Kesetiaan Dibalas Pengkhianatan

Perempuan itu lagi? tapi kali ini dia datang dengan mantan adik iparku, Nadia Sanjaya.

Selama ini Nadia kuliah di luar negri, dia melanjutkan S2 di inggris, dia mengambil kuliah hukum dan sepertinya dia sudah selesai sehingga dia pulang ke Indonesia.

Adik iparku itu sangat baik dan manis, dia juga sangat cantik dan sederhana.

“Nadia, kapan kamu datang dari luar negri?” tanyaku sambil menghampirinya.

“aku datang kemarin, kak. Apa kabar kak Kirana? Kakak tambah cantik saja.”

Jawab Nadia sambil memeluk dan memujiku.

“Nad, kenapa kamu malah menyapa dia dengan ramah? dia sudah berselingkuh di belakang abangmu itu sampai abangmu menceraikannya.”

Ya ampun...perempuan ular itu malah memfitnahku.

“Aku tidak percaya kalau belum mendengar dari mulut kak Kirana sendiri, karena aku tau kak Kirana tidak akan pernah mungkin berselingkuh kalau bukan abangku sendiri yang mulai dan itu pasti ada pelakor yang merayunya.” Ucap nadia

Aku melihat wajah si pelakor itu langsung memerah mendengar perkataan Nadia.

“Aku mengenal kak Kirana sudah lama, dan aku tau seperti apa sifat kak Kirana itu.”

“Kak, apakah anak kecil itu Luis?” tanya Nadia.

“Iya, dia Luis anakku dan mas David, keponakan kamu.”

“Dia sudah besar ya? Mari sini sayang, tante peluk kamu dulu, dia sangat mirip dengan abang David.” Ucap nadia.

Luis pun segera menghampiri Nadia, dan Nadia pun langsung memeluk Luis dengan sangat erat dan mencium kedua pipi Luis yang gembul.

“Sayang, kamu tampan sekali dan wajahmu sangat mirip dengan ayahmu. Kenalin aku tante Nadia, adik kandung dari ayahmu.” Jelas Nadia pada Luis

“Salam kenal tante Nadia. tante Nadia sangat cantik ya. Tante, kenapa jalan sama perempuan itu, gara-gara dia, papa sampai menceraikan mama?”

Ucap Luis yang membuat wanita itu marah.

“Eh... anak kecil, jangan bicara sembarangan ya. Tau apa kamu tentang rumah tangga mamamu itu?"

Jawab wanita itu dan seperti mau memukul anakku.

Aku langsung menarik Luis dan mendorong wanita itu,

“Kamu jangan berani macam-macam dengan anakku! Kalau sampai hak asuh jatuh ke tangan kalian, bisa-bisa anakku kamu siksa setiap hari.” Ucapku dengan sangat marah.

“Anakmu saja yang tidak bisa menjaga sopan santun dalam berbicara! Apa seperti itu caramu mendidik anakmu?” Ucap wanita itu dengan kasar.

“Tidak usah mengajari aku tentang kesopanan, kamu kan tidak ada anak jadi tidak usah sok mengajari aku! Pelakor macam kamu mana tau caranya mendidik seorang anak, diri-sendiri saja diajar jadi manusia yang tidak punya harga diri! gimana mau mendidik seorang anak?”

Ucapku dengan nada mengejeknya.

“KURANG AJAR KAMU...!!” ucapnya dengan suara keras dan berusaha untuk menamparku.

Tapi aku langsung menangkap tangannya dan segera menamparnya bolak-balik.

PLAKK...PLAKK...

dia pun sangat kaget karena aku telah menamparnya.

“Itu karena kamu telah memfitnahku, padahal yang sebenarnya kamulah yang telah menghancurkan rumah tanggaku. Dan juga karena kamu telah membuat Luis kehilangan sosok ayahnya itu.”

Setelah aku puas menamparnya, aku pun berpamitan pada Nadia, dan membuat janji hari senin nanti akan bertemu di cafe dengannya dekat dengan perusahaanku.

Nadia pun mencium lagi Luis dan memberikan sedikit uang padanya untuk jajan.

Awalnya aku menolak, tapi Nadia bilang baru hari ini aku bertemu kembali dengannya, jadi jangan ditolak pemberian dari tante kandungnya itu.

Akhirnya aku pun mengijinkan Luis menerima uang itu dan berpamitan padanya tanpa menghiraukan perempuan pelakor itu.

Aku senang pada Nadia, walaupun dia tau aku dan kakaknya sudah bercerai, dan mungkin saja keluarganya sudah menceritakan yang tidak-tidak tentang diriku, tapi dia tetap percaya padaku.

***

Malam ini aku memasak makanan yang lumayan mewah. Ayam goreng, sambal ati ayam, ikan bakar, rendang, dan sop juga sayur kangkung.

Aku memasak banyak karena memang malam ini Ayah dan Ibu mengundang mas Agung dan pak Faisal untuk makan malam bersama.

Tidak lama terdengar bunyi bel pintu rumahku, aku pun segera membukanya, ternyata di depan sudah ada mas Faisal yang datang.

Aku pun mempersilakannya untuk masuk ke dalam rumah, dan aku segera meminta Laras untuk menyiapkan minuman.

Setelah Laras membawakan minuman dan meletakkan di meja.

Pak Faisal pun bertanya padaku, “ini siapa, Kir?”

“dia adikku semata wayang, namanya Laras.” Jawabku.

Aku pun memperkenalkan mereka berdua, dan aku mengatakan kalau adikku Laras baru saja lulus SMA, dan rencananya dia ingin masuk fakultas kedokteran, hanya saja kami belum mengatakannya kepada Ayah dan Ibu.

Ketika kami sedang asyik mengobrol, terdengar lagi bunyi bel pintù, dan akhirnya mas Agung pun datang.

Aku pun membuatkan kopi untuk mas Agung, dan kami berempat pun duduk mengobrol sambil bercanda.

Lalu Ibu pun memanggil kami semua untuk makan malam, aku pun segera memanggil Luis di dalam kamar.

Luis pun sangat senang melihat mas Agung, dia pun segera berlari minta digendong oleh mas Agung.

Kami semua menuju meja makan, Luis duduk di tengah-tengah antara mas Agung dan pak Faisal.

Aku melihat Luis cepat akrab dengan mereka berdua, aku bahagia kalau anakku juga bahagia.

Kami segera mengambil nasi, lauk dan juga sayur. ternyata ibu membuat makanan penutup yaitu salad buah, dan aku sangat menyukai makanan itu.

Kami sambil makan dan juga sambil bercerita. Lalu pak Faisal pun berkata, “kalau Laras mau kuliah kedokteran, aku bisa membantunya.”

“benar kah pak?” tanya Laras kembali.

“Emangnya kamu mau masuk fakultas kedokteran kah, nak?” tanya Ibu pada Laras.

“Aku mau yah, ibu. Tapi semuanya aku serahkan kepada ayah dan ibu. Aku tidak mau memaksakan kehendakku, aku juga harus mengerti dengan keuangan ayah dan ibu.” Jawab Laras

“Ayah dan Ibu tidak masalah, Kalau kamu memang menginginkannya, ayah dan ibu setuju. Ayah dan ibu akan berusaha untuk dapat membiayai kuliahmu sampai selesai." Ucap ayah

“Dan tentu saja, kakak akan membantu kamu juga, dek.” Jelasku padanya.

“Terimakasih Ayah, Ibu, dan kak Kirana untuk dukungannya. Aku berjanji akan kuliah dengan baik agar bisa membuat kalian bangga denganku.”

“Kalau begitu hari senin nanti, Laras bisa ikut bersamaku ke almamaterku, di sana ada jurusan kedokteran yang sangat bagus. Dan nanti Laras bisa ajukan beasiswa. Gimana prestasi Laras selama di sekolah, pakde?” Tanya pak Faisal.

“Laras ini juara satu untuk sekolahnya, dan juga pemenang lomba pidato, lomba sains, dan juga lomba menulis. Dia masuk dalam IPA unggulan, dia termasuk anak yang pintar. Bukannya sombong ya anak-anak pakde ini semuanya pintar, rajin, dan selalu menang dalam lomba yang diadakan oleh sekolahnya itu.” Jelas ayah panjang lebar pada mereka.

Ketika pak Faisal mau berbicara lagi, tiba-tiba terdengar teriakan dari luar,

“KIRANA, KELUAR KAMU...!!!”

***BERSAMBUNG***