Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sementara di rumah, Sabila merasa khawatir kepada adik iparnya. Dia merasa tidak tenang.
"Semoga kamu baik-baik saja, Risma." kata Sabila.
Berharap iparnya baik-baik saja tak lantas menghilangkan rasa gelisah nya. Seiring jarum jam berputar, Sabila kembali dibebani dengan rasa tanggung jawab yang besar. Adik iparnya pagi tadi minta izin padanya. Kalau saja tanpa izin darinya Risma pergi, mungkin Sabila tidak akan seperti ini.
"Kenapa aku tambah gelisah ya?" Gumam Sabila. "Apa gak sebaiknya aku telpon Imel, buat mastiin?" Sabila teringat akan sahabat iparnya itu.
Sabila meraih handphone jadulnya di atas meja, segera ingin menelpon Imel. Tapi diurungkan, "Nanti si Risma ngomel-ngomel! Kenapa sih mbak ini, Kenapa sih Mbak itu. Huh menyebalkan!" Gerutu Sabila.
Tak bisa menahan diri karena khawatir pada Risma, akhirnya Sabila mengirim pesan chat.
"(Kamu dimana Risma? Apa semua baik-baik saja, tugas kampus apa sudah dikerjakan?)" Pesan Sabila.
"(Tolong balas pesan Mbak, Risma! Mbak hanya khawatir sama kamu, gak ada maksud lain.)" Pesan Sabila.
Cukup lama Sabila menunggu pesan balasan dari Risma. Sekitar 1 jam tepat jam 11 malam, Risma baru .membalas pesan kakak iparnya.
"(Aku lagi bersenang-senang sama teman-teman ku. Jangan ganggu deh dengan ngirim pesan.)" Pesan Risma.
Membaca pesan dari Risma membuat Sabila kesal, karena adik iparnya menyalahgunakan kepercayaan yang dia berikan.
Sabila memutuskan untuk menelpon Risma, tapi panggilannya selalu di tolak. Tak habis akal, Sabila menelpon Imel. Imel adalah sahabat Risma, kalaupun pergi menginap pastinya Risma menginap di rumah Imel.
"Dringg.. Dringg..!" Nada panggilan Imel.
Tak butuh waktu lama, panggilan pun dijawab. "Halo!" Terdengar suara khas orang yang baru bangun tidur.
"Imel! Aku Sabila, kakak ipar Risma. Apakah Risma benar menginap di tempat mu?" Kata Sabila.
"Dia tidak menginap di tempat ku." Kata Imel.
Perasaan Sabila mulai kembali tidak tenang, saat tau Risma tidak menginap di tempat Imel.
"Tapi sebelumnya dia bilang akan mengerjakan tugas, dan akan menginap di tempat mu seperti biasa." Kata Sabila, sedikit panik.
"Setahuku tadi di kampus dia janjian dengan beberapa teman, akan pergi ke sebuah club." Kata Imel sengaja, karena tidak suka dengan kebohongan Risma.
"Apa kau tau dimana club' itu?" tanya Sabila.
"Aku tidak tahu kak!" Kata Imel.
"Baiklah, terima kasih. Maaf mengganggu istirahat mu." Kata Sabila, mengakhiri panggilan.
Sabila benar-benar dilanda kecemasan, kalau saja Risma tidak meminta izin darinya mungkin dia bisa acuh.
Tak ada pilihan lain, Sabila kembali mengirim pesan pada Risma.
"(Share lokasi kamu Risma! Mbak gak mau disalahkan atas kelakuan kamu.)" Pesan Sabila.
"(Ck.. Kalau aku share, apa Mbak mau kemari jemput aku? Kayak berani aja Mbak, ini udah malam.)" Pesan Risma.
"(Share saja lokasi kamu, Risma!)" Pesan Sabila.
Risma mengirimkan lokasinya. Betapa terkejutnya Sabila saat mengecek di Map, lokasi itu menunjuk pada Club malam terkenal.
Sabila masih ber positif thinking, mungkin Risma ada di sekitar situ bukan di dalam club' nya.
Tanpa pikir panjang, Sabila memesan taxi online untuk menjemput Risma. Sekitar 30 menit dia sampai.
...****************...
Club' Malam
Sabila menatap bangunan dengan lampu kelap kelip di luarnya. Banyak wanita memakai pakaian kekurangan bahan, keluar masuk club itu bersama pria tuan maupun muda.
"Benar ini sebuah club. Ya Allah apa yang kamu lakukan di tempat haram ini?" Gumam Sabila.
Sabila melangkahkan kakinya hendak masuk ke dalam, tapi langkahnya dihentikan oleh penjaga disana.
"Maaf! Anda tidak bisa masuk ke dalam." Kata Penjaga, yang melihat penampilan Sabila mengenakan daster emak-emak lengkap dengan Hijabnya.
Sabila tersentak kaget, sejak tadi dia memang hanya memperhatikan orang yang keluar masuk, serta lampu kelap kelip. Dia tidak memperhatikan 2 penjaga yang memakai setelan hitam ala-ala gangster.
"Maaf Pak! Saya ingin menjemput adik saya, dia mengirim lokasinya tadi." Kata Sabila, sembari memperlihatkan share lok Risma tadi.
"Apa dia minta di jemput?" Selidik penjaga itu.
Sabila pun mengangguk cepat.
"Baiklah saya akan membantu anda mencarinya." Kata penjaga itu, sembari memberi kode temannya untuk menggantikan posisinya.
Sabila sangat senang, dengan bantuan penjaga dia tidak akan kesulitan menemukan Risma. "Terimakasih!" Kata Sabila dengan senyum ramah.
Saat masuk Sabila disuguhkan dengan music DJ, dan lampu yang sedikit buram. Tapi dia dapat mengenali teman iparnya itu, dari kejauhan.
"Pak! Itu teman-teman adik saya." Kata Sabila dengan suara sedikit keras.
Penjaga itu mengarahkan pandangannya ke arah yang dimaksud Sabila. "Baiklah saya antar anda kesana!" Kata Penjaga itu.
Setelah mendekat, Sabila langsung bertanya pada teman iparnya.
"Mita!" Panggil Sabila dengan suara yang keras. "Dimana Risma?" Katanya.
Karena sudah dalam pengaruh minuman, Mita jujur mengatakan. Kalau Risma ada di lantai 2.
Sabila menatap penjaga, berharap dia bisa naik ke atas mencari adiknya. Seakan tahu isi pikiran Sabila, penjaga itu hanya bisa berkata.
"Diatas adalah kamar pribadi, tempat pasangan menghabiskan waktu bersama. Saya tidak bisa membawa anda ke atas kalo tidak tahu di kamar berapa adik anda berada." Kata Penjaga.
Sabila mengirimkan pesan kepada Risma. Menanyakan nomor kamarnya.
"(Kamu di kamar nomor berapa, Risma?)" Pesan Sabila.
"Tring!" Nada pesan di hp Risma.
"Huh, bentar sayang! Ini Mbak Sabila ganggu terus sih, sampai nanyain nomor kamar." Kesal Risma.
Edward yang kesenangannya tertunda, menghembuskan nafas kasar. "Ada apa sih?" Tanyanya.
"Dari tadi kamu sibuk dengan hp, kalau gak niat nemenin aku bilang aja." Kata Edward yang nafsunya sudah dipuncak, tapi selalu tertunda.
Risma merasa bersalah (Padahal cewek ya gaes). "Gak gitu! Ini kakak ipar aku, kepo dengan urusan pribadi ku." Jelas Risma ingin meredam amarah Edward. "Kayak bisa saja dia nyusul kemari." Imbuhnya.
Edward punya ide brilian, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. "Bilang aja kamu di kamar 23 A." Kata Edward.
"Kan itu bukan kamar kita, Kamar siapa itu?" Kata Risma.
"Itu.. Itu aku juga gak tahu. Lagipula hanya untuk meyakinkan Kakak ipar kamu saja." Kata Edward, sembari kembali mengecup puncak gunung Risma.
"Eugh..
"(Kamar 23 A. Masuk saja kalo memang Mbak ada disini.)" Pesan Risma.
Setelah mendapat nomor kamar, Sabila segera memberitahu penjaga. "Pak! Adik saya ada di kamar 23 A." Kata Sabila.
Mendengar nomor kamar yang disebutkan, penjaga merasa ragu. Dia tau persis siapa pemilik kamar itu. "Kamar 23 A! Kamar itu tidak boleh dimasuki sembarangan orang mbak." Kata Penjaga mengingatkan.
"Tapi adik saya meminta saya langsung masuk." Kata Sabila, memperlihatkan pesan Risma pada penjaga.
Karena sudah ada bukti bahwa memang Sabila diminta ke kamar itu, penjaga akhirnya mau mengantarkan nya.
"Saya akan antar anda ke atas. Mari!" kata penjaga itu.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.