NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah tak bersebab.

Sudah hampir 15 menit Amelia menunggu Rehan yang berjanji akan menjemputnya namun tak kunjung datang.

“Belum balik?”

“Kalau udah, gue gak akan ada di sini ya gak sih?”

“Jutek amat, sayang.”

“Merinding sebadan-badan gue dengernya.”

“Jangan malu-malu, Mel.”

“Apa sih, Wisnu? Ikut-ikutan bae.”

“Gue anterin aja.”

“Ogah. Lo tuh melanggar aturan, belum juga tujuh belas tahun udah bawa kendaraan.”

“Bukan gue yang nyetir. Supir gue.”

“Tumben. Biasanya lo bawa motor butut lo itu.”

“Sampe tahu. Merhatiin yaaa,” goda Wisnu.

“Berisik!” Bentak Amelia sambil menggerakkan tangan seolah akan memukul Wisnu.

“Uuuhhh, galak bener ibu kapten kita.”

“Ibu kita kartini kali,” imbuh Adam.

“Kalian pergi gih,” usir Gunawan.

“Alaaah, mau lo itu mah berduaan sama Amel.”

“Noh, tahu. Masih mau di sini juga?”

Adam dan Wisnu cengengesan. Mereka segera berlalu meninggalkan Amelia dan Gunawan.

Siswa yang lain memang sudah pergi sejak tadi. Yang tersisi hanyalah mereka yang ikut ekstrakurikuler.

“Ngapain masih di sini?”

“Nemenin kamu lah.”

“Kamu? Aneh banget denger kata kamu.”

“Sama pacar sendiri gak boleh kasar ka ya.”

Amelia yang sedang duduk, menoleh ke arah Gunawan. Dia menyerongkan tubuhnya agar bisa mengarah pada laki-laki tersebut.

“Lo teh waras gak sih? Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba aja bikin huru-hara mengklaim bahwa kita pacaran. Mikirn gak sih dampaknya buat gue? Nih, gue yang diem-diem aja masih diajakin ribut sama Karina. Lo malah nambahin perkara.”

“Hubungannya apa sama gue? Gak ada.”

“Ada. Lo itu cowok yang diincer sama dia. Kita semua tahu kalau dia suka sama lo.”

“Berarti itu masalah dia, bukan gue.”

“Ck! Lo emang nyebelin ya!”

“Masalahnya gue suka sama lo, gimana?”

Gadis itu terdiam. Dia seolah terhipnotis pada sorot mata Gunawan yang indah. Tidak nampak gurat becanda di wajah dan di netra indah sang kapten basket tersebut.

Untuk beberapa waktu mereka saling menatap dalam diam. Hingga suara klakson membuat keduanya menoleh bersamaan.

Loh, itu kan motor bang Rehan. Tapi kan lagi dipinjem kak …..

“Mel, ngapain di sini?” Tanya Harlan.

“Kak Harlan? Kok kakak ada di sini?”

“Ngapain kamu di sini berduaan sama cowok?”

Amelia menoleh pada Gunawan.

“Dia—“

Tiba-tiba Amelia ingat perkataan Rehan bahwa Harlan sebentar lagi akan menikah. Yang niat awalnya dia ingin menjelaskan bahwa Gunawan adalah temannya. Amelia berubah pikiran. Entah apa tujuannya.

“Dia pacar aku. Dia sengaja nemenin karena bang Rehan belum datang jemput.”

Gunawan mengerutkan kening, namun sejurus kemudian seulas senyum terlukis di wajahnya.

“Masih kecil udah pacaran.”

Harlan membuka helmnya, lalu turun dari motor.

“Kamu boleh pergi, saya yang akan jagain dia sampai Rehan datang,” titah Harlan pada Gunawan.

“Gak apa-apa saya aja, Kak. Kan saya pacarnya Amel, bukan kakak.”

“Kamu pulang aja. Gak di cariin ibunya apa?”

“Udah gak punya ibu, siapa yang mau nyariin?”

Harlan menatap Amelia meminta penjelasan. Gadis itu mengangguk kecil.

“Sorry,” ujar Harlan.

“Kakak sendiri gak ada yang nyari.”

“Ibu? Saya udah ijin tadi mau pergi ke sini.”

“Bukan, pacar kakak. Gak mungkin gak punya pacar kan? Lebih bahaya kalau kakak yang di sini, nanti pacar kakak marah.”

Amelia tersenyum sinis mendengar ucapan Gunawan.

“Kak Harlan ada urusan datang ke sini? Gak apa-apa aku sama Gunawan aja. Kakak pergi aja, takutnya beneran ada yang marah.”

Harlan menaikan kedua alisnya mendengar ucapan Amelia yang ketus itu.

“Kamu marah sama saya?” Tanya Harlan.

“Untuk alasan apa ya aku marah sama kakak? Kita baik-baik aja dari kemarin. Kenapa aku harus marah?”

“Nada suara kamu gak enak di denger dari tadi.”

“Makanya kakak pergi aja biar gak denger suara aku.”

“Bukan gitu, Mel—“

“Itu abang.” Amelia mengalihkan pembicaraan saat secara kebetulan Rehan datang.

“Lama bener! Ke mana aja coba?” Amelia langsung menyembur Rehan.

“Sorry, abang ketiduran tadi, Dek.”

“Bisa-bisanya abang tidur sementara aku di sini nunggu sampe berlumut.”

“Iya, iya. Abang minta maaf.”

Amelia mencebik.

“Lo di sini?” Tanya Rehan pada Harlan.

“Mau balikin motor.”

“Santai aja, broh. Nah, lo juga ngapain di sini? Kagak pernah muncul di grup, sibuk basket?”

Pertanyaan Rehan untuk Gunawan membuat Amelia merasa heran.

“Kalian saling kenal?” Tanya Harlan.

“Iya, kita satu club motor.”

Owalah, begitu toh.

“Dia pacarnya Amelia, tadi dia bilang gitu ke gue.”

“Hahaha. Lo diterima sama adik gue? Hebat lo. Gimana bisa?”

“Tunggu, tunggu. Ini sebenernya ada apa, bang? Coba jelaskan secara rinci dan detail.”

“Haha. Gunawan ini udah lama sering nanyain kamu, Dek. Dia pernah bilang sama abang kalau dia naksir sama kamu. Ya abang bilang aja, tembak aja kamunya. Abang sih gak masalah selama kamu nya mau sih. Terus, kamu terima dia?”

“Ngg— itu, aku …” begitu matanya bertemu dengan netra Harlan. Lagi-lagi Amelia mengatakan hal yang tidak seharusnya.

“Aku—“

“Kita udah resmi jadian, bang. Dengan begitu gak akan ada lagi siswa yang berani macam-macam sama dia.”

Rehan tertawa sambil tepuk tangan.

“Awas ya kalau sampe lo ngapa-ngapain adik gue. Apalagi kalau sampai bikin dia mewek. Tamat lo sama gue.”

“Faham lah gue bang. Gak akan berani juga. Bukan karena gue takut sama lo, tapi emang gue gak bisa aja nyakitin dia. Terlalu sayang gue sama adik lo, bang.”

“Anjaaaay. Lo bahkan berani gombalin dia depan gue. Hahaha.”

“Buruan ah balik. Malah ngerumpi.” Amelia mendorong tubuh kakaknya agar segera naik motor dan pulang ke rumah.

“Eh, tunggu dulu. Lan, kita tukeran motor dulu. Gue ada perlu sama motor ini. Lo tolong anterin adik gue balik ya.”

“Loh?” Amelia bingung. Sementara Rehan segera menaiki motor hitamnya, lalu pergi dari sana.

“Ihhhhh, pengen banget gue ganti kakak!” Amelia berteriak sambil menunjuk Rehan yang sudah tidak terlihat lagi oleh mata.

“Ayo, keburu sore.” Ajak Harlan. Amelia sebenarnya tidak mau pergi dengan Harlan. Entah untuk alasan apa dia merasa kesal pada pria tersebut.

“Gun, sopir lo masih ada gak? Anterin gue balik.”

“Oke, sayang.”

Tanpa basa-basi, Amelia menarik tangan Gunawan. Dia pergi meninggalkan Harlan sendirian.

“Gue tahu dia marah. Tapi kenapa?” Bisik Harlan sambil menatap Amelia dari belakang.

1
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Emak RJ: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Emak RJ: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Emak RJ: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!