NovelToon NovelToon
RINJANI(Cinta Sejati Yang Menemukannya)

RINJANI(Cinta Sejati Yang Menemukannya)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: AUTHORSESAD

RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)

jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.

hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.

Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KALAH SEBELUM BERJUANG

Ezra duduk santai di sisi Jani. Sedangkan Jani dia lebih memilih duduk bersandar pada sandaran sofa, kepalanya masih terasa pusing dan berat. Meski perutnya sedikit lebih baik.

"Gimana jan, are you okay? " Gibran menatap sekilas pada Jani yang menyandarkan kepalanya lemah.

"oke" Jani mengangkat tangannya dan menunjukkan jempolnya.

"Kamu mau makan juga gak Yang?" Ucap Ezra mengusap lembut kepala Jani.

Sedangkan Jani dia hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya lemah.

"uuuhhukk.... uuuhhhuukk.... " Gibran terbatuk

"Anjir, kalian" Damar hampir menggigit lidahnya sendiri karena kaget.

Dan—Erlan, meski sangat terkejut namun dirinya masih bisa menyembunyikan rasa terkejut nya. Entah kenapa tiba-tiba saja suasana hatinya berubah buruk dan berantakan. Hingga membuat rasa nasi goreng yang dia makan terasa hambar.

"Kenapa kalian terkejut kayak gitu?" Ezra kembali menyuapkan nasi goreng nya lagi.

"Gak—kalian serius?!" Gibran menatap Ezra dan Jani bergantian

"Kalau iya, kenapa?" Ezra mengusap kepala Jani lembut.

DUARRRR

Bagai tersambar petir, Kata-kata Ezra sanggup membuat hati Erlan sesak. Bahkan saat ini Erlan sedang mati-matian agar menahan emosinya agar tidak meledak, ya Tuhan—mereka benar-benar pacaran?

Erlan bangkit dari duduknya dengan sedikit kesal, dia membanting sendok yang dia pegang dengan kasar hingga menimbulkan dentingan yang sedikit nyaring.

Hal itu tentu saja membuat semuanya kaget, bahkan Jani yang sedang memejamkan matanya sampai membuka mata saking kagetnya.

"Anjir kaget gue" Damar mengusap dadanya.

"Kenapa bang? berisik ya?" Gibran sedikit merasa gak enak.

Tentu para anggota BLACK HUNTER sangat tau karakter Erlan yang gak suka berisik, gak suka Basa-basi, gak suka kalau ada cewek yang deketin dia. makanya Gibran mengira kalau Erlan gak suka karena mereka terlalu berisik, dan tentunya karena ada Jani di apartemen Erlan.

sedangkan Ezra dia diam bukan karena takut, tapi—Ezra tau apa yang membuat Erlan kakaknya seperti saat ini, tentu karena ucapannya yang mengatakan jika dirinya dan Jani sudah pacaran.

Ezra bukanlah anak kemarin sore yang gak tau apa-apa, Ezra cukup tau kalau Erlan menyukai Jani. Bisa Ezra lihat saat Erlan begitu perduli dengan Jani,bahkan—Erlan yang biasanya tidak perduli dengan Ezra yang membawa seorang gadis ke tempat hiburan malam, Erlan dengan wajah panik dan marah menyusul Jani dan ingin membawa Jani pergi, itu sungguh bukan kebiasaan Erlan.

Namun Ezra sengaja mengacuhkan itu, bukan hanya Erlan,dirinya juga menyukai Jani dan Ezra tidak ingin Jani bersama Erlan.

Egois—ya memang itulah sifat Ezra yang egois dan sesuka hatinya.

Saat Ezra sedang melamun dering hapenya membuyarkan keheningan. Ezra mengambil hapenya dari kantong jaket, dan melihat nama yang tertera pada layar hape. Ezra mengusap kepala Jani sayang.

"Aku Terima telepon dulu bentar" Ezra tersenyum.

Jani hanya mengangguk sungguh Jani sedang tidak mau bicara, tenggorokannya sakit karena terlalu sering muntah, dan matanya seakan-akan meminta untuk terus tertutup. Melihat jawaban Jani Ezra langsung menjauh dari sana.

Nampak Erlan yang berdiri di balkon dengan rokok yang terselip di antara Jari-jarinya yang panjang dan lentik. Tatapannya lurus dengan sorot tenang namun juga dingin.

"Mar—lo ngerasa ada yang aneh gak sih sama bang Erlan?" Gibran berbisik pada Damar yang sekarang sedang menskrol hapenya.

"Biasa aja"

"Lo orang yang paling deket sama bang Erlan, masa lo gak bisa rasain kalau ada yang beda sama dia" Gibran mengambil kaleng soda yang tinggal setengah dan meminumnya.

Damar melihat pada sosok Erlan yang masih berdiri di balkon, tatapannya begitu datar dan dingin. Bahkan Damar yang termasuk sangat dekat dengan Erlan gak tau apa yang sedang Erlan pikirkan. Erlan—dia adalah sebuah misteri yang sulit di kuak, bahkan dirinya seperti membangun tembok tinggi agar orang-orang tidak bisa masuk sesuka hati mereka ke dalam hidupnya. Kecuali jika Erlan sendiri yang mengijinkan orang itu masuk ke hidupnya.

"Mungkin dia suka Jani" Cicit Damar lirih, bahkan sangat lirih seperti dengungan nyamuk.

"Apa? lo ngomong apaan?" Gibran sedikit lebih mendekat pada Damar hingga kini mereka duduk menempel.

Gibran ingin tau tadi Damar ngomong apa, bisa-biasanya pelan banget, kayak orang kurang asupan gizi.

"Gue gak ngomong apa-apa nyet" Damar mendorong tubuh Gibran menjauh, rasanya sangat risih berdekatan dengan sesama jenis.

"Yang—aku ada urusan di luar, kamu gimana?" Ezra yang sudah selesai dengan teleponnya kini duduk di samping Jani.

Gibran dan Damar yang ada di situ langsung melihat bagaimana Ezra memperlakukan Jani. Gibran memutar bola matanya malas dan sedikit muak dengan sikap Ezra itu. Dan Damar hanya menatap Jani kasihan, ternyata Jani jatuh pada cowok yang sangat posesif dan tempramental, bahkan yang lebih membuat Damar merasa kasihan pada Jani adalah sikap Ezra yang sangat egois.

"Jani sama gue" Suara Erlan mengalihkan atensi mereka.Erlan berjalan masuk dan berdiri menatap tajam pada Ezra.

Ezra terdiam rasanya dia tidak ingin meninggalkan Jani bersama kakaknya, namun—Ezra tidak bisa tetap bersama Jani saat ini. Entah urusan apa yang membuat Ezra harus pergi pagi buta seperti ini.

Damar dan Gibran saling pandang, mendengar ucapan Erlan. Ini hal langka di mana Erlan yang biasanya cuek saat ini malah menawarkan dirinya menjaga seseorang. Apa jiwa sosial Erlan sudah bangkit?

Ezra terdiam sejenak seperti sedang menimbang sesuatu, hingga terdengar helaan nafas kasar dari Ezra.

"Gue minta lo jagain Jani" Ezra menunjuk pada Gibran yang duduk di hadapannya.

"Gue? tadi kan–" Belum sempat Gibran selesai dengan perkataannya mulutnya sudah ditutup oleh Damar.

"Pokoknya oke Zra, lo ada urusan kan.Biar jani sama Gibran" Damar mencoba tersenyum dengan tangannya yang masih menutup mulut Gibran.

Hingga akhirnya Ezra pergi dari apartemen milik Erlan, meski dengan berat hati. Namun ini masalah yang gak bisa di tahan hanya dirinya yang bisa menyelesaikan masalahnya ini.

Damar memukul kepala Gibran kesal, kenapa mulutnya selalu saja gak bisa diam. Kalau saja tadi Damar nggak langsung menutup mulut Gibran yang nggak ada rem, sudah pasti bakalan panjang dan bakal akan ada adu mulut lagi.

Dan— itu cukup membuat Damar sangat pusing.

      *******

Setelah kepergian Ezra tak lama dari itu Damar dan juga Gibran memilih buat pulang, Damar sudah di chat orang tuanya di suruh pulang, sedangkan Gibran dia udah ngantuk berat sebenarnya,tapi dipaksa ikut pulang bareng Damar.

"Gue sama Gibran balik dulu Lan" Damar berdiri dan mengambil kunci mobilnya.

Tadi pas Erlan bawa Jani pulang ke apartemen milik nya Erlan bawa mobil Damar, sedangkan Damar yang membawa motor Erlan.

Erlan hanya diam tak ada respon dari cowok yang terkenal misterius ini. Damar menarik tangan Gibran agar segera mengikutinya pulang, namun Gibran seakan-akan berat meninggalkan Jani sendirian bareng Erlan. Meski Gibran lebih merasa tenang kalau Jani sama Erlan daripada sama Ezra, tapi tetap saja ada rasa enggan untuk meninggalkan Jani.

"Gue titip Jani ya bang" Gibran menatap Erlan dengan tatapan memelas dan mengantuknya.

"Hm.... " Erlan hanya menjawab sekilas dan tatapannya tak beralih sedikitpun dari Jani.

Setelah Damar dan Gibran pergi, Erlan berjalan pelan mendekati Jani yang masih tetap memejamkan mata. Tidur? mungkin Jani tidur karena kepalanya yang masih berat dan pusing.

Erlan duduk di samping Jani dengan tatapan yang sulit di jelaskan, hanya Erlan yang tau apa maksud dari tatapannya. Tangan Erlan terulur mengusap wajah Jani yang terlihat tenang dan damai.

"Gak usah merem terus, gue tau lo gak tidur" Suara bass Erlan terdengar menusuk telinga Jani.

Jani yang mendengar suara Erlan perlahan membuka matanya dan melihat wajah Erlan yang ada di hadapannya sial—dia tau kalau jani cuma pura-pura tidur saja,jani pura-pura seperti baru bangun tidur.Padahal hati jani berisik dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa Jani ucapkan dalam hati.

'Kenapa bukan lo aja sih yang ambil first kiss gue, kenapa bukan lo aja yang jadi cowok gue, apa kalau gue minta lo jadi selingkuhan gue lo bakal mau?'

Batin Jani terus saja berisik, Jani–sebenarnya dia suka Erlan dan berharap Erlan yang bakal jadi pacarnya, tapi—malah Ezra yang jadi cowoknya, apa Jani putusin Ezra aja? tapi kalau gitu mereka bisa berantem kan, Jani gak mau kayak gitu.

Lagian mereka kan baru jadian, masa mau putus. Nanti Ezra bakal mikir kalau Jani emang cewek gampangan dan plin-plan.

"Gak usah mikir yang aneh-aneh" Erlan menyantil dahi Jani dengan jarinya.

"Aws.... " Jani mengusap dahinya yang di sentil keras oleh Erlan. "Sakit tau"

What? gila sih, Erlan udah kayak cenayang aja bisa baca pikiran Jani. Apa jangan-jangan Erlan pakai mata batin buat tau isi hati Jani.

"Masih sakit perutnya?" Erlan mengambil rokok dari bungkusnya dan menyalakan nya.

Dengan tenang Erlan menyesap rokok beraroma mint miliknya, dan menghembuskan asapnya ke samping. Erlan nggak mau kalau sampai asap rokoknya membuat Jani sesak.

Jani mengerutkan dahinya nih cowok gila kali ya, ini ruangan pake AC dan dia malah ngerokok di sini. Memang cowok aneh.

"Masih sakit?" Erlan mengulang kembali pertanyaan nya.

Bukan apa-apa, Erlan hanya tidak mendengar jawaban dari Jani. Hingga membuat Erlan harus mengulang lagi pertanyaannya.

Bukan kebiasaan Erlan yang akan mengulang ucapannya sampai dua kali. Jani mengerjapkan matanya dan sedikit membenarkan posisi duduknya karena sedikit terkejut.

Ya–Jani ngelag bentar, cuma sebentar karena melihat Erlan yang ngerokok di tempat ber AC.

"Perut gue udah agak baikan, tapi kepala gue masih berat" Jani mengerucutkan bibirnya.

Ya Tuhan Jani—apa Jani gak tau dengan Jani mengerucutkan bibirnya kayak gitu membuat jantung Erlan harus bekerja lebih keras, bahkan saat ini Erlan sedang mati-matian biar gak nerkam Jani. Gemas dan Jani terlihat imut di mata Erlan yang terlalu misterius dan dingin.

Erlan tersenyum tipis, tipis banget bahkan jani sampai gak sadar kalau Erlan lagi senyum., tangan Erlan mengusap lembut puncak kepala Jani.

"Gue pulangnya gimana?" Jani menoleh pada Erlan yang masih menyesap rokoknya.

Jani sungguh bingung,bagaimana menghadapi ibunya nanti, apalagi saat ini dirinya sangat bau alkohol, dan—wajahnya terlihat sangat kusut.

"Gue anterin"

"Lo? "

"Hm... kenapa?" Erlan sedikit menyerong dan melihat Jani yang sedang menatap Erlan bingung.

Auranya dingin dan misterius namun.... ada sisi lembut yang terlihat dari sorot matanya.Bahkan Jani bisa merasakan kehangatan dari sikap Erlan.

"L—lo anterin gue pulang?" Jani sedikit salting, hanya sedikit.

Erlan mengangguk mantap, menatap dan mengunci mata Jani yang sangat Erlan sukai, bahkan mata Jani sanggup membuat jantung Erlan berdetak lebih cepat dari tempo biasanya.

"Lo gak takut sama ibu gue?"

"Ngapain takut"

"Nanti ibu gue pikir lo yang bawa gue, terus lo di suruh nikah sama gue gimana?"

"Ya gak papa, kalau gue di suruh nikah sama lo,ya ayok" Jawab Erlan santai namun setiap ucapnya terdengar gak main-main

Jani terdiam mengerjapkan matanya, shock antara percaya gak percaya kalau cowok di hadapannya ini bakal jawab kayak gitu.

Erlan terkekeh dan mengusap kepala Jani lembut "Gak usah di anggep serius, gue becanda kok" Erlan menyesap rokoknya lagi "Gue gak bakal ambil sesuatu yang udah jadi milik orang"

Terdengar ada rasa sakit dan kecewa dari suara Erlan saat mengatakan kalimat itu, ya—Erlan gak akan ambil yang bukan hak dia. apalagi Jani adalah pacar Ezra adiknya.

"Masih ada waktu buat tidur bentar" Erlan melihat jam tangannya.

"Jam berapa emang?" Jani mendekat sedikit pada Erlan ingin melihat jam berapa sekarang.

"Jam setengah empat, nanti gue anter lo jam enam" Erlan mematikan rokoknya ke dalam asbak "Lo ada kuliah kan?"

Jani mengangguk dan kembali memposisikan dirinya agar duduk lebih nyaman.

"Tidur dulu aja, nanti gue bangunin" Erlan beranjak pergi dan memilih kembali berdiri di balkon, dengan menatap langit malam yang terasa gelap, segelap hatinya.

Jani menatap punggung tegap milik Erlan, rasanya ingin sekali Jani memeluk punggung itu dari belakang. Tapi Jani merasa jika Erlan membuat dinding tinggi untuknya, meski Erlan terlihat sangat perhatian dengan Jani namun—Erlan juga seakan-akan menolak Jani .

Jani merebahkan tubuhnya di sofa yang empuk, kini perlahan mata Jani terpejam dan Jani mulai masuk ke dalam alam mimpi.

Erlan yang berdiri di balkon menoleh dan melihat pada sosok Jani yang tertidur di tas sofa dengan meringkuk, ada hal yang sungguh tidak bisa Erlan katakan.

"Kalau lo tau yang sebenarnya Jan—gue sayang banget sama lo, tapi ternyata lo malah lebih milih Ezra daripada gue. Gue kalah Jan gue kalah sebelum gue bisa perjuangin cinta gue ke lo"

Erlan membatin dengan segala perasaan yang dia simpan sendiri untuk Jani, RINJANI gadis yang mampu membuat sisi lain dari seorang Erlan Gevano Danendra yang terkenal sangat antipati dengan cewek kini bisa merasakan hal aneh di dalam dadanya.

**********

Malam sudah berganti dengan pagi,Dan–Pagi ini di rumah sederhana bercat gading, terlihat kegiatan dari Rosaline yang memasak di dapur, dirinya sempat melihat kamar Jani yang ternyata kosong, menandakan jika Jani semalam tidak tidur di rumah, dan ini bukan kebiasaan Jani. Dengan sedikit panik Rosaline mengambil hapenya dan menghubungi Fita, Rosaline sangat tau siapa saja yang dekat dengan Jani karena Jani tidak dekat dengan siapapun kecuali Fita dan juga Gibran.

"Halo Fita, tante mau tanya Jani nginep di rumah kamu?" Rosaline bertanya sangat lembut, saat panggilan telepon mulai tersambung.

"Eh—iya tante semalem Jani nginep di sini"

Fita sedikit gugup, pasalnya baru saja dia melihat chat yang dikirim oleh Gibran semalam, pas Gibran chat Fita udah tidur jadi gak kebaca sama sekali oleh Fita.

"oh—sekarang Jani mana?"

"a—ada tante" Fita gugup, karena orang yang di cari tidak bersamanya.

Bebarengan dengan itu pintu rumah Rosaline diketuk, Rosaline langsung saja membuka pintu rumahnya mungkin Arum tetangga sebelah yang akan mengambil jahitan.

Seketika mata Rosaline membola saat melihat Jani yang berada di ambang pintu, sedangkan Erlan berdiri menjulang di belakang Jani. Berbarengan dengan Jani yang pulang suara Fita terdengar kembali oleh Rosaline.

"Jani lagi di kamar mandi tante, nanti kalau udah selesai aku kasih tau kalau tante nyariin Jani"

"Oh.... gitu, iya udah tante tutup teleponnya kalau gitu"

Rosaline menutup panggilannya sepihak pada Fita, namun tatapannya tetap terkunci pada Jani. Seakan tatapan itu sedang meminta penjelasan kenapa Jani pulang pagi dan di antar cowok.

"Masuk" Suara Rosaline seketika menjadi dingin. "Kamu juga" Rosaline menatap Erlan yang tenang berdiri di belakang Jani

Jantung Jani seakan mau lompat dari tempatnya, dapat Jani lihat wajah ibunya yang berubah dingin. Biasanya ibunya akan selalu menunjukkan wajah lembut dan hangatnya, namun—pagi ini...... Rasanya Jani ingin menghilang saja, jika bisa dia ingin pinjam pintu kemana saja milik Doraemon. Atau mungkin jika bisa Jani ingin teleportasi saja saat ini, menghindari ibunya yang terlihat menakutkan.

Auranya sudah seperti seorang singa yang siap menerkam mangsanya.

1
Citra Mandalika
kak jgn lama up next chapter, q baper sma sikap erlan 😖😖😖😖
Citra Mandalika
aakkkhh.... air mna air....
Citra Mandalika
nggak usah gengsi jani nanti nyesel loh, kalau erlan di bawa cewek-cewek
Citra Mandalika
lucu... knp smpai ke oyo sih jani
Citra Mandalika
gilak.....
Citra Mandalika
ngeselin deh ezra .... maunya gimana sih, nggak bisa nentuin sikap
Citra Mandalika
blm tau aja klo kakaknya Lisa itu cewek yg km suka Nidal
Citra Mandalika
amalan apa yg km pakai rinjani hingga, para ketua geng mtr jtuh hati sma km😖😖😖
Citra Mandalika
hilangin aja karakter ayahnya rinjani bisa kaki thor, sebel q sama orang tua kayak dia
Citra Mandalika
semangat author ku, jaga kesehatan dan jgn lupa sering upload ya..... semangat 💪
Citra Mandalika
aaakkkhhhh melting bgt 😖😖😖😖
Citra Mandalika
nggak bisa hajar, santet aja bran. 😂😂😂
Citra Mandalika
damar kyknya dewasa bgt, dan selalu jd penengah ya di geng motor ini
Citra Mandalika
kok omongan giselle kayak gimana gitu ya agak nggak suka sma giselle nich
Citra Mandalika
semudah itu km ucapkan kta maaf😭😭😭
Citra Mandalika
se santai itu kamu ezra, setelah apa yg km lakukan sm Rinjani??!!! 😡😡😡😡😡
Citra Mandalika
duh... hari ini bisa maraton nggak ya, sengaja nabung bab tapi nggak bisa nahan pengen baca semangat Thor
Mrs yoonmin: makasih.... dukungannya, 💜💜💜💜💜
total 1 replies
Citra Mandalika
what?????
Citra Mandalika
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Citra Mandalika
pikiran kamu Ezra haduh....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!