Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Hari sudah sore, waktu pulang bagi para pekerja telah tiba. Srikandi memandang punggung Yudistira yang perlahan menjauh kemudian menghilang di balik pintu yang dia tutup keras.
Dia tahu pria itu kecewa, tetapi dia juga tidak bisa melewatkan kesempatan penting kali ini untuk bisa bersama dengan Arjun.
Beranjak dari tempat duduknya kemudian menuju wastafel yang ada di kamar mandi. Membersihkan muka kemudian membenahi make up ala kadarnya. Hanya bedak tabur tipis dan lipgloss, karena Srikandi memang tak pernah bermake up tebal. Karena wanita itu tidak menyukai dandanan menor.
Memandang wajahnya dari pantulan cermin, sudah nampak lebih segar dari sebelumnya. Dia harus terlihat ceria, seolah-olah dia memang senang bertemu dengan Arjun.
Setelah dirasa penampilannya sempurna, Srikandi segera bergegas meninggalkan ruangannya. Berhenti sebentar ketika berpapasan dengan Citra, asistennya.
"Apa kau akan sibuk setelah pulang nanti?" tanya Srikandi kepada asistennya.
"Tidak, Nona. Saya hanya akan bersantai di rumah." jawab Citra.
"Bagus. Kalau begitu pastikan ponselmu tetap dalam keadaan stand by. Telepon balik ke nomorku ketika aku melakukan panggilan, atau setelah aku mengirim pesan. Hanya menelepon tidak perlu bicara meski aku mengangkatnya. Apa kau paham?" Srikandi memberi instruksi kepada Citra.
"Saya mengerti, dan saya akan melakukannya dengan baik." jawab Citra lugas. Dia mengerti apa yang dimaksud oleh atasannya.
Srikandi segera meneruskan langkahnya setelah mendapat jawaban dari Citra. Dia akan menunggu Arjun di lobby perusahaan, karena dia memang tak pernah membiarkan Arjun masuk ke dalam perusahaan untuk mencarinya. Rupanya ada gunanya dia menutup identitas sebagai pemilik perusahaan kepada Arjun.
Sepuluh menit menunggu Arjun belum juga menampakkan batang hidungnya. Akhirnya Srikandi berjalan ke halaman. Berjalan mondar-mandir dengan sesekali memperhatikan penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ke mana manusia bernama Arjun Wiwaha ini?
Di salah satu sudut tempat parkir, yang mana bisa melihat jelas hilir mudiknya orang yang terlalu lalang di halaman perusahaan.
Seorang pria tampan rupawan mencengkeram erat setir di tangannya dengan rahang mengeras menahan amarah.
"Kurang ajar, seperti apa rupanya manusia pecundang bernama Arjuna Wiwaha, kenapa berani-beraninya dia membuat Shika menunggu. Ini benar-benar tidak bisa dimaafkan."
"Arjuna Wiwaha, aku beri kau kesempatan untuk bernafas sementara. Akan kubiarkan Shika puas bermain-main denganmu dulu, setelah itu jika aku tidak memberikan hukuman setimpal padamu, makan sama aku bukan Yudhistira." Gumamnya sambil mengepalkan dua tangan yang berada di atas setir.
Lima menit kemudian, Yudistira melihat sesosok pria datang menghampiri Srikandi. Yudistira menajamkan penglihatannya memperhatikan pria itu dengan kening berkerut.
"Siapa pria itu, kenapa sepertinya aku pernah melihatnya? Itu seperti wajah yang tidak begitu asing. Di mana aku pernah melihat dia?" Yudistira terus berpikir mencoba untuk mengingat-ingat di mana Dia pernah bertemu dengan Arjun.
*
"Honey, maaf aku telat. Jalanan sangat macet di jam pulang kantor!" Arjun datang dengan berlari kecil menghampiri Srikandi yang berdiri sambil bersedekap.
"Akhirnya kau datang juga, kenapa lama sekali? Aku sudah lelah menunggu di sini?" Srikandi berbicara dengan menampakkan wajah cemberutnya. Seakan-akan dia begitu menantikan kedatangan Arjun.
Padahal yang sebenarnya, ingin sekali rasanya dia menendang Arjun hingga melenting tinggi dan tersangkut di atas pohon. Sebagai hukuman karena telah berani membuatnya berdiri lama di halaman.
"Iya, Honey. Maaf ya, seperti kamu juga tahu, di jam pulang kantor seperti ini jalanan memang sangat macet."
Srikandi mengangguk dan berusaha merubah wajahnya kembali menjadi ceria.
"Ya sudah kita berangkat sekarang, bagaimana kalau memakai mobilku saja. Kamu yang menyetir ya." Srikandi berbicara sambil mengulurkan kontak mobil mewahnya kepada Arjun.
Arjun menerima kontak itu dengan wajah berbinar, tetapi dia segera mencoba untuk menguasai diri untuk tidak terlalu terlihat bahagia.
"Lalu bagaimana dengan mobilku?" Arjun berpura-pura keberatan.
"Biar di sini saja kan kamu bisa mengambilnya besok pagi, atau aku akan mengatur seseorang untuk mengantarkan mobil itu ke apartemenmu." ucap Srikandi dan akhirnya mereka berdua segera bergegas menuju mobil Srikandi, lalu berangkat.
"Ah, sebenarnya aku ingin bilang kepada papaku, untuk memberikan mobil ini kepadamu. Lalu kamu yang mengantar dan menjemputku setiap hari, bagaimana?" ucap Srikandi ketika keduanya telah dalam perjalanan.
Mata Arjun terbelalak hampir melompat dari tempatnya. Apa tadi? Srikandi ingin memberikan mobil mewahnya padanya? Oh my God, ini benar-benar rezeki nomplok.
"Aku tidak keberatan mengantar dan menjemputmu setiap hari, Honey. Tapi tidak perlu kau memberikan mobilmu padaku. Aku tidak ingin dianggap sebagai parasit oleh kedua orang tuamu."
Srikandi mencebik dalam hati. Memangnya selama ini dia bukan parasit? Kata-kata pria di sampingnya ini memang benar-benar manis. Tapi sayang itu sudah tidak mempan bagi Srikandi.
Dua puluh menit perjalanan akhirnya mereka berdua sampai juga di sebuah mall besar di pusat kota.
"Apa kau tidak ingin makan dulu, Honey? Kau pasti lapar kan setelah bekerja seharian?" tanya Arjun.
"Menurutku lebih baik kita makan setelah selesai shopping saja. Jadi setelah makan kita bisa langsung pulang. Lagi pula aku juga tidak terlalu lapar." jawab Srikandi.
"Baiklah, sesuai keinginan Tuan Putri." Jawab Arjun sambil mencoba tersenyum meskipun sebenarnya dia sedang menahan lapar.
Lagi pula kenapa Srikandi tiba-tiba merubah kebiasaan. Biasanya mereka akan makan dulu sebelum jalan-jalan. Tapi apa boleh buat, demi gratisan dia rela menahan cacing-cacing di perutnya yang sudah berdemo.
"Ayo Arjun, pilih apapun yang kau suka." Srikandi tertawa dengan bahagia. Dia pun juga memilih-milih barang, dan barang yang menjadi pilihan Srikandi tentu saja bukan barang yang murah harganya.
Arjun tentu saja tak akan melewatkan kesempatan mendapat traktiran. Seperti biasa, ketika di kasir nanti, pasti Srikandi mengatakan kalau dia yang akan membayarnya. Dia hanya perlu berpura-pura dengan menampilkan wajah tidak enak hati. Tapi tetap saja dia akan menerimanya.
Acara pilih memilih selesai. Dan kini saatnya mereka berjalan menuju kasir. Hanya menunggu lima orang antrian, kini saatnya Arjun dan Srikandi yang berhadapan dengan kasir.
"Yang punya aku nanti seperti biasa langsung diantar ke rumahku ya!" Ucap Srikandi pada petugas kasir yang memang sudah menjadi langganan, sambil mengulurkan satu buah kartu nama.
Petugas kasir menerima kartu nama sambil mengangguk paham. Srikandi Wibisana memang memiliki kartu member eksklusif di mall besar tersebut.
"Tiga, dua , satu..." Srikandi berhitung dalam hati. Dan...
Tiluling, tiluling...
Terdengar dering panggilan dari ponsel yang berada di sling bag. Bergegas Srikandi mengambil ponselnya dan meletakkannya di telinga.
"Ya, hallo..?"
"[...]"
"Apa?? Ya Tuhan..!" Srikandi terpekik kaget sambil menutup mulutnya. "Iya, aku akan segera ke sana!" Ucap Srikandi lalu menutup sambungan telepon dan mengembalikan ponselnya ke dalam sling bag.
"Arjun, kemarikan kontak mobil." Ucap Srikandi sambil menyambar kontak yang berada di tangan Arjun, tanpa menunggu pria itu mengulurkannya. Tidak memperdulikan pria itu yang kaget, dan tidak mengerti apa yang terjadi.
"Arjun, aku harus pergi. Tolong kamu urus semuanya ya!" Setelah melemparkan bom Srikandi segera berlari dari tempat itu.
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.