menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hukuman
**
" Kalau kamu tau kamu belum selesai, kenapa kamu mengingatkan saya tentang pr itu divaaa " Gus Zindan tampak begitu gregetan berbicara dengan diva.
Di antara beberapa santri yang juga belum selesai mengerjakan pr, Gus Zindan malah sibuk melayangkan berbagai pertanyaan pada diva, serta meluapkan kekesalannya pada diva.
" Loh seharusnya Gus Zindan itu bilang makasih sama diva, karena diva udah bantu ingetin Gus Zindan. Urusan diva belum siap ngerjakan pr, ya itu urusan belakangan. Diva kan baik. " Jawabnya dengan enteng.
Gus Zindan mengusap wajahnya dengan kasar, ia menarik kursinya kemudian duduk di depan diva, namun dengan posisi sedikit menyamping.
" Iya, kamu baik, baik banget malahan. Saya jadi berfikir, di dunia ini selain kamu, ada lagi ga ya perempuan yang baik? Biar saya nikahin. Oh atau kamu aja yang saya nikahin " celetuk Gus Zindan di tengah kekesalannya dan rasa gregetnya terhadap diva.
Rasanya kepala Gus Zindan ingin pecah saja jika berhadapan dengan diva. Dan anehnya, tiasa hari Tampa bertemu dengan diva, entah tuhan yang memang sengaja selalu menyelipkan pertemuan mereka atau memang hanya kebetulan saja.
Begitulah hidup, yang di cari pasti tidak akan kelihatan dan yang tidak di cari nyaris ada setiap saat.
" Mendengarnya saja diva tidak Sudi, apalagi menjalaninya. Ogah Gus ogahhh!! " Balas diva, ia memeluk tubuhnya sendiri, merasa begitu merinding.
Sisi, Kayla dan Dila saling menatap satu sama lainnya, diam diam mereka tersenyum kecil. Melihat perbedaan antara Gus Zindan dan diva adalah hal yang paling menyenangkan.
" Kenapa? Saya ganteng kok, banyak yang mau sama saya, kenapa kamu ga mau? "
" Kebetulan diva anomali, ga suka Gus Gus-an. Sukanya dukay "
" Apa itu? "
" Duda kaya "
" Yaudah nanti saya nikah dulu sama sisi atau Kayla, atau Dila. Setelah itu saya ceraikan, dan menikah sama kamu. "
Gus Zindan melirik ketiga teman diva yang tampak melotot, kaget mendengar perkataannya. Gus Zindan sendiri tidak tau, kenapa asbun nya hingga membawa bawa nama ketiga santri tersebut, padahal ada banyak santri putri di pondok pesantren ini.
" Idih najong! Apa apaan banget. " Diva memutar bola matanya dengan malas, lama kelamaan ia merasa ilfeel juga pada Gus Zindan. Sudah lah dari awal ia memang tidak menyukai Gus Zindan, kini di tambah lagi dengan sikap Gus Zindan yang menurutnya aneh.
" Udah ah ga usah banyak basa basi, apa hukumannya? Diva udah ga sabar banget pengen di hukum. "
" Div, plisss waras dikit kek. Orang waras mana yang minta hukuman coba? " Cicit sisi, gadis itu menepuk jidatnya sendiri, ia pun ikut gregetan dengan sikap diva.
" Bukan temen ku, suer " sahut Kayla
" Walaupun diva kayak gitu, rada sengklek, tapi dia temenku. Aku bangga padamu div, lopyuuuu " sorak Dila refleks, membuat Gus Zindan langsung menatapnya dengan tajam.
Nyali Dila seketika menciut, ia menyengir kuda saat mendapati tatapan menyeramkan dari Gus Zindan.
" Lopyuuu more dilaaa, lopyuuu sekebon buatmu. "
Kepala Gus Zindan langsung berputar 180° begitu diva menyahuti perkataan Dila, bahkan tak kalah heboh dari suara Dila sebelumnya.
Jika tadi Dila langsung menciut ketakutan dengan tatapan Gus Zindan, maka berbeda dengan diva. Ia justru menatap tajam pada Gus Zindan, membuat Gus Zindan kesal sendiri menghadapi diva yang tidak ada takutnya sama sekali.
" Ga usah liat liat! Nanti cinta. " Ketus diva dengan asal, membuat Gus Zindan melengos.
" Yang cinta sama perempuan gila kayak kamu ya cuman orang gila lulusan ODGJ. Saya mah waras. "
" Mang eak? "
" Eakk "
Para santriwati yang melihat cara interaksi antara diva dan Gus Zindan ingin rasanya tertawa, tapi takut di amuk oleh pria itu. Masalahnya Gus Zindan tidak seperti adiknya yaitu Gus Alip. Gus Alip jauh lebih sabar dari pada Gus Zindan, hingga membuat sebagian besar santri putri mengincarnya.
Tapi walaupun Gus Zindan galak, tetap saja ada wanita yang menyukainya, terutama wanita yang memiliki hobi membaca novel.
Mereka berasumsi bahwa pria yang kelihatan galak, pasti akan sangat bucin dan berubah menjadi kucing kecil di hadapan istrinya. Makanya tetap ada wanita yang menyukai Gus Zindan dan mengidam idamkannya.
" Kalian berlima, bersihkan masjid! " Gus Zindan menatap santri putri lainnya yang kebetulan juga tidak mengerjakan pr.
Kelimanya langsung mengangguk dan berjalan meninggalkan kelas menuju masjid, hingga tersisa lah diva seorang diri. Ia bertanya tanya, kenapa hanya dirinya yang di sisakan oleh Gus Zindan.
" Diva bagian apa Gus? " Tanya diva dengan menunjuk dirinya sendiri.
" Kamu bantuin bik Ani di dapur "
" Oke! Siap laksanakan komandan! " Diva memberikan hormat, kemudian langsung berlari penuh semangat keluar kelas menuju dapur.
Diva sangat mensyukuri hukumannya kali ini, di dapur ia bisa di hukum sambil makan. Karena di dapur biasanya banyak makanan.
" Rezeki anak Soleh ini " ujarnya sambil berjalan.
Diva berjalan sambil melompat lompat kecil, ia bahkan bersenandung kecil walaupun suaranya tidak terlalu bagus, tapi setidaknya cukup lah untuk merusak gendang telinga bagi pendengarnya.
" Loh div, mau kemana? "
Diva menghentikan langkahnya, ia menyengir kuda menatap ustadzah Halimah yang menyapanya.
" Mau ke dapur ustadzah " jawabnya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Ustadzah Halimah tampak bingung, keningnya pun berkerut. " Ngapain ke dapur? Bukannya sekarang lagi belajar ya sama Gus Zindan? " Tanyanya lagi.
Diva menganggukkan kepalanya pelan. " Iya, ustadzah. Tapi diva ga kerjain pr, makanya diva di hukum. Di suruh bantuin bik Ani di dapur. " Jawabnya.
Ustadzah Halimah menganggukkan kepalanya paham, ia sudah tidak penasaran lagi.
" Kalo gitu diva ke dapur dulu ya ustadzah, assalamualaikum. "
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh " ustadzah Halimah geleng geleng kepala melihat diva yang tampak begitu berenergi sekali, padahal ia mendapatkan hukuman bukan hadiah.
Tapi ustadzah Halimah juga sudah tidak heran lagi melihat diva yang menjalani hukuman dengan penuh semangat, hampir di semua pelajaran diva mendapatkan hukuman.
Entah itu hukuman karena tidak mengerjakan pr, ataupun hukuman karena tidur di kelas. Anehnya, diva bisa naik kelas.