NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 3

"Ini tehnya," ujar Aruna sambil menyodorkan cangkir ke Raka.

"Terima kasih, Bu," ucap Raka, menerima cangkir itu dengan dua tangan.

Setelah duduk sejenak, Aruna pun menawarkan, "Kalau mau sarapan dulu, ada roti dan telur rebus, masih hangat."

Namun Raka menggeleng pelan. "Terima kasih banyak, Bu, tapi saya pikir lebih baik kita langsung ke kebun. Cuacanya sangat bagus pagi ini. Matahari belum terlalu tinggi, jadi kalau ada serangan serangga atau gejala penyakit tanaman, bisa langsung terlihat sebelum tertutup panas."

Aruna mengangguk, tersenyum memahami alasan yang masuk akal. Dalam hati, ia kembali dibuat kagum oleh ketekunan dan perhatian Raka terhadap pekerjaannya. Ada semacam kesegaran dalam semangat itu yang tanpa sadar menyirami sisi-sisi batin Aruna yang telah lama kering.

Mereka bersiap untuk berangkat ke kebun setelah percakapan singkat di beranda. Aruna sempat melirik ke arah garasi, lalu menawarkan, "Mau pakai mobil saya saja? Ada jeep lama di garasi. Lebih cocok untuk ke area kebun, jalurnya agak becek kalau semalam hujan."

Namun Raka segera menggeleng sambil tersenyum. "Terima kasih, Bu, tapi mobil saya sudah terparkir di halaman. Nanti malah repot harus keluarkan mobil dari garasi. Lagi pula, mobil saya cukup tinggi, semoga saja bisa menyesuaikan medannya."

Aruna agak ragu. Ia menatap mobil Raka yang bersih mengilap di bawah sinar pagi. "Tapi... nanti jadi kotor. Kebunnya agak berlumpur kalau habis hujan. Mobil saya sudah biasa dipakai ke sana."

"Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah siap. Lagipula mobil saya memang sering saya bawa ke lokasi survei," ujar Raka dengan nada meyakinkan.

Akhirnya Aruna mengangguk, meski dalam hati merasa sedikit tak enak. Mereka berjalan menuju mobil Raka, mobil jeep hitam yang tampak gagah dan elegan. Ketika Aruna duduk di kursi penumpang, ia langsung mencium aroma lembut dari pengharum mobil yang tidak menyengat, seperti perpaduan kayu manis dan citrus.

Interiornya rapi luar biasa. Tidak ada satu pun barang berserakan. Dashboard bersih, jok mobil terawat seperti baru, dan botol air mineral tertata rapi di konsol tengah. Aruna diam-diam menoleh ke Raka yang tengah menyesuaikan sabuk pengamannya. Ada perasaan kagum yang menyeruak tanpa bisa ia cegah.

Dalam hati, ia membandingkan dengan mobil suaminya, Bagas. Mobil yang sering dipenuhi alat-alat kamera, botol kosong, dan bau lembap karena sering dipakai ke lokasi-lokasi ekstrem. Bagas tidak peduli dengan detail seperti ini. Bagi Bagas, mobil hanyalah alat untuk berpindah. Sedangkan Raka... pria ini seolah merawat mobilnya seperti memperlakukan sesuatu yang ia sayangi.

Perjalanan dimulai. Mobil melaju mulus di jalanan yang perlahan menanjak menuju perbukitan. Aruna bersandar, menikmati keheningan di antara mereka, sesekali mencuri pandang ke arah Raka. Ada sesuatu yang hangat dan terjaga dalam cara pria itu membawa dirinya dan mobilnya.

Dan di tengah guncangan lembut kendaraan yang melintasi jalan tanah yang mulai basah, Aruna membiarkan dirinya larut dalam perasaan ringan yang belum pernah ia rasakan sejak lama. Sebuah ketertarikan yang perlahan tumbuh, diam-diam, tapi pasti.

Saat roda mobil mulai menggerus tanah yang lebih sempit dan rimbun, Aruna melirik ke luar jendela, lalu berkata ringan, "Kita sudah mau sampai. Kita lewat jalur utara saja supaya dekat ke sektor C."

Raka mengangguk, memperlambat laju mobilnya dan mengarahkan kemudi sesuai petunjuk Aruna. Jalanan mulai menyempit, tetapi panorama yang tersaji justru makin menakjubkan. Bukit-bukit kecil mengelilingi mereka, sementara sinar matahari pagi menembus celah dedaunan yang masih basah oleh embun. Aroma tanah lembap menyeruak, memberi kesan segar dan alami yang begitu khas dari daerah perbukitan.

Raka memarkirkan mobilnya di tepian jalan tanah yang mulai mengering. Tanpa banyak bicara, ia turun, membuka pintu belakang, dan dengan tenang mengambil beberapa peralatan yang tersimpan rapi tas berisi alat ukur tanah, buku catatan, dan botol air. Ia menyampirkan ranselnya ke bahu, lalu mengenakan topi koboi berwarna cokelat tua yang langsung menambah pesona maskulinnya. Sebuah kacamata hitam ia kenakan dengan gerakan sederhana, namun bagi Aruna, semuanya tampak seperti adegan dari film lama yang mendebarkan.

Aruna hanya berdiri di sisi mobil, pura-pura sibuk menepuk-nepuk celananya dari debu, padahal jantungnya berdebar tak keruan. Pandangannya mencuri waktu, memperhatikan bagaimana gerakan Raka begitu terukur dan tenang, nyaris meditatif. Ia bahkan tidak sanggup menatap lama-lama terlalu mudah jatuh pada bayangannya sendiri.

Raka melirik ke arah Aruna. “Ibu nggak pakai pelindung kepala?” tanyanya, nada suaranya ringan tapi ada kepedulian di baliknya.

Aruna tersenyum canggung. “Kupikir masih pagi, belum terlalu panas.”

“Jam sepuluh ke atas matahari mulai menyengat, Bu. Kulit bisa terbakar kalau kelamaan.”

Tanpa menunggu balasan, Raka melepas ranselnya, kembali ke mobil, dan mengambil sebuah topi biasa berwarna krem yang ia kenakan di awal perjalanan. Ia kembali menghampiri Aruna dan, tanpa banyak basa-basi, menyerahkan topi koboynya kepada Aruna.

“Pakai ini saja, Bu. Lebih teduh.”

Aruna menerima topi itu dengan ragu dan terpesona sekaligus. Ia bisa mencium samar aroma tubuh Raka yang tertinggal di kain topi itu maskulin, bersih, dan menenangkan. Ada sesuatu yang hangat menggelitik di dada Aruna. Perhatian kecil itu sangat sederhana, sangat tulus telah menjadi semacam oase dalam gurun emosinya.

1
Daniah A Rahardian
Hai, Thor! Ceritanya seru banget, aku ikut terbawa suasananya 😄 Cuma aku mau ngasih catatan sedikit, kayaknya ada yang typo deh. Di bagian itu harusnya yang putus sama Rita itu Raka, bukan Bagas ya? Soalnya dari alur sebelumnya, kayaknya yang pacaran sama Rita itu Raka. Semangat terus nulisnya, Thor.. ❤️
Dee: Hai juga...🥰
Wah, makasih banyak ya udah baca dan menikmati ceritanya! Aku senang banget kamu bisa ikut terbawa suasana 😄
Dan makasih juga udah jeli nemuin bagian yang typo itu. Iya, kamu bener harusnya yang putus sama Rita itu Raka, bukan Bagas. Nanti aku perbaiki ya biar nggak bikin bingung pembaca lain.

Sekali lagi makasih banyak atas perhatian dan dukungannya. Semangat juga buat kamu, semoga harimu menyenangkan! ❤️
total 1 replies
ovi eliani
thor blm up ya
Dee: Thor udah bangun lagi nih, say 😆✨ Kemarin dia rehat dulu, ikut nonton pildun terus sibuk nyate Iduladha. Sekarang balik beraksi, cek yaa~
total 1 replies
ovi eliani
mantap, lebih baik di cintai laki 2 yg tulus sepertih raka, dr pada mencintai bagas yg tak tau arah kehidupan.
xia~xiaoling
masya'allah thor..tata bahasanya mendalam menyentuh ngena banget d hati..thor km org yg puitis..pinter bikin sajak..
prosanya sip...mkin skbma novel mu thor
Dee: Masya Allah, makasih banyak ya Kakak 🌸🙏 Komentarmu bikin semangatku nulis makin menyala. Aku senang banget kalau tulisanku bisa menyentuh hati pembaca. Doain semoga ke depannya aku bisa terus konsisten berkarya dan bikin karya yang lebih baik lagi. Terima kasih sudah membaca dan mendukung 🙏💖
Kalau tertarik silakan baca karya2ku yg lain...
total 1 replies
R 💤
Hallo Thor, aku mampir 👋🏻👋🏻👋🏻
Dee: Hai Kakak... 😄
Terima kasih sudah mampir dan baca Tumbuh di Tanah Terlarang! 👣🌿
Semoga ceritanya berkesan ya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar kalau suka 💬✨
Kalau kamu tertarik, boleh juga intip karya-karya aku yang lain...

Salam hangat dari author,
DeeMar 🖋️
total 1 replies
R 💤
Aruna lagi puber kedua gak sih, hehe
Dee: Haha bisa jadi~ makasih udah nangkep vibe-nya Aruna 😄 Jangan bosan sama tingkah dia ya!
total 1 replies
ovi eliani
aduhhhh aku bacanya kurang semangat thor, sesuatu yg sdh retak mungkin dapat di satukan tapi masih terlihat garis nya, itu yg di radakan aruna, jadi ikutan lelah bacanya
ovi eliani
wah drama tarik ulur ini, yg ada nanti akan lebih menyakitkan lg tinggalkan masa lalu aruna raih masa depam nooo raka udah nunggu. cicil kopernya sama raka satu satu jadi klo udah selesai cepat berangkat...
Daniah A Rahardian: Aruna plis, koper udah dicicil, hati Raka juga udah dicicil buat kamu 😭 tinggal kamu aja tuh yang ngaret terus! Gaskeun!
total 1 replies
ovi eliani
mau up lg song seru nih
Daniah A Rahardian
wow.. pedas sekali omonganmu Bagas😱
ovi eliani
aku bacanya gemes, karena hati ku tidak seluas aruna ngalah muluh, jd lah wanita yg tegas aruna, untuk apa rumah tangga di jalani tp tidak ada kebahagian di dalam pernikahan, sdh hampir 20 tahun ber rumah tangga apa tidak ingin kehadiran buah hati, hanya pernikahan dingin dan hampa , ayolah bikin cerita yg bikin greget up berikutnya ada ketegasan dan keputusqn aruna buqt bagas mungkin sebuah ancaman yg membuqt bagas berpikir, hanyq semua sarqn thor terima kasih
Dee: Itulah seni menulis membangkitkan rasa kesal, gemas, bahkan marah. Kalau ceritanya datar-datar saja, ujung-ujungnya pembaca sudah bisa menebak akan berakhir bahagia. Tapi dalam cerita ini, semuanya masih penuh teka-teki😊
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Sabar itu ada batasnya, Mas Bagas......
ovi eliani
baru tau bagas , rumput tetanga pada hijau, makanya jgn masuk hutan terus, sekali2 lihat rumput tetanga, semangat aruna panas in aja terus bagas biar tau rasa. untuk raka slow men...klo jodoh ngak kemana, semangatbthor up lg dong kurqng bacanya
Daniah A Rahardian
Mulai panas.... perlu AC nih...😄👍
ovi eliani
jgn pernah membuat hati seorang istri menjadi lelah karena lelahnya wanita adalah suatu kehancuran semangat thor
Dee: Terima kasih atas komentarnya, Kak Ovi. Ungkapan yang sangat dalam dan penuh makna. Saya setuju bahwa kelelahan seorang wanita, apalagi seorang istri, dapat berdampak besar pada semangat dan keharmonisan. Semoga cerita ini dapat terus memberikan pesan dan refleksi yang berarti.
total 1 replies
ros
ceritanya menarik 👍
Dee: Terima kasih Kakak, yg selalu setia ngikutin cerita aku, semoga terhibur ya...
Jangan lupa komen dan likenya 💖🙏🏻
total 1 replies
ovi eliani
nah mulai tumbuh benih benih ngak taulah , up doble thor karena bacanya kurang terus semangat thor terima kasih.
Daniah A Rahardian
Fix, kisah ini cocok jadi sinetron jam 7 ‘Cinta Terlarang Tapi Bikin Nagih’."
Dee: iya, bisa... bisa😄
total 1 replies
ovi eliani
ceritanya ringan menarik untuk dibaca
ovi eliani
cie cie istri orang senangnya, semangat raka pilih yg terbaik buat mu , tp statusnya jgn istri orang juga , jawabannya ku tunggu janda mu. semoga entar sore atau malam up lg, senang banget bacanya semangat thor..
Dee: Ditunggu ya... aku usahain bisa up tiao hari, tadi nonton bola dulu hhee...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!