Terjebak Menjadi Mantan Pacar Second Lead

Sekarang aku sedang berjalan menuju kearah gerbang sekolah, aku membuka aplikasi taxi online. Memesannya. Aku duduk di kursi yang ada di depan pos satpam, menunggu jemputan.

Aku memasang earphone di telingaku, memutar lagu yang ada di dunia novel ini. Jujur saja lagu-lagu disini sama seperti di dunia ku.

Aku menatap kearah depan gerbang, lalu pandanganku beralih kearah siswa-siswi yang sedang berjalan pulang dengan teman-temannya. Sebenarnya tadi ana dan Zahra sudah mengajakku pulang bersama, tapi aku menolaknya. Rasanya aku masih sedikit canggung kepada mereka.

Aku menarik napas lelah, aku kira aku akan cepat beradaptasi. Namun ternyata aku salah. Ini sulit, aku menatap kearah kedua sepatu. Aku menggoyangkan kedua kakiku ke kiri dan kanan.

Brum

Brum

Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depanku, aku mendongak kepala menatap kearah si pengendara. Memandang bingung si pengendara, apakah dia mengenal Lila? Kenapa dia menatap aku seperti itu?.

Pengendara yang sudah pasti laki-laki itu memandang tajam kearahku, dia masih memakai helmnya. Ketika aku hendak bertanya Tin, taxi online ku sampai. Aku memutuskan untuk tidak jadi bertanya dan mulai melangkah menuju kearah mobil taxi.

Mungkin dia lagi nunggu temannya, aku mencoba berpikir positif. Aku masuk ke dalam taxi lalu taxi berjalan meninggalkan sekolah. Aku memandang kearah laki-laki tadi, kenapa dia masih melihat kepadaku?

Aku mengalihkan pandanganku dan coba untuk fokus kearah ponselku, tak lama taxi berhenti tepat depan rumahku.

Aku mengucapkan terimakasih, lalu berjalan keluar dari taxi dan mulai melangkah menuju pintu rumah, aku memutar kunci pintu lalu masuk ketika sudah ada bunyi click.

ibu tadi pagi izin pulang ke rumah saudaranya selama dua hari, tadinya aku ingin ikut namun dilarang oleh ibu. Ibu berkata aku nggak boleh bolos karena ini hari pertamaku masuk.

Sepi itu pikiran pertama kali yang terlintas di kepalaku, aku mengabaikan pemikiran itu. Cepat atau lambat aku harus terbiasa merasakan perasaan sepi ini, karena tak selamanya ibu akan berada di sisiku. ibu pasti akan kembali kepada keluarganya cepat atau lambat.

aku menggantung tasku di tempat gantungan tas, sepatu juga aku sudah melepaskannya dan meletakkan ditempatnya. Aku merebahkan badanku di kasur, mengambil ponsel ku yang ada di saku seragam sekolah.

membuka aplikasi chatting, di sana ada pesan dari ibu, ibu menanyakan apakah aku sudah sampai dirumah? Yang ku balas sudah. Lalu aku juga bilang pada ibu, untuk tidak perlu mengkhawatirkan ku, lebih baik ibu fokus akan acara disana.

keluar dari aplikasi chatting, aku langsung memejamkan matanya.dan tak lama kemudian aku tertidur.

🌷

Aku sekarang sedang berada di minimarket yang dekat dengan rumah ku. Tadi aku bangun sekitar jam 17.00 lalu aku langsung mandi. Sesudahnya aku hanya memainkan ponsel sampai jam set tujuh malam.

Jam tujuh kurang aku memutuskan pergi ke minimarket, aku ingin makan mie cup, mumpung ibu lagi pergi. Kalo ada ibu pasti dia akan melarang ku.

Aku mengambil mie cup lalu kripik kentang, es krim, air putih botolan dan coklat. Setelah merasa cukup aku bergegas ke kasir, meletakkan keranjang di atas meja kasir dan membiarkan kasir menghitung bejaannku.

Sesudah selesai, aku berjalan keluar menuju pintu. Melangkahkan kaki dengan santai. sekarang masih jam setengah delapan kurang, belum terlalu malam untukku.

Aku memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di pinggir jalan menuju rumah ku. Memandang orang-orang yang sedang berlalu lalang, di daerah sini selalu ramai bahkan hampir tidak pernah sepi. pukul 03.00 para remaja Yasmine place sini masih bermain disini, orang tua mereka tidak pernah khawatir. Keaman disini lebih baik, daripada keamanan di kawasan perumahan elit.

Fyi. Yasmine place merupakan daerah tempat tinggalku yang sekarang.

Itu terjadi karena kekompakan para warganya, mereka selalu sigap untuk bergantian menjaga saat di malam hari maupun siang hari. bahkan mereka tidak hanya berkumpul di satu titik, mereka membuat ada 6 titik dengan masing-masing dua orang yang berjaga.

Karena hal itu, membuat Yasmine place. Menjadi tempat incaran orang-orang dari berbagai kota dan daerah, namun orang-orang yang selalu berusaha menawarkan harga tinggi untuk sebidang tanah itu selalu gagal, dan hanya sebagian yang bisa membangun rumah di Yasmine place. Sebagian itu 1 dari 100 orang.

Hal itu di karena kan, para warga di sekitar terlalu tak suka dengan pendatang baru. Namun aku anehkan, kenapa mama dan papa Lila berhasil membeli lahan di Yasmine place?

Dan juga sikap warga kepadaku sangat amat baik, mereka selalu menyapaku ketika melihatku melewati rumah mereka dan tentu aku balas dengan senyuman dan sedikit basa-basi.

padahalkan aku termasuk pendatang di Yasmine place, ketika aku bertanya dengan ibu, dia berkata mungkin karena kita cantik haha. ibu tertawa dengan terbahak-bahak setelah mengatakan itu.

Aku yang mendengar ibu berbicara seperti itu, sebenarnya sedikit tidak percaya. Tapi setelah ku pikirkan lagi, seperti nya ucapan ibu benar. Karena beauty privilege memang benar adanya.

Duniaku dan dunia novel hampir sama.

Aku memakan coklat dan melihat kearah sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan, aku menatap iri pada mereka. Kapan aku bisa seperti mereka?

berjalan bersama dengan tangan bergandengan, saling melemparkan candaan dan saling memberikan kasih sayang. Aku mau, tuhan tolong kirimkan pacar untukku juga. Aku bosan jadi jomblo. Huhu.

aku menghela napas dan mengalihkan pandangan kearah lain, aku tak mau iri berkepanjangan.

Aku mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi kamera. Aku mengarahkan ponsel kearah langit malam, di langit terlihat banyak bintang. Indah sekali, seperti lukisan hidup. Aku menekan ponselku dan ckrek bunyi ponsel ketika aku berhasil mengambil gambar.

aku akan mengirimkan ini ke ibu nanti, aku memasukkan ponsel ku kembali. Melanjutkan memakan coklat, aku menggoyangkan kedua kakiku, ke kiri dan ke kanan.

saat sedang asik mengamati kedua kakiku, tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan ku. Aku mendongak menatap kearah si pengendara. Motor yang di sekolah tadi.

aku menatap bingung kearahnya, kenapa dia selalu memberhentikan motornya di depan ku? Apakah dia berpikir aku tukang parkir?

"kenapa?" aku berucap pelan, ketika menatapku tajam dari balik helmnya.

dia diam dan terus menatap tajam kearahku, aku merasa tak nyaman di tatap seperti itu. Lagian kenapa dia bisa masuk ke dalam Yasmine place sih. Aku bangkit dan membereskan plastik belajaanku.

aku hendak berjalan meninggalkan si laki-laki itu, namun tanganku ditahan olehnya.

"Lila" dia berucap dengan suara beratnya.