebih nurut dia dari pada aku, bosmu sendiri!” gerutu Erza, melangkah lebar keluar pintu dari pintu hotel.

Elena hanya bisa mengekor di belakangnya, berusaha menenangkan atasannya yang sedang meradang. Aura kekesalan Erza memenuhi lobi, hingga menarik banyak perhatian para tamu hotel.

Elena dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Erza, lalu bergegas ke kursi kemudi. Mobil mewah itu meluncur membelah jalanan, menuju tempat yang disebut sebagai sarang nyonya bos.

Tak beberapa lama, mereka tiba di depan sebuah rumah megah berlantai empat. Bangunan dengan bergaya Eropa klasik itu berdiri kokoh di tengah rimbunnya pepohonan, memancarkan aura kemewahan yang tak berlebihan.

Namun, Erza tak tertarik dengan kemegahan rumah utama. Dengan langkah tergesa-gesa, ia justru menuju sebuah bangunan kaca yang terletak tak jauh dari sana.

Rumah kaca itu di penuhi dengan berbagai jenis tanaman bunga langka.

“Sudah kuduga, si nyonya pasti di sini!” gumam Erza, lalu dengan nada merengek ia memanggil, “Ma!”

Ternyata, nyonya bos yang dimaksud tak lain adalah ibunya sendiri.

Sebagai pemilik seluruh aset kekayaan keluarga, ibunda Erza memang memiliki kendali penuh atas bisnis mereka.

Erza dengan segala keunikannya memilih memanggil ibunya dengan sebutan nyonya bos. Semua keluarga sudah terbiasa dengan kebiasaan Erza yang suka memberi panggilan seenaknya kepada orang lain.

Mendengar panggilan itu, Dania berbalik dengan senyum merekah. Ia segera menanggalkan sarung tangannya dan merentangkan kedua tangan, menyambut putra kesayangannya.

“Anak mama sudah pulang,” ucapnya lembut.

Dengan wajah masih di tekuk, Erza menghampiri sang mama dan membenamkan diri dalam dekapannya.

Dania mengusap-usap rambut Erza, layaknya seorang anak kecil.

Namun, Erza segera tersadar dari kehangatan itu. Dengan wajah cemberut, ia mendongak menatap Dania. “Ini pasti ulah Mama, kan? Mama yang milih ustazah itu jadi sekretarisku! Mama dapat dia di pengajian mana, sih?”

Dania hanya menggeleng pelan, lalu berjalan menuju kursi rotan yang berada di tengah rumah kaca.

“Kamu jangan macam-macam dengannya, ya. Awas aja kalau kamu sampai berani menyentuh Sellina. Mama akan pastikan kamu gak akan dapat sepeser pun dari harta mama!” ancam Dania dengan nada tegas, namun senyum lembut tetap menghasi wajahnya.

“Hah ... demi dia Mama tega bilang begini ke aku!”

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!