NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:627
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jubah Putih Dan Burung Gagak

Matahari telah tenggelam dan sang bulan menggantikannya di ketinggian. Di dalam kegelapan sebuah gang, Aksa sedang berjalan setelah seharian berkeliling tidak jelas.

Lorong itu sepi, tak ada satu pun tanda kehidupan. Entah bagaimana, ia selalu mendapatkan suasana seperti ini secara tak sengaja.

Dalam lamunan dan kesedihan yang dalam, ia melihat seekor gagak.

Gak... gak... gak...

Suara burung gagak hitam itu terdengar saat terbang melewati Aksa.

'Heh, tak biasanya ada seekor burung gagak di daerah sini,' pikirnya.

Burung itu bertengger pada balkon sebuah rumah dekat gang dan pandangannya tertuju pada Aksa.

Ia merasakan sedikit hawa pengawasan sehingga balas memandang burung itu. Mereka saling terdiam dan saling menatap. 'Apa kau burung sial?'

Seolah mengetahui pikiran Aksa, burung itu melesat terbang dengan cepat ke arahnya.

'Dasar burung sialan!' Aksa mengangkat kedua tangannya untuk melindungi wajahnya.

Burung itu hanya ingin melewati telinga kepala Aksa. Hingga saat Aksa ingin menangkapnya, tatapannya tiba-tiba menjadi kosong.

Di depannya, terlihat seseorang memakai jubah putih yang hanya menyisakan mulutnya. Dan di bahu orang itu, terdapat burung gagak yang tadi bertengger.

'Apa? Siapa dia?' pikir Aksa dalam kebingungan.

Sosok itu tidak basa-basi memperkenalkan dirinya. Ia melesat dengan cepat menuju Aksa. Sontak, Aksa memasang kuda-kuda bela diri yang diajarkan oleh tetua Kuil Klinx dahulu.

Sebuah pukulan melayang menuju wajah Aksa, tetapi ia memiringkan kepalanya untuk menghindarinya. Dengan refleks, ia menepis tangan sosok itu dengan lengannya. Ia merasakan otot yang kasar dari tangan sosok itu. 'Ugh... dia cepat, tapi tak ada istimewanya.'

Mencoba membalas dengan sikutan, Aksa mulai mengerahkan seluruh tenaganya, tetapi sosok itu mulai memberi jarak beberapa langkah mundur darinya.

Seolah tak mengetahui targetnya mempunyai kekuatan bela diri

Beberapa detik kemudian. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam jubah putihnya.

'Huh, benda apa itu?' heran Aksa, melihat sebuah cawan berlapis perak dengan ornamen klasik dan hiasan permata di tangan kanan sosok misterius itu.

Sosok itu mengeluarkan suara berat sambil mengangkat cawan itu perlahan. “Badai salju...”

Setelah mengucapkan mantranya, udara di dalam gang seolah menyempit dan membeku. Hawa dingin menjalar ke seluruh lingkungan, disertai hempasan angin dahsyat dan serpihan es yang mendorongnya hingga terpental. 'Sialan! Artefak spesial?!'

“Hei! Siapa sebenarnya kau ini?!” ucap Aksa yang terduduk karena terpental oleh kekuatan badai salju, yang keluar dari cawan itu. 'Dia bukan orang sembarangan. Artefaknya terlalu kuat sampai mengeluarkan kekuatan.'

Sosok yang menyerangnya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Aksa sama sekali

Aksa perlahan bangkit dan mulai mendekati pintu keluar lorong secara sembunyi-sembunyi. Ia berpikir untuk mengalihkan perhatian orang itu ke arah keramaian.

Sosok itu mengangkat cawannya perlahan tinggi-tinggi hingga sinar bulan mengenai cawan itu dan memantulkannya. “Cermin tipu daya,” tutur sosok itu dengan nada berat.

Dalam kegelapan gang sempit, cawan itu menghasilkan cahaya yang bersinar, menciptakan tiga klon es yang sangat mirip dengan sosok itu.

Tiga klon itu berlari sangat cepat menuju Aksa.

Melihat hal itu, ia mengernyitkan dahinya sambil memasang kuda-kuda bela diri. “Ayo, sialan, maju!” serunya.

Ia melawan tiga klon es itu sendirian. Pukulan demi pukulan dan tendangan berhasil ia tangkis. Akan tetapi, ketika ia membalas memukul, ia merasakan sebuah benda padat yang sangat keras, seolah sekeras batu.

'Tak bisa kuhancurkan?.' Tangannya memerah karena memukul klon itu.

'Sial, satu-satunya cara hanya kabur.' Terlalu banyak berpikir dalam pertarungan hingga ia ceroboh.

Salah satu klon es dari belakang memeluknya, dan klon lainnya memukul dagunya dengan keras.

“Uhk...” Wajahnya mendongak ke atas setelah dagunya dipukul.

Pandangannya agak kabur. Hantaman pukulan dari klon itu sangat keras.

Klon yang memeluknya di belakang mulai membanting tubuhnya ke belakang hingga terbaring di tanah.

'Sialan, sakit sekali.' Ia terkapar lemas tak berdaya walau sudah melawan mereka yang mengeroyoknya.

Sosok itu perlahan mendekati tubuh Aksa. Kakinya menginjak dada Aksa.

Pandangan Aksa melihat sosok itu dari dekat, seolah orang yang sangat menakutkan.

Dalam sengitnya pertarungan, tiba-tiba seseorang melemparkan sebuah tabung kecil seukuran jari tengah di antara mereka berdua.

Ketika tabung itu tepat berada di tengah-tengah mereka, tabung itu bergerak sendiri dengan bunyi seperti mesin yang rusak.

Hingga tabung itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan bagi mereka berdua.

Pandangan mereka sama-sama dibutakan oleh cahaya dari tabung kecil itu.

Klon es yang diciptakan oleh sosok itu retak dan mulai hancur.

“Aksa!” teriak orang yang melemparkan tabung itu.

'Huh, suara Brian?!' pikirnya dengan senang. ”Brian, hati-hati! Dia mempunyai artefak spesial!”

Tak ada jawaban dari Brian sama sekali.

Dalam waktu singkat, Brian mendekati Aksa. “Mari kita mundur dulu,” bisiknya dengan nada sangat rendah.

Pandangan Aksa dan sosok itu masih dibutakan oleh cahaya yang dihasilkan tabung kecil itu.

Brian mencoba mendorong sosok itu dari atas tubuh Aksa dan mengangkat tubuh Aksa yang terkapar di jalan. Mereka berdua berlari sekencang-kencangnya untuk keluar dari gang.

Pandangan Aksa mulai terbuka. Ia melihat jalan keluar gang tinggal beberapa langkah lagi.

Tetapi, tiba-tiba ada sosok berjubah putih yang mencegat mereka berdua di tengah jalan keluar. 'Huh, dia sudah ada di sini?! Tidak masuk akal, cepat sekali,' herannya sambil melihat ke belakang, ke tempat sosok misterius yang mengalahkannya.

Akan tetapi, ketika ia melihat ke belakang, sosok misterius itu masih ada di sana. 'Sialan! Ternyata ada dua orang selama ini.'

Brian, yang tak memikirkan apa pun, mencoba mengeluarkan satu tabung kecil yang sama seperti sebelumnya. Ia melemparkannya dengan sekuat tenaga menuju sosok yang menghalangi mereka.

Refleks, orang yang di depan mereka menutup mata dan mengangkat tangan untuk melindungi pandangannya.

Tabung kecil itu bergerak sendiri dengan cepat, dengan gerakan yang sama seperti tabung sebelumnya.

Wush...

Suara tabung itu tiba-tiba jatuh ke lantai dan tidak terjadi apa-apa.

'Ini tipuan? Sekarang kesempatan!' Tak menyia-nyiakan kesempatan, Aksa sekuat tenaga melayangkan pukulan menuju wajah sosok berjubah putih itu.

Sosok itu sedikit terpental dan ia kehilangan targetnya.

Aksa dan Brian sudah kabur dari gang itu. Mereka menuju keramaian dekat distrik utama.

Keramaian membuat mereka sedikit tenang. Banyak orang yang berlalu-lalang dan kereta kuda yang berada di tengah jalan. Mereka berhenti di depan sebuah bangku taman dengan lampu remang-remang.

“Huft... huft... Aksa, tadi itu siapa?” ucap Brian terengah-engah. “Mereka benar-benar menakutkan. Untung aku membawa artefakku.”

“Aku pun tidak tahu itu siapa. Mereka tiba-tiba menyerangku,” Aksa mulai memandangi sekitarnya untuk memeriksa apakah sosok itu mengikuti mereka.

“Terima kasih, Brian. Kau luar biasa menggunakan trik yang terakhir untuk tipuan,” serunya sambil menepuk bahu lelaki pirang itu.

'Huh, tipuan? Sial, kukira itu bakal berfungsi seperti sebelumnya,' pikir Brian dengan senyum masam.

Aksa tidak menyadari apa yang Brian pikirkan, tapi ia tak peduli. Toh, dia sudah kabur dari kejaran mereka.

“Aksa, saat tadi aku ke rumahmu, Hannah menangis dan meminta tolong kepadaku.”

“Maksudnya?”

“Adik kecilmu bilang bahwa kau dan ibumu bertindak aneh seharian.” Tatapan Brian tertuju langsung kepada mata Aksa. “Apa yang sebenarnya terjadi hingga Hannah meminta tolong padaku?”

Aksa membuang muka, tak langsung menjawab pertanyaan sohibnya itu. Ia mencari tempat duduk dan mengajaknya untuk berbicara.

“Setelah aku pergi dari pasar meninggalkan kau dan Auriel, aku tidak langsung pulang,” ujarnya.

“Lalu, kau ke mana?”

“Aku menuju Kuil Klinx untuk menanyakan buku itu.” Aksa, memegang kepalanya yang tertunduk, terus menceritakan kejadian kemarin malam yang menimpanya. ”Setelah aku sampai, semua orang yang ada di sana terbantai tak bersisa.”

Mata Brian seolah tak percaya dengan ceritanya. Kali ini, tak ada ledekan dan candaan yang keluar dari reaksi sohibnya itu.

“Tak mungkin?!”

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!