NovelToon NovelToon
PERNIKAHAN DENDAM

PERNIKAHAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Dendam Kesumat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Menjelang pernikahan, Helena dan Firdaus ditimpa tragedi. Firdaus tewas saat perampokan, sementara Helena diculik dan menyimpan rahasia tentang sosok misterius yang ia kenal di lokasi kejadian. Kematian Firdaus menyalakan dendam Karan, sang kakak, yang menuduh Helena terlibat. Demi menuntut balas, Karan menikahi Helena tanpa tahu bahwa bisikan terakhir penculik menyimpan kunci kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Karan menurunkan tubuh Renata ke atas tempat tidur.

"Karan, ceraikan wanita itu. Kamu tidak akan pernah bahagia jika kamu hidup dengan Helena yang sudah membunuh adik kamu." ucap Renata yang sedang memanas-manasi Karan.

Karan terdiam sambil menatap wajah Renata yang memintanya untuk bercerai.

"Ren, setelah kamu membaik. Pulanglah dan jangan ke rumahku lagi." ucap Karan yang kemudian bangkit dan keluar kamar.

Ia kembali ke dapur untuk membopong tubuh istrinya.

Tetapi sesampainya di dapur, ia tidak melihat keberadaan Helena, Dion maupun Bi ifa.

"DION!!"

Karan langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Dion.

Dion yang sedang membopong tubuh Helena, tidak mempedulikannya dengan suara ponselnya yang berdering.

"D-dion, aku titip ini. J-jika aku tidak bisa diselamatkan. Tolong berikan ke Kak Karan dan katakan kalau dia dalam bahaya." ucap Helena yang kemudian memejamkan matanya.

Perawat meminta Dion untuk menunggu di luar ruang UGD.

Dion melihat sebuah flashdisk yang diberikan oleh Helena.

"Apa ini? Kenapa nyonya Helena mengatakan kalau hidup Tuan Karan dalam bahaya?" gumam Dion sambil menggenggam flashdisk hitam.

Sementara itu Karan sudah mengetahui keberadaan Dion dan Bi Fia yang membawa Helena pergi tanpa seijinnya.

Ia melajukan mobilnya sekencang mungkin menuju ke rumah sakit.

"Kalian berdua sudah melanggar peraturan yang aku buat dan jangan salahkan aku yang akan menghukum kalian." gumam Karan sambil memper

Tak berselang lama Karan telah tiba dan langkah kakinya terdengar saat berjalan di ruang UGD.

Dion bangkit dari duduknya saat melihat Karan yang sudah menemukan keberadaan dirinya.

Karan mengacungkan senjatanya ke arah Dion yang sedang berdiri di hadapannya.

"Kamu sudah berani mengkhianati aku, Dion. Aku tidak akan memaafkan kamu."

Dion memejamkan matanya dengan tangannya yang memberikan flashdisk dari Helena.

Karan menatap flashdisk hitam yang disodorkan Dion. Ujung pistolnya masih terarah lurus ke dada bawahannya itu.

“Apa ini?!” bentak Karan, matanya berkilat penuh amarah.

Dion menelan ludah, suaranya bergetar namun tetap tegas.

“Pesan dari Nyonya Helena. Dia bilanh kalau hidup anda dalam bahaya. Dan hanya benda ini yang bisa membuktikannya.”

Karan meraih flashdisk itu dengan cepat, lalu menampar tangan Dion yang masih terangkat.

Ia menatap benda kecil itu lama sekali, seolah-olah di dalamnya terkandung jawaban atas semua kecurigaannya.

“Bahaya? Dari siapa maksudnya?!” gertak Karan, menekan pelatuknya sedikit.

Dion menggelengkan kepalanya dan meminta Karan untuk memeriksa nya sendiri.

Karan bangkit dari duduknya dan meminjam laptop milik perawat yang ada disana.

Ia membukanya dan melihat Helena yang sedang berada di kamar mandi dengan wajah penuh ketakutan.

"Aku tidak tahu siapa kak Karan, wajah kak Karan seperti apa. Lekaslah pergi, Kak. Adikmu ingin membunuhmu. Dan jika aku tidak selamat dari perampokan yang sudah direncanakan oleh Firdaus, aku minta maaf."

Di layar laptop terlihat Helena yang menangis dan ketakutan saat mengetahui jika firdaus yang menyewa para preman untuk merampok toko emas.

"Adikmu masih hidup, Kak. Aku mencintaimu, Karan." ucap Helena sambil menggenggam kalung yang pernah Karan berikan sewaktu kecil.

Karan membelalakkan matanya saat melihat kalung itu.

"Helena? Jadi kamu Helena teman kecilku? Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Aku sudah menyiksa wanita yang melindungi ku dari bahaya."

Karan kembali melihat bukti dimana Firdaus melakukan pencucian uang dan kejahatan lainnya.

Dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Dion yang tadi mengantar Helena ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" tanya Karan.

Dokter menatap wajah Karan dengan tatapan kebencian.

"Apakah anda yang menyiksanya? Bagaimana bisa seorang suami menyiksa sampai punggung istri anda seperti itu?"

Dokter mengatakan kalau Helena mengalami koma.

"Koma?"

Tubuh Karan langsung lemas ketika mendengar perkataan dari dokter.

"Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU." ucap dokter yang kembali masuk kedalam.

Karan masih terdiam sampai ia dikejutkan suara ponselnya yang berdering.

Ia pun langsung mengangkat ponselnya dengan tatapan ragu-ragu.

"Halo kak Karan. Apakah kamu tidak merindukanku?" ucap Firdaus sambil tertawa terbahak-bahak.

Karan mencengkram erat kedua tangannya saat mendengar suara Firdaus yang masih hidup.

"Kak, terima kasih sudah menyiksa Helena yang ternyata masih mencintaimu. Aku sudah memohon untuk melupakan kamu. Tapi, dia tetap saja mengatakan kalau aku mencintai Karanku." ucap Firdaus.

“Firdaus, kamu masih hidup?” tanya Karan.

Tawa Firdaus menggema, dingin dan penuh ejekan.

“Tentu saja aku masih hidup, Kak. Kau pikir aku akan mati dengan mudah? Aku masih hidup dan aku sudah menyiapkan semuanya dengan rapi. Bahkan kau tidak sadar selama ini hanya menjadi bidak dalam permainanku.”

Suara Firdaus terdengar jelas di telepon, membuat jantung Karan berdegup semakin cepat.

“Aku sudah menyiapkan permainan ini lama sekali, Kak. Semua orang percaya aku mati, tapi nyatanya aku hanya menghilang demi menghancurkanmu perlahan.”

“Dasar pengecut! Kamu tega mengorbankan Helena demi ambisimu?!”

Firdaus yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.

“Helena? Dia hanya pion, Kak. Sama seperti semua orang di sekitarmu. Bedanya, dia masih terlalu polos dan dia memilih untuk melindungimu, padahal aku memberinya kesempatan untuk memilihku.”

"Lalu apa yang kamu janjikan kepada Helena sampai dia mau menikah denganmu?"

Suasana ruang tunggu rumah sakit menjadi semakin mencekam.

Karan berdiri kaku dengan ponsel menempel di telinganya, wajahnya tegang menahan amarah bercampur rasa bersalah.

Di seberang sana, suara Firdaus terdengar jelas, penuh sindiran.

“Ka.u ingin tahu apa yang kujanjikan pada Helena? Sangat sederhana, Kak. Aku berjanji untuk tidak membunuhmu dan ia seperti an**g yang patuh."

Karan menggeram, matanya merah menahan emosi.

“Kau memanipulasinya! Kau paksa dia menikah denganmu, hanya untuk membuatku menderita!”

Firdaus kembali tertawa terbahak-bahak dan semakin menyeramkan.

"Kak, selamatkan wanita mu sebelum hitungan mundur dan boom!"

Karan memandang wajah Dion dan segera ia berlari menuju ke ruang UGD dimana Helena akan dipindahkan ke ruang ICU.

"KELUAR SEMUA!! ADA BOM!!" teriak Kara sambil mendorong ranjang Helena.

Semua orang di ruang UGD sontak panik ketika mendengar teriakan Karan.

Para perawat dan dokter langsung berhamburan keluar, membawa pasien lain menjauh.

Alarm darurat rumah sakit pun berbunyi, lampu merah berkedip-kedip di koridor.

Karan mendorong ranjang Helena secepat mungkin ke arah pintu darurat.

Dion berlari di sampingnya, ikut membantu mengendalikan ranjang yang hampir terguling karena kecepatan.

Bi Fia sudah keluar bersama Nene dokter dan perawat.

BOOM!

Ledakan keras terjadi dan Karan langsung melindungi tubuh istrinya.

Asap tebal mengepul, serpihan kaca dan puing beterbangan di koridor rumah sakit.

Ledakan itu membuat sebagian dinding runtuh, menyisakan bau mesiu yang menusuk.

Karan masih menunduk, tubuhnya melindungi Helena yang tak sadarkan diri.

Telinganya berdenging keras, darah menetes di pelipisnya.

Namun tangannya tetap erat menggenggam ranjang istrinya.

“Helena, bertahanlah.” bisik Karan dengan suara serak.

Dion merangkak bangun, batuk keras akibat debu dan asap.

Ia menoleh ke arah Karan yang berusaha menarik ranjang melewati reruntuhan.

“Tuan! Kita harus segera keluar! Bangunan bisa runtuh!” teriak Dion, meski suaranya hampir tenggelam oleh sirene darurat.

Karan mengangguk, wajahnya tegang namun matanya penuh tekad.

Bersama Dion, ia mendorong ranjang keluar dari puing-puing yang masih berjatuhan.

Di luar, para pasien dan staf medis berhamburan, beberapa berteriak histeris.

Suasana kacau, lampu ambulans berputar, polisi dan pemadam kebakaran mulai berdatangan.

Karan menoleh ke rumah sakit yang kini porak-poranda, lalu menggertakkan giginya.

“Firdaus, kamu tidak hanya ingin aku menderita, tapi juga ingin menghancurkan semua yang kusayangi.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!