NovelToon NovelToon
Bloody Anna

Bloody Anna

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: nath_e

~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~

Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan menyambut Kanjeng Mami

Anastasia dan Adam duduk di kursi belakang mobil hitam mewah yang melaju dengan tenang. Sepanjang perjalanan, Anastasia sibuk memberi instruksi kepada para stafnya melalui ponsel. Wajahnya serius, mencerminkan betapa pentingnya kedatangan "Kanjeng Mami" yang akan mereka sambut hari ini.

"Pastikan suite mewah di lantai tertinggi sudah siap sebelum kami datang," ucap Anastasia dengan tegas, matanya tak lepas dari layar ponsel. "Jangan lupa tambahkan rangkaian bunga lily putih di ruang tamu suite. Itu favoritnya, ehm … lobby juga. Bunga-bunga harus segar, terlihat mewah dan elegan.” Lanjutnya lagi sambil melihat pantauan situasi lobby dari tabletnya.

Adam, yang duduk di sebelahnya, menyimak dengan tenang. Sesekali, ia melirik Anastasia sambil memegang tablet, mencatat beberapa hal penting.

"Menu makanan juga harus sempurna," lanjut Anastasia. "Mulai dari hidangan pembuka hingga penutup. Pastikan semua berbahan organik, dan tidak ada unsur seafood. Kanjeng Mami alergi."

Salah satu staf di ujung telepon menjawab dengan suara gemetar, "Siap mbak, kami akan pastikan semuanya sesuai permintaan."

Adam tersenyum kecil dan berkata dengan nada santai, "Kamu benar-benar perfeksionis kalau soal Kanjeng Mami, ya. Nggak heran beliau selalu lebih memilih kamu dibandingkan yang lain."

"Harus," jawab Anastasia tanpa menoleh, masih fokus mengatur setiap detail. "Kalau sampai ada satu hal saja yang salah, reputasi kita bisa hancur. Dan kamu tahu kan pentingnya kesan pertama bagi beliau."

Setelah selesai memberi instruksi, Anastasia menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya ke jok. Adam mengulurkan botol air mineral kepadanya, yang langsung diterima dengan senyum tipis.

"Thanks," katanya sambil membuka botol itu. "Ini baru langkah pertama. Masih banyak yang harus kita pastikan sebelum Kanjeng Mami tiba."

Adam hanya mengangguk. Dalam hati, ia kagum pada Anastasia yang mampu menjaga ketenangannya meski dalam tekanan tinggi. Meskipun ia sendiri merasa bahwa persiapan ini sudah lebih dari cukup, Adam tahu Anastasia tak akan berhenti sampai segalanya sempurna.

Anastasia melipat tangannya dengan wajah cemas, tatapannya terpaku pada jalan di depan. "Kalau ada sedikit saja yang salah ... Kanjeng Mami nggak cuma bakal mencopotku dari jabatan, Dam. Yang lebih parah, dia bakal menikahkan aku denganmu!" Nada suaranya terdengar setengah bercanda, tapi jelas ada kecemasan di balik ucapannya.

Adam yang duduk santai di sebelahnya langsung terkekeh. "Lho kan kebetulan, kamu single aku juga sama dan ide menikahkan kita? Wah, itu sih bukan hukuman, Ana. Itu berkah!" godanya dengan nada menggoda, menyunggingkan senyum nakal.

Anastasia melirik Adam tajam, tapi pipinya sedikit memerah. "Berhenti bercanda, Adam. Aku serius!"

"Aku juga serius," balas Adam dengan santai. "Kalau sampai itu terjadi, aku pastikan kalau aku bakal jadi suami siaga untukmu. Aku bisa siap siang-malam untuk mendengarkan semua keluhanmu, membawakan kopi saat kamu lembur, dan—tentu saja—jadi suami idaman yang selalu ada untukmu." Ia mengedipkan mata dengan penuh canda.

Anastasia memutar mata, berusaha menutupi senyum kecil yang hampir muncul di bibirnya. "Kamu itu, Dam, selalu saja menggampangkan segalanya. Kamu nggak tahu tekanan yang aku rasakan setiap kali Kanjeng Mami datang."

"Justru karena aku tahu tekanannya, makanya aku mencoba bikin kamu rileks," kata Adam, kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Lagipula, Ana, kamu itu selalu perfeksionis. Kanjeng Mami pasti tahu itu. Kamu nggak perlu terlalu khawatir."

Anastasia mendesah, sedikit mereda ketegangannya meski tidak sepenuhnya. "Aku cuma nggak mau ada resiko, Dam. Aku harus profesional. Kalau sampai dia kecewa, habislah aku."

Adam menatap Anastasia dengan senyum yang lebih tulus. "Kalaupun itu terjadi—dan aku yakin nggak akan—aku tetap di sini, Ana. Siap jadi suami siaga, kalau-kalau kamu berubah pikiran."

Anastasia tidak tahan lagi, akhirnya tertawa kecil. "Iiissh bisa serius dikit nggak sih Dam? Kamu belum minum obat kayaknya nih.”

"Aku nggak perlu obat kalau cuma buat gombalin Anastasia Eliana Mangkudibyo. Karena aku itu obatnya kamu dan itulah yang bikin aku ini jadi pilihan suami idaman Kanjeng Mami," seloroh Adam sambil tertawa, membuat suasana di antara mereka terasa lebih ringan.

“Adam … berisik tau nggak sih!” Keduanya tertawa kecil mengendurkan ketegangan Anastasia.

Setibanya di hotel, Anastasia dan Adam disambut oleh Nathan dan timnya yang sudah berjajar rapi di lobby. Nathan, dengan senyum profesionalnya, menyerahkan sebuah clipboard berisi daftar persiapan yang telah dilakukan.

"Semua sudah sesuai instruksi, mbak. Tinggal cek and ricek aja," lapor Nathan dengan suara tenang. "Tapi, kalau ada hal lain yang perlu ditambahkan dalam daftar periksa, kami siap."

Anastasia mengangguk, menerima daftar itu tanpa berkata banyak. Langkahnya kemudian terhenti di tengah lobby, tepat di depan lift utama yang semalam sempat dilewatkannya. Matanya menyipit, penuh curiga. Ia berbalik menatap Adam, yang saat itu sedang berdiri santai dengan tangan di saku jasnya.

"Lift ini," ucap Anastasia pelan, nadanya penuh penekanan, "masih rusak?”

Adam, dengan tenang dan sedikit senyum di wajah tampannya, mendorong kacamatanya ke atas. "Rusak? Semua lift di hotel ini normal. Tapi jika kamu mau, kita bisa melakukan pemeriksaan seluruh lift. Pastikan sendiri bahwa semuanya sesuai standar."

Nada santainya membuat Anastasia sedikit mendengus. Ia melirik Nathan, yang langsung merespon dengan isyarat kecil kepada salah satu teknisi di belakangnya.

"Kami sudah mengecek ulang pagi ini, mbak," kata Nathan buru-buru. "Lift utama sudah berfungsi dengan baik, tapi kalau mbak Ana mau memeriksanya sendiri, kita bisa mengatur akses penuh untuk Anda."

Anastasia mendekat ke lift, jari-jarinya menyentuh tombol panggil. Sejenak ia terdiam, lalu menoleh lagi pada Adam.

"Kamu nggak mau nemenin aku buat ikut memastikan?"

Adam mengangkat bahu santai. "Tentu saja. Suami siaga selalu ada untuk mendukung," jawabnya, kembali dengan nada menggoda, yang membuat Nathan dan timnya nyaris tertawa tapi cepat-cepat menutup mulut.

Anastasia memutar matanya, menahan senyum. "Kita periksa sekarang," katanya dengan tegas, sebelum pintu lift terbuka dengan suara lembut.

"Setelah Anda, nona Anastasia." ucap Adam sambil mempersilahkan, mengikuti Anastasia masuk ke lift dengan sikap santai namun penuh perhatian.

Setelah memeriksa beberapa lift di hotel, hasilnya jelas–semuanya berfungsi dengan sempurna. Tidak ada suara aneh, tidak ada jeda saat pintu terbuka, dan semua tombol merespons dengan baik. Anastasia berdiri di dekat pintu lift terakhir, matanya tajam memandang Nathan dan seorang teknisi hotel yang ikut mendampingi.

"Jadi, kalian yakin tidak ada laporan kerusakan atau gangguan sejak hotel ini berdiri?" tanya Anastasia dengan nada tegas.

Nathan, yang sedikit gugup di bawah tatapan tajamnya, mengangguk cepat. "Benar, mbak. Saya sudah memeriksa catatan pemeliharaan kami. Semua lift selalu dalam kondisi prima, dan tidak ada laporan macet atau kerusakan, termasuk semalam."

Teknisi itu menambahkan, "Lift selalu dicek rutin, mbak. Bahkan semalam tidak ada alarm atau keluhan apa pun. Mungkin ada kesalahpahaman?"

Anastasia memejamkan mata, menarik napas panjang. Jantungnya berdegup kencang, bukan hanya karena menahan amarah, tapi juga karena perasaan bahwa dirinya sedang dikerjai. Ingatannya melayang ke sosok wanita cleaning service yang ia temui semalam—wanita itu dengan jelas mengatakan lift tidak berfungsi.

Ia membuka matanya dan menatap Adam, yang berdiri bersandar di dinding lift dengan tangan masih dimasukkan ke saku. Lelaki itu memandangnya dengan alis sedikit terangkat, jelas menangkap kegelisahan di wajahnya.

"Apa yang ada dalam pikiranmu?" tanya Adam santai, tapi ada nada penasaran dalam suaranya.

Anastasia menggeleng pelan, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Nothing," jawabnya dingin. "Cuma, aku merasa seseorang sedang bermain-main denganku." Jawabnya dengan nafas berat.

Adam menyeringai kecil, mendekat sambil mencondongkan tubuh sedikit. "Wanita cleaning service itu, ya?" tebaknya dengan nada bercanda. "Mungkin dia hanya ingin menguji kesabaranmu. Atau, siapa tahu, dia diam-diam penggemarmu dan ingin perhatian lebih."

Anastasia melotot kesal. "Dam, please serius dong! Ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Kalau aku sampai salah langkah karena informasi palsu seperti ini, Kanjeng Mami bisa menghancurkan karierku!"

Adam mengangkat tangannya tanda menyerah, masih dengan senyum di wajahnya. "Oke, oke, maaf. Tapi coba tenang dulu, Ana. Kalau memang ada seseorang yang sengaja mengerjaimu, bukankah ini justru kesempatan untuk menunjukkan bahwa kamu tetap tangguh dan tidak gampang dipermainkan?"

“Lagipula, kalau karirmu hancur … ada aku, calon suamimu yang siap membentuknya kembali.” Seloroh Adam tak henti menggoda Anastasia sampai merona.

Anastasia mendengus pelan. Meski tak ingin mengakui, ucapan Adam ada benarnya. "Baiklah," katanya akhirnya. "Tapi aku ingin tahu siapa yang berani melakukan ini. Nathan, cari tahu tentang cleaning service yang bertugas semalam. Aku mau ketemu dia.”

"Siap, mbak," jawab Nathan sambil buru-buru mencatat di tabletnya.

Anastasia kembali menatap lift yang kini terasa seperti simbol kecil dari pengkhianatan. "Awas aja kalau ibu itu ketemu," gumamnya pelan, "dia akan menyesal karena sudah mencoba mempermainkanku."

Bersambung …,

1
Heri Wibowo
pagi pagi sudah sarapan omelan kanjeng mami aja ya An.
nath_e: pagi yg indah🤧
total 1 replies
Reni
ini kanjeng mami sambil nyelam minum air pdhl emg ujung2 nya Anastasia sama Adam disatuin 😅😂🤣 biar ceper aja prosesnya pake acara nyuruh beresin perhantuan biar secara g langsung makin dekat makin rapat
Reni: pingin gendong cicit cepet2 biar bisa dipamerin hhhhh
nath_e: 😁😁iyaaah pen dpt cucu
total 2 replies
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
ya mana gue tau?!
Hana Nisa Nisa
semangat ya kak ceritanya bagus
nath_e: makasih Kaka cantik... insyaallah semangat trus 🤗🙏
total 1 replies
Ali B.U
is the best
nath_e: makasih ka 🙏🙂
total 1 replies
Ali B.U
nexy
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
wew, sakti nih pohon!
Reni
wahhhh ternyata saling terkait semua hantu di hotel ini
Heri Wibowo
Anastasia pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan energi untuk melihat kilas balik masa lalu
Netty Herawaty
goodsssss
nath_e: maturnuwun 🙏🤗
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thoooooooor
nath_e: siiap😅🙏
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thor
Heri Wibowo
lanjutin Mbak
nath_e: otw kaa😅🙏
total 1 replies
Reni
astaga pak Broto Iki lho kok Yo seh senewen mantan sugar baby sama Mbah Sarip 😅🤣😂 jatuh harga diri pak Broto hhh
Reni: kalah dupo 🤣😂😅
nath_e: 😂kalah telak ma simbah
total 2 replies
Reni
eee penyanyi to
Reni
akhirnya ada setitik harapan
Ali B.U
next
Reni
hiaaaa manggil si hantu Belanda Anna dikamar paling angker nich
Reni
wahhh udah kerasukan masih takut tuntutan Mbah Sarip 😅
Reni
jiaaaaa dipinteri mbah Sarip 😅🤣😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!