NovelToon NovelToon
Jejak Kelabu

Jejak Kelabu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lili

Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Bagaikan Hujan Yang Jatuh Di Tanah

...•...

...•...

...•...

...~Selamat Membaca~...

...°°...

"Nomor antrian 4 silahkan ke teller 1"

"Nomor antrian 5 silahkan ke teller 2"

Akhirnya aku dipanggil. Aku menaruh hpku ke dalam tas lalu bangkit dari duduk dan berjalan menuju teller 1. Seorang wanita muda berpakaian rapi dan memiliki rupa yang indah menyambutku.

"Ada yang bisa dibantu mbak" katanya sambil tersenyum

"Oh iya saya mau...."

Aku menjelaskan keperluanku kepada teller dan segera diurus. Aku diminta untuk menunggu.

"Ini ya mbak, sudah selesai, ada lagi yang bisa dibantu." Ujarnya berkata ramah sambil menyerahkan sejenis kwintansi pembayaran kepadaku.

"Oh iya sudah cukup mbak, terimakasih." Sahutku juga tersenyum, mengambil kertas itu dan menyimpannya di dalam tas.

"Sama-sama mbak." Katanya

Lalu aku segera berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

"Nomor antrian 6 silahkan ke teller 1"

Suara panggilan masih sempat ku dengar di ujung pintu keluar masuk Bank. Pintu dibukakan oleh petugas keamanan.

"Sudah selesai mbak." Kata petugas itu.

"Sudah Pak." Jawabku.

"Hati-hati dijalan." Ujarnya lagi.

"Terimakasih." Sambutku dengan tersenyum.

Lalu pintu kaca itu ditutup kembali.

Berhenti sebentar langkahku di teras Bank. Kutengok hpku untuk melihat angka yang ada diatas pojok wallpaperku. Angka sudah menunjukkan waktu 09.10. Satu jam ternyata waktu yang kuhabiskan di sini.

Langkah pertama sudah aku lalui, kini tinggal mengumpulkan berkas di kampus.

Berjalan menuju sepeda motor yang terparkir. Aku dihampiri oleh petugas parkir dan dibantu untuk mengambil motorku dan membantu aku menyeberangkan jalan tidak lupa sebelumnya aku memberikan uang parkir.

Aku melajukan motorku dengan laju sedang. Suasana jalan raya hari ini lumayan ramai. Kulihat ada berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang yang kujumpai.

Sambil menikmati perjalanan melihat pemandangan jalan yang dulu tak sering kulihat dan kunikmati.

Ada yang yang bersantai, menyapu halaman rumahnya, ada yang mengobrol, jogging di pinggir jalan, sarapan di warung lesehan terbuka, dan mengendarai kendaraannya dengan jalannya ngebut, pelan, dan ada yang seperti sedang.

Akhirnya sampai juga. Aku segera menyebrang dan menuju tempat itu dibantu oleh sosok berseragam satpam. Tampak depan kulihat beberapa huruf besar yang mempunyai pola nama tertempel di sebuah gapura. Ya itu nama kampus tempat aku mendaftar. Tampak megah dan besar.

Di 2 sisi samping gapura depan itu masing-masing terdapat pos satpam. Ada 2 satpam berada di pinggir dan tengah jalan raya itu bertugas membantu menyebrangkan orang-orang yang keluar masuk di kampus itu dan tersisa 4 satpam lainnya duduk di samping di pos satpam.

Dengan pelan aku memasuki kawasan kampus itu terdapat jalan beralaskan paving yang membentuk jalan lurus ada tanda atau denah di tempat itu ada tanda parkir khusus sepeda motor, mobil, parkir khusus pegawai dan dosen kampus.

Tentu saja aku di bagian parkir mahasiswa khusus sepeda motor. Banyak sudah sepeda motor dengan berbagai tipe berjejer rapi dan banyak orang seusiaku memakirkan motornya dengan dibantu oleh petugas yang berada di parkiran itu untuk menata sepeda motor.

Setelah itu aku melepas helm dan sarung tanganku. Kuletakkan helmku di salah satu spion motorku dan sarung tangannya di bagian kanan saku sepeda motorku.

Bercermin sebentar lewat spion sepeda motorku untuk melihat penampilan diriku. Merapikan pakaian yang mulai terlihat kusut. Aku rasa sudah baik dan rapi kulanjutkan menyiapkan berkas pendaftaran tadi sebagai bentuk persyaratan yang diajukan oleh pihak kampus.

Sambil berjalan aku merogoh hpku di dalam tasku. Kufokuskan penglihatanku untuk mencari hpku dengan kaki terus berjalan. Tiba-tiba saja aku kaget aku seperti menabrak sesuatu yang keras hampir oleng dan jatuh. Untung saja ada sebuah tangan yang memegang lengan bajuku.

Ternyata aku menumbruk orang dari belakang. Menubruk seorang laki-laki yang bertubuh tinggi itu. Betapa malu dan syoknya aku. Aku hanya berani menundukkan kepalaku.

Tidak berani melihat orang yang kutubruk tadi dan orang-orang di sekitar area parkir. Semua pandangan menuju ke arah kami dan suara gemirisik bisik-bisik masih bisa kudengar.

"Eh itu tadi dia jalannya meleng apa gimana"

"Kayaknya sih."

" Itu tadi gimana sih...."

"Apa sengaja ya, tuh lihat yang ditubruk ganteng orangnya"

"Seharusnya aku ya yang nubruk, pegangan lagi, aku kan jadi pengen...."

"Hus....nanti kedengaran sama dia, cowok itu temen 1 sekolahku lho"

"Kok nggak kamu kasih tahu kalau ada cowok kayak gitu."

Ya Tuhan aku sungguh malu, rasanya aku ingin sembunyi.

"Aduh kok ceroboh, ceroboh, ceroboh, seharusnya tadi berhenti dulu." runtukku dalam hati

Banyak kata-kata yang ku ucapkan dalam hati sebagai rutukkan untuk diriku.

"Maaf." Akhirnya suaraku bisa keluar meskipun terdengar lirih yang cukup terdengar olehnya.

"Iya tidak apa-apa, lain kali hati-hati, hati-hati jalannya." Suara maskulin dan berat terdengar di indra pendengaranku

"Ada yang sakit" katanya

Aku masih menunduk tidak berani mengangkat wajahku. Ku jawab dengan menggelengkan kepala perlahan menanda bahwa aku baik-baik saja.

"Ehm, syukurlah kalau gitu"

Lalu suara langkah mulai menjauh dan suasana kembali lagi secara normal. Sesaat aku mendongakkan kepalaku dan aku kaget. Mata kami bertemu saling menatap.

Ternyata dia masih diam berdiri tidak jauh dariku. Waktu terasa berhenti sejenak. Detak jantungku yang tadi berdetak secara cepat karena peristiwa tadi berulang lagi. Kali ini ada perasaan aneh saat kami bertatapan, tatapan matanya seolah mengunciku.

Aku segera menunduk kepalaku lagi. Memfokuskan hp yang sudah berada di genggaman tanganku. Ku curi pandang kearahnya. Ternyata dia sudah mulai berjalan menjauh.

Ku pegang dadaku. Hufh.....hufh...hufh....

Tenang....tenang....tenang. Setelah aku bisa meredakan debaranku. Sudah lupakan waktunya fokus.

Kulihat pengumuman yang ada hp untuk mengecek lagi di bagian mana tempat untuk mengumpulkan berkas. Gedung Adiyaksa lantai 2, nama tempat untuk mengumpulkan berkas itu. Setelah itu kumasukkan hpku di dalam tas dan mencoba bertanya kepada salah satu petugas yang berada di parkiran.

Di kampus ini terdapat banyak gedung. Ada satu gedung yang paling besar dibandingkan gedung lainnya seperti gedung pusat. Ada beberapa ukuran yang sama besar, dan gedung yang kecilnya berlantai 2.

Kuamati nama gedung yang tertera di gedung itu, ada sebagian besar gedung diberi nama dan ada sebagian kecil tidak. Untuk Gedung Adiyaksa sendiri pasnya dimana aku masih belum tahu.

Sebenernya sungkan untuk meminta bantuan, tapi pepatah mengatakan malu bertanya sesat dijalan pikirku.

Kudekati petugas itu.

"Permisi Bu, maaf mengganggu, Bu izin tanya dimana ya letak Gedung Adiyaksa?" tanyaku

"Gedung Adiyaksa?" katanya meyakinkan.

"Nggih Bu" jawabku

"Oh mau mengumpulkan berkas pendaftaran ya mbak?" katanya lagi

"Nggih Bu" jawabku lagi

"Mbaknya lihat gedung warna hijau itu?" kata Ibunya.

Aku mengangguk sebagai jawabannya.

"Nah itu nanti mbaknya jalan sampai balik gedung itu belok kanan lagi ada gedung besar warna abu-abu dekatnya gedung perpustakaan. Itu gedungnya ada namanya mbak, Gedung Adiyaksa warna biru. Sudah tahu kan mbak kira-kira nanti kalau masih bingung mbaknya bisa tanya sama petugasnya" Ibunya memberikan penjelasan kepadaku.

"Sudah sangat jelas Bu, terimakasih banyak ya Bu, kalau begitu saya langsung ke gedung Adiyaksanya, permisi Bu." kataku

"Sama-sama mbak" jawabnya.

Segera aku menuju ke Gedung Adiyaksa sesuai arah-arah Ibunya tadi.

1
Lili
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.

I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
Lili
💪💪💪
Lili
semangat
Lili
semangat terus jangan malas-malasan
Lili
ayo terus berkarya
Lili
tetap berkarya
Lili
tetap fighting
Lili
jangan menyerah
Lili
semangat 💪💪💪
Lili
semangat ya 😇
Lili
👍💜💙💚♥️💛
Lili
semangat jangan pantang menyerah
Lili
💛💪
Lili
terus berkarya ya
Lili
💪💪💪💪
Lili
semangat jangan menyerah
Lili
jangan malas-malasan
Lili
harus benar-benar kuat
Lili
semangat ya
Lili
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!