NovelToon NovelToon
Sad Wedding

Sad Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Penjelasan dokter itu masih terngiang di telinganya. Saat dia telah keluar dari ruangan Dokter yang bernama Susan tadi itu tubuh Aldi meluruh ke lantai. "Ya Allah, apa memang aku belum kau izinkan?? Kenapa kau mengambilnya?" isak Aldi terdengar pilu. Jika seorang pria kadang menyembunyikan jika dia menangis, Aldi tidak. Dia menunjukkannya dan tak perduli dimana dia sekarang berada.

Anna hamil, dan dia tak sadar. Bukankah wanita hamil itu selalu berawal dari muntah dan mual di pagi hari? Tapi, Anna tidak pernah. Apa Anna tahu akan hal ini? Tidak! Anna jelas tidak tahu. Jika Anna tahu, Anna akan segera bilang kepadanya. Karena Anna orang yang tidak suka menyimpan Rahasia. "Aku minta maaf Anna.." lirihnya lagi sambil menundukkan kepalanya di bangku tunggu di luar ruangan Dokter Susan.

Aldi masuk ke dalam ruang inap istrinya, dan dia duduk di kursi tunggu yang telah di persiapkan di setiap kamarnya Rumah sakit. Dia tak tahu bagaimana menjelaskan kepada Anna apa yang menimpa Anna. Apa dia harus menyembunyikan kenyataan itu, atau malah mengatakannya kepada Anna. Jika dia sembunyikan, lambat laun pasti akan ketahuan juga. Jujur? Sepertinya Aldi masih membutuhkan waktu untuk berkata jujur.

Aldi menggerang kesal dan juga kecewa, kesal karena dia tak tahu dan tak peka jika sang Istri hamil, dan Kecewa karena belum sempat dia merasakan menjadi seorang ayah. "Al.." lirih Anna yang sudah membuka matanya. Aldi menatap Anna dengan tatapan tak tega.

"Ada apa sayang? Apa ada yang sakit?" suaranya terdengar serak, tapi tetap sebuah senyuman dia berikan kepada Anna. Anna menggelengkan kepalanya, dia tak merasakan sakit, kecuali hatinya. Suara isakan terdengar dari mulut kecil Anna. "Kamu kenapa, An??" tanya Aldi sambil mengelus rambut istrinya dengan sayang. Aldi khawatir jika Anna menangis tahu jika dia kehilangan bayi kami.

Anna Pov

Aku mebgerjapkan kedua mataku, dan indra penciumanku mencium bau yang selama ini aku kenali, Rumah sakit lirihku dalam hati. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, dan menemukan Aldi sedang menundukkan wajahnya dan meneteskan air mata. "Al.." ucapku dengan lirih, tapi tetap ku tersenyum, aku tak mau terlihat lemah di depan Aldi. "Ada apa sayang? Apa ada yang sakit?" tanyanya dengan sedikit khawatir. Anna, dia khawatir bodoh. Apa kau tak melihat dari sudut matanya? Dewi batinku mencemooh ku, yah benar. Dia khawatir, dan aku tahu itu. Aku menggeleng lemah, pertanda jika aku tak sakit dan seakan ingin bilang jika aku tak apa apa. "Ma-Maafkan aku, An." ujarnya dengan mata basah. "Aku terlambat." ucapnya lagi. Aku menggapai tangannya dan mengelusnya pelan.

"Aku tak apa apa, Al. Aku saja yang--"

"Tidak, An.. Tidak.. Maafkan aku, karena aku bayi kita tak terselamatkan." ucapan Aldi membuatku terpaku.

Deg!

Bayi dia bilang? Ba-Bayi? Aku mengandung? Aku menggelengkan kepala ku tak percaya, "Aku--Aku minta maaf, An.." lirihnya lagi. Aku masih mematung, dan tanpa aku sadari tanganku menyentuh perut datarku, Aku hamil dan aku belum merasakannya. Tapi kenapa dia di ambil begitu saja? "An.." ucapnya sambil menyeka air mataku yang tanpa aku sadari sudah menetes di pipiku. Aldi menaiki ranjang Rumah sakit dan memelukku dalam posisi berbaring. "Maafkan aku, An.." lirihnya lagi. Tapi aku masih diam. Tak bicara sepatah katapun.

"A-Aku hamil?" tanyaku masih tak percaya. Sedang Aldi sudah membawaku ke dalam ceruk lehernya. Dapat kurasakan dia mengangguk. "Dan, Dan aku tak bisa merasakannya.. Dan juga menjaganya.." tangisku pecah, tubuhku bergetar hebat di dalam pelukan dada bidang milik Aldi, aku tak tahu kenapa Tuhan mengujiku dengan sedemikian rupa seperti ini? Apa kesalahanku? Apa kesalahanku karena aku jatuh cinta dan menikah dengan Aldi? Tidak, cinta tak pernah salah. Dan ini juga bukan karena pernikahan kami. Tapi karena si wanita itu, wanita itu yang bikin aku seperti ini.

"Sshhh.. Sudah An.." ucapnya yang masih mengelus dan mengecup keningku sekilas. "Aku minta maaf, seharusnya aku yang menjagamu dan calon anak kita." ujarnya lagi sambil mengelus pelan rambutku.

"Tidak Al, ini bukan kesalahan kamu. Ini kesalahan wanita itu." ujarku tak terima Aldi menyalahkan dirinya terus seperti ini, "Wanita itu, tunggu saja. Akan ku balas dia." ucap Anna pasti, yah, dia akan membalas Mila. Dengan apapun caranya.

Anna sudah kembali lagi ke dalam salah satu Apartemen milik Aldi, "Al, ini bukan Apartemen kita kan?" tanya Anna sambil menoleh ke arah Aldi dengan tatapan bertanyanya. Aldi yang sedari tadi membawa tas yang Anna pakai selama di Rumah sakit kini sudah melangkahkan kakinya ke arah Anna.

Aldi tersenyum lalu memeluk Anna dengan sayang dan lembut. "Kita akan pindah ke sini sayang". Ujarnya sambil menghirup bau wangi yang ada di tubuh Anna dalam dalam. Anna yang sedari tadi berada di pelukan Aldi hanya bisa mengukir senyuman kecil. Hatinya menghangat mendengar ucapan Aldi yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat. "Kita akan pindah kesini An. Ini sebenarnya Apartemen Roy, teman dekat yang sudah aku anggap saudara. Tapi karena sekarang dia sedang di Luar Negri mengurus perusahaan Ayahnya, jadi aku meminjam Apartemennya. Untuk sementara, karena aku sedang mencari sebuah Mansion yang jaraknya dekat dengan kantor." ujarnya lagi dengan panjang lebar.

Anna terdiam. Dia tak tahu jika Aldi sudah memikirkan semua itu, padahal Anna tak menginginkan hal itu, dia hanya mau kehidupannya terbebas dari Mila, semoga saja rencanamu berhasil, Al. Lirihnya dalam hati. "Al.." ucap Anna dengan pelan. Dia takut akan pertanyaan yang akan dia utarakan.

Aldi berdehem. "Hmm.." jawabnya dengan deheman kecil dan memejamkan matanya, karena dia sedang memikirkan beberapa hal yang kini mengganggunya.

"A--apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Anna dengan pelan. Aldi mengurai pelukan yang tadi Aldi berikan kepadanya.

Aldi menatapnya Intens seakan tahu apa yang ingin Anna tanyakan. "Bicaralah, kau katanya ingin menanyakan sesuatu?" tanyanya lagi, dan Anna terlihat dengan sedikit menunduk.

Anna menghela nafasnya kuat kuat, "Apa kau sekarang merasa senang dengan keadaanku yang sekarang?" tanya Anna dengan menatap dalam mata Aldi. Aldi yang mendengar ucapan Anna hanya bisa mengadu kedua Alis tebalnya. "Kau pernah bilang kepadaku, bahwa kau tak ingin anak dariku. Apa sekarang kau bahagia? Karena ucapanmu itu benar benar terjadi?" Ucapan Anna menohok jantung Aldi, dia memang pernah berkata seperti itu, tapi itu dulu, saat dia masih menyembunyikan perasaannya kepada Anna. Jika dulu dia di beri pertanyaan itu, mungkin jawabannya Aldi akan bahagia, tapi jika sekarang sudah pasti jawaban itu Tidak.

"Kau kenapa bicara seperti itu Anna?" tanya Aldi dengan mengepalkan kedua tangannya. Anna masih menatap Aldi. Dia tak berminat melepaskan tatapan Aldi yang tajam menusuknya. "Aku pernah bicara seperti itu. Tapi itu dulu.. Kalau sekarang ya--"

"Ya apa?" tanya Anna dengan tatapan datar. "Ya karena kau senang, jika kau tak punya anak dariku." ujarnya lagi masih dengan tatapannya yang datar.

Aldi masih mengepalkan kedua tangannya, tak ingin melanjutkan pembicaraan Anna yang semakin membuat jantungnya sakit. Aldi berdiri dari posisi duduknya. Dia berjalan melewati Anna dan berjalan ke arah lemari es, meneguk minuman disana dengan sekali tegukan. Sesekali dia melirik Anna dengan ekor matanya.

"Apa kau sekarang bahagia Al?" Anna masih menanyakan hal sensitif bagi Aldi, Aldi tak mau menjawab apapun perkataan Anna. Dia tak mau diingatkan atas perlakuannya yang keterlaluan, dulu.

Anna bangun dari posisi duduknya, "Aku akan pergi dari sini, Al.. Aku sudah mengabulkan ucapanmu waktu itu, maka sekarang aku akan pergi." ujar Anna lagi sambil berjalan ke arah pintu keluar, dia akan pergi. Pergi dari bayang bayang Aldi dan juga Mila.

Aldi sekarang sudah berada di belakang Anna, dia memeluk erat tubuh Anna dan menghirup dalam aroma tubuh Anna. "Aku tak akan melepaskanmu An." ujarnya di ceruk leher Anna. Anna menangis dalam diam, dia tak bisa berkata apapun. Dia hanya menggigit bibir bawahnya agar isakannya tak terdengar oleh Aldi.

"Aku ingin menenangkan fikiranku dulu Al." ujarnya lagi tanpa membalik tubuhnya kebelakang. "Aku ingin pergi hanya sebentar, aku masih belum siap berhadapan dengan Mila, Kau dan juga Vio." imbuhnya lagi. Anna membalik tubuhnya dia menyentuh wajah Aldi dengan sayang. "Aku akan merindukanmu." ujarnya lalu sedetik kemudian dia melumat bibir Aldi.

Bibir yang membuatnya candu dan membuatnya lupa akan segala hal. Anna menghentikan lumatannya, dia kembali memeluk Aldi. "Aku pergi, Al." ucapnya saat dia melepas pelukannya, sedangkan Aldi hanya bisa diam tanpa bicara apapun.

Seminggu sudah Aldi hidup dengan kesendirian di dalam Apartemen milik Roy temannya. Dia semakin jarang ke kantor, menelantarkan semua pekerjaannya di kantor. Dia kembali menjadi Aldi yang dulu Anna tinggal di rumah Franda. Kini, dia sudah tak bisa ke rumah Franda lagi, karema Franda sudah kembali ke LA untuk melanjutkan studynya di sana. "Anna, kau dimana? Apa kau masih marah kepadaku? Atau kau masih kecewa kepadaku? Karena aku tak peka atas kehamilanmu?"

"Maafkan aku Anna, pulanglah."

"Anna.. Pulanglah, ini sudah hari ke enam kau pergi tanpa ada kabar, Anna.."

Deretan sms itu yang selalu Aldi kirim ke Anna. Berharap ada salah satu pesannya ada yang Anna balas. Tapi harapan selalu lah harapan, dia tak pernah dapat balasan dari Anna. "Kenapa lo suntuk gitu?" tanya Vio kepada Aldi yang kini duduk di apartemen milik Roy. Aldi hanya bisa menatap Vio yang mengejeknya tanpa berminat untuk membalas ucapan Vio.

"Lo kenapa? Anna mana? Bukannya lo pindah kesini untuk menjauh dari Mila?" lagi lagi Vio tak menjawab jawaban dari setiap pertanyaan yang dia lontarkan kepada Aldi.

Wajar jika Vio tak tahu akan kepergian Anna, karena selama ini Vio di beri tugas oleh Aldi ke Bandung untuk mengurus perusahaan disana.

Aldi beranjak dari tempat yang ia duduki dan berjalan ke arah balkon rumahnya. Dia mendesah panjang disana. Fikirannya selalu berharap bahwa Anna akan datang kembali kepadanya. Tapi.. Dimana dia sekarang? Aldi sendiri bahkan tak tahu.

"Al, lo kenapa?" tanya Vio sambil menepuk bahu Aldi.

"Anna pergi, Vio." lirih Aldi. Tak berminat untuk menatap wajah Vio.

"Per--apa? Pergi?" tanya Vio tak menyangka atas keputusan yang Anna buat. Dai berfikir jika Anna akan selalu berada di sisi Aldi, tapi ternyata itu salah. "Kenapa dia bisa pergi? Dan alasannya apa?" tanya Vio tanpa henti membuat Aldi memegang kepalanya yang pusing.

"Dia tahu jika dia keguguran, dan itu karena Mila. Jadi dia memilih pergi, aku tak tahu dia kenapa seperti itu. Apa ada masalah atau bagaimana." ujar Aldi panjang lebar kepada Vio yang kini berada di sampingnya. Aldi seakan tak punya pilihan lain. Hanya Vio yang dia percaya, jadi dia akan menceritakan semua kepada Vio.

"Sabar Al. Gue yakin Anna akan kembali." ujar Vio sambil tersenyum ringan. Dan senyuman itu di sambut hangat oleh Aldi.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!